Dua Sifat Allah

5910

HIDUPKATOLIK.com – Romo, sesungguhnya sifat Allah itu seperti apa? Apakah transenden atau imanen? Sebagai umatnya, bagaimana kita menyikapinya?

Nathanael, Pasuruan

Iman Katolik mengenal Allah adalah Allah yang personal. Konsekuensi ini menjadikan manusia dan Allah memiliki suatu relasi yang dekat sebagai makhluk ciptaan dengan Penciptanya.

Hal ini ditampilkan dalam sosok Kristus, Sang Penyelamat bagi orang Katolik (Mat 1:21). Ia merupakan pribadi yang bersahabat dalam hidup orang Katolik karena Ia sendiri menyebut orang yang percaya pada-Nya adalah sahabat (Yoh 15:14-15). Dan bagi orang Katolik Dia adalah Tuhan (Yoh 13:13). Namun, orang Katolik juga sebenarnya mengenal konsep Allah itu transenden dan imanen. Konsep ini tidak bertentangan sama sekali dengan pemahaman iman akan Yesus Kristus, bahkan konsep ini malah menggambarkan siapakah Allah itu bagi orang Katolik dan bagaimana sikap orang Katolik terhadap Allah yang hadir dalam diri Yesus Kristus.

Bagaimana sebenarnya Allah yang transenden itu? Kata “transenden” merupakan kata latin dari “trans” (melampaui) dan “scandere” (memanjat, naik), yang berarti melampaui/melebihi dari manusia. Maka jika kata ini dikenakan kepada Allah, kata ini mau menyatakan bahwa Allah itu adalah pribadi yang unggul dari segala yang ada, termasuk manusia.

Kitab Suci telah banyak menunjukkan ungkapan itu. Nabi Ayub menegaskan siapakah Allah yang transenden itu dengan berkata: “Dapatkah engkau memahami hakikat Allah, menyelami batas-batas kekuasaan yang maha kuasa” (Ayub 11:7). Dalam Kisah Para Rasul juga memberikan gambaran keunggulan Allah daripada yang lain: “Allah yang telah menjadikan bumi dan segala isinya, Ia, yang
adalah Tuhan atas langit dan bumi, tidak diam dalam kuil-kuil buatan tangan manusia” (Kis 17:24).

Oleh sebab itu, sebagai sifat, kata ini hanya bisa dikenakan kepada Allah karena bagi orang Katolik Allah itu Allah yang unggul di atas semua ciptaan. Selain itu, bagi orang Katolik, Allah yang transenden memberikan gambaran akan Allah yang unggul dan seharusnya disembah dan dihormati. Allah adalah Allah yang sempurna
melebihi segala yang ada; asal usul dari seluruh yang ada di alam semesta. Dengan demikian, pemahaman transenden menyatakan Allah menjadi segala-galanya dan penguasa alam semesta. Manusia di dunia tunduk kepada Dia sebagai Penguasa Tunggal Alam semesta.

Bagi orang Katolik, Allah itu tidak hanya transenden. Allah yang diimani oleh orang Katolik adalah Allah yang juga memiliki kedekatan dengan manusia, seperti yang ditunjukkan pada diri Yesus Kristus. Inilah sifat Allah yang disebut imanen itu, yaitu suatu sifat bahwa “Allah itu Allah yang.dekat dan hadir, serta tinggal di dekat makhluk ciptaan-Nya”.

Dalam Perjanjian Lama, Allah yang dekat itu digambarkan melalui gambaran-gambaran secara personifikasi (manusiawi): “Sebab yang menjadi suamimu ialah Dia yang menjadikan engkau, TUHAN semesta alam nama-Nya; yang menjadi Penebusmu ialah Yang Mahakudus, Allah Israel, Ia disebut Allah seluruh bumi” (Yes 54:5). Kemudian, kedekatan Allah ini benar-benar nyata dalam diri Yesus Kristus karena Dia mengosongkan diri-Nya sendiri dan mengambil rupa sebagai manusia (Bdk. Fil 2:6-7).

Sifat-sifat Allah tersebut, baik transenden maupun imanen, melekat dalam diri Allah dan tak terpisahkan. Artinya, Allah itu tidak bisa begitu saja disebut Allah yang jauh dari manusia, tetapi
juga Allah yang dekat. Kedua sifat Allah ini menyatu karena Allah itu bukan Allah yang sulit dijangkau melainkan Allah yang dapat dikenal dengan baik oleh manusia. Oleh sebab itu, pemahaman dua sifat Allah ini kemudian membawa konsekuensi sikap kita sebagai orang yang beriman, yaitu manusia sebagai makhluk ciptaan menyadari Allah itu Allah yang Mahakuasa sekaligus juga Allah yang dekat dalam kehidupannya.

Bagi orang Katolik, pemahaman ini dimengerti melalui iman akan Kristus bahwa Dia adalah sungguh Allah dan sungguh manusia karena kita percaya bahwa dalam diri Kristus lah kita mengenali Allah: “Tidak ada seorang pun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya” (Yoh 1:18).

Yohanes Benny Suwito

HIDUP NO.06 2020, 9 Februari 2020

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini