PARA imam asli Papua di lima keuskupan di Regio Papua menyerukan toleransi dan ajakan hidup bersama dalam damai. Mereka meminta pemerintah pusat dan daerah agar “mengadakan intervensi pada kesempatan paling awal untuk menghentikan penumpahan darah orang yang tidak bersalah dan mengakhiri konflik bersenjata, kerusakan lingkungan, serta kemerosotan moral dan budaya yang dialami dunia saat ini.”
Seruan ini disampaikan dalam jumpa pers di Rumah Imam Projo-Condios, Jayapura, Senin, 8/6, di mana para imam menyoroti tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU) kepada Bucthar Tabuni cs, yang dinilai tidak adil.
Dalam pernyataan persnya, para imam menyebut mereka tergerak untuk ikut serta dalam seruan Paus Fransiskus berkenaan dengan kasus rasisme di Amerika Serikat.
Dalam Doa Angelus mingguan di Vatikan, pada Rabu, 3/6, Sri Paus berbicara tentang George Floyd, pria kulit hitam yang tewas di tangan polisi Amerika Serikat. Paus Fransiskus menyebut kematian George Floyd “tragis” dan mengatakan dirinya berdoa untuk Floyd dan semua orang lain yang kehilangan nyawa mereka sebagai akibat dari dosa rasisme. Para imam asli Papua pun menyatakan mereka tergerak menimba inspirasi dari Bapa Suci untuk menyuarakan kasus rasisme di Papua.
Selain seruan kepada pemerintah, ke-58 imam ini juga meminta semua laki-laki dan perempuan di Indonesia untuk menemukan nilai-nilai perdamaian, keadilan, dan persaudaraan manusia.
“Kami menyerukan kepada para intelektual, filsuf, tokoh agama, seniman, pakar media, serta semua laki-laki dan perempuan berbudaya di setiap wilayah di kepulauan Indonesia untuk menemukan kembali nilai-nilai perdamaian, keadilan, kebaikan, keindahan, persaudaraan manusia dan hidup berdampingan,” demikian seperti dikutip dari pernyataan persnya. Nilai-nilai tersebut dikatakan sebagai jangkar keselamatan.
Lebih lanjut, para imam ini juga meminta semua umat Tuhan di Tanah Papua, untuk berdoa dan berbuat sesuatu demi keadilan dan kebijaksanaan bagi orang asli Papua di atas
tanah leluhurnya. Dan dengan mengutip doa Santo Fransiskus dari Asisi, para imam meminta semua orang menjadi pembawa damai baik di Papua, Indonesia maupun dunia.
Hermina Wulohering