SIAPA MARIA MAGDALENA?

2860

HIDUPKATOLIK.COM BANYAK yang mempercayai, bahwa Maria Magdalena selama hidupnya adalah seorang pekerja seks komersial (PSK). Apabila hal ini benar, apakah dengan begitu Maria Magdalena akhirnya diangkat menjadi orang kudus?

Desire, Trenggalek, Jawa Timur

PARA ahli Kitab Suci meragukan julukan Maria Magdalena sebagai PSK, sesuatu yang lebih muncul dalam literatur popu­ler daripada dalam literatur studi Kitab Suci. Dalam Injil Lukas dikatakan, Maria Magdalena adalah perempuan yang dibebaskan dari tujuh roh jahat (lih Luk. 8:2; bdk Mrk. 16:9). Ia termasuk pada kelompok para perempuan yang melayani Yesus, malahan, ia termasuk pada salah satu benefaktor (penderma) Yesus dan kelompok para murid-Nya.

Sebutan sebagai PSK ini kiranya, karena dikaitkan dengan kisah sebe­lumnya dalam Lukas, bahwa Yesus diurapi oleh seorang perempuan berdosa (lih Luk. 7:36-50). Perlu dicatat, bahwa Lukas tidak menyebut dosa apa yang dibuat oleh perempuan itu, dan nama perempuan itu pun tidak disebutkan. Kisah serupa dalam Yohanes, Yesus diurapi oleh Maria di Betania, lebih menunjuk pada Maria, saudari Marta dan Lazarus (lih Yoh. 12:1-8). Sementara dalam Matius dan Markus tidak disebut nama perempuan itu, hanya dikatakan kejadiannya di rumah Simon, orang Betania pula (lih Mat. 26:6-13; Mrk. 14:3-9).

Memang ada kesamaan nama dari kisah dalam Lukas, Ma­tius, dan Markus: Simon. Namun ada perbedaan keterangan. Baik dalam Matius dan Markus dikatakan, ia adalah Simon si kusta, namun dalam Lukas dikatakan Simon adalah seorang Farisi. Konteks kisah kejadiannya pun berbeda. Lukas menceritakan peristiwa pengurapan tersebut di saat undangan perjamuan makan di rumah Simon, dilanjutkan dengan pengajaran Yesus tentang pengampunan dosa, “Dosanya yang banyak itu (sekali lagi: tidak disebutkan bentuk dosanya) telah diampuni, sebab dia telah ba­nyak berbuat kasih” (Luk. 7:47).

Sedangkan baik dalam ketiga penginjil lain, konteksnya adalah peristiwa menjelang sengsara Yesus, yang di dalamnya digambarkan reaksi Yudas Iskariot, dan setelah itu dilanjutkan dengan kisah Yudas menggalang persengkokolan dengan imam-imam kepala untuk mengkhianati Yesus,  “Aku tidak akan selalu bersama-­sama kamu” (Mat. 26:11; Mrk. 14:7; Yoh. 12:8).

Kisah pengurapan dalam Lukas, berada dalam rangkaian kurang lebih masa awal karya Yesus. Sehingga muncul pertanyaan tentang identitas Yesus, “Siapakah Dia ini, sehingga Dia dapat mengampuni dosa?” Sedangkan dalam Matius,  Markus maupun Yohanes peristiwanya ada di ujung masa Yesus, sebelum menyam­but sengsara-Nya, sehingga tindakan pengurapan itu dikaitkan dengan persiapan penguburan Yesus. Maria Magdalena dalam Lukas diperkenalkan sebagai salah satu perempuan yang melayani dan bersama-sama dengan Yesus. Sebelumnya, Lukas dikatakan, setelah itu Yesus me­ngatakan kepada perempuan yang mengurapinya, “Pergilah dengan selamat!” (Luk. 7:50). Karena dikisahkan secara berurutan, kita bisa menarik kesimpulan, ini bukanlah perempuan yang sama.

Maria Magdalena dalam Injil diper­ke­nalkan sebagai perempuan yang ha­dir saat peristiwa wafat Yesus (lih Luk. 27:56.61; Mrk. 15:40.47; Yoh. 19:25), bahkan menjadi saksi kebangkitan (lih Mat. 28:1; Mrk.  16: 1-8; Luk. 24;10 Yoh. 20:1.11-18). Tidak mengherankanlah, kalau dalam tradisi Gereja Maria Magdalena disebut sebagai “apostolorum apostola”, rasulnya Para Rasul, sebab dialah yang diutus-Nya, untuk mewartakan kebangkitan Tuhan kepada Para Rasul. Layaklah, ia berada dalam jajaran para kudus Gereja. Sebab, ia dekat dengan Tuhan. Para bapa Gereja pun tidak sedikit menulis pujian akan Maria Magdalena. Bahkan Santo Anselmus menulis doa panjang tentangnya. Paus Fransiskus pun memutuskan, agar peringatan Santa Maria Magdalena pada setiap 22 Juli, menjadi pesta. Keputusan ini menjadikan peringatan Maria Magdalena, sejajar dengan peri­ngatan kebanyakan Para Rasul.

Tetapi, kita maklum, kisah seseorang yang baik-baik saja, tidak menarik. Kisah yang ada sensasi dan skandal lebih layak jual, mengundang perhatian. Maka, kisah bahwa Maria Magdalena adalah seorang PSK, dan bahkan pasangan atau istri Yesus, lebih menarik dan mengundang sensasi, sebab skandal itu berita. Ke­sucian bukanlah soal sensasi, tapi relasi kedekatan dengan Tuhan, itulah yang ditunjukkan Maria Magdalena.

HIDUP NO.23, 7 JUNI 2020

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini