Renovasi Pekuburan Katolik Lux Aeterna Milik Paroki St. Ignatius Manado

721
Pastor Damianus Yangko Alo memberkati lubang untuk peletakkan batu pertama/Komsos St. Ignatius Manado
HIDUPKATOLIK.COMDI tengah situasi pandemi Covid-19 (virus Corona), rasa kekhawatiran menjadi bagian dari pergumulan hidup umat manusia khususnya umat Katolik. Rasa kekhawatiran ini kadang-kadang didukung dengan berbagai informasi di media sosial terkait kasus kematian akibat Covid-19.
Pemerintah Indonesia sendiri merilis update perkembangan jumlah pasien Covid-19, per hari Senin, 25 Mei 2020, pukul 12.00 WIB, jumlah pasien yang dinyatakan positif Covid-19 bertambah 479 orang. Sehingga total pasien positif Covid-19 di Indonesia menjadi 22.750 orang. Selain itu, ada penambahan 240 pasien yang sembuh dari Covid-19. Kasus sembuh total secara akumulatif mencapai 5.642 orang. Sementara itu, jumlah kasus meninggal bertambah 19 orang. Sehingga total kasus meninggal mencapai 1.391 orang.
Melihat situasi ini, Paroki St. Ignatius Manado merasa perlu untuk mengaktifkan lagi Pengurus Pelayanan Pekuburan Katolik Lux Aeterna yang telah dilantik oleh Kepala Paroki Pastor Damianus Yangko Alo pada 8 Desember 2019 lalu.
Rasa Kekhawatiran
Situasi pandemi membuat program kerja kelompok ini sempat tertahan, tetapi akhirnya baru dimulai dengan kegiatan peletakkan batu pertama dan pemindahan salib serta pemindahan patung Bunda Maria oleh Pastor Yangko Alo, Senin, 25/5/2020.
Kegiatan ini diawali dengan doa dan berkat dengan refleksi Kitab Suci dari Mat. 6: 25-34 tentang hal kekhawatiran. Pastor Yangko Alo menjelaskan saat ini rasa kekhawatiran menjadi bagian dari hidup manusia dalam menghadapi pandemi. Tidak saja pemerintah, tetapi juga gereja Katolik.
“Sebagai manusia ada rasa kekhawatiran, tetapi kita bertumbuh dalam iman. Maka itu perlu rasa optimisme bahwa ada sesuatu hal yang kita perjuangkan. Salah satunya adalah lewat kegiatan yang dibuat para pengurus Lux Aeterna,” ujarnya.
Menurut Pastor Yangko Alo, memiliki pekuburan sendiri adalah sebuah proyek yang besar dengan dana yang tidak sedikit. Tetapi pengurus memiliki rasa optimisme yang besar untuk menyelesaikan proyek ini.
Milik Semua
Imam Keuskupan Manado ini menambahkan peletakkan batu pertama dan pemindahan patung Bunda Maria serta salib di taman pekubunran Lux Aeterna mau memberi pesan bahwa sebagai orang Katolik, kita perlu menunjukkan sikap kasih kepada semua orang, bahkan kepada orang-orang yang berduka.
Hal ini sesuai dengan pesan Injil, ‘Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari’. “Jika kita sungguh percaya kepada Tuhan maka semuanya akan berjalan dengan baik sehingga optimisme pengurus Lux aertena dan dewan paroki pasti akan dituntun dan diberkati oleh Tuhan,” sebutnya.
Mesin Krematorium
Sementara itu, Tjipto Wonosantoso sebagai koordinator pelayanan Seksi Aset dan Pembangunan menambahkan, pembaruan wajah pekuburan Lux Aeterna ini adalah inisiatif dari para pengurus yang baru. Pekuburan ini sudah ada cukup lama tetapi kesannya kurang mendapat perhatian.
“Para pengurus yang baru mencoba memberikan wajah baru bagi pekuburan ini agar tidak terkesan angker, tidak ‘berpenghuni’ dengan membuat sehingga nampak seperti taman ziarah,” jelasnya.
Selain taman pekuburan Lux Aeterna, para pengurus berencana akan membuat rumah duka dengan pengadaan mesin krematorium dan rumah abu untuk menjawab kebutuhan umat paroki Ignatius dan pada umumnya untuk masyarakat Kota Manado.
Hal ini diaminkan oleh Ketua Pelayanan Pekuburan Katolik Lux Aeterna Richard Wijaya dan Sekretaris Go Sien Tjung. Keduanya mengakui bahwa pengadaan mesin krematorium dan rumah abu akan segera dimulai dengan target penyelesaiannya adalah setahun.
Ajaran Kristus
Merawat jenazah merupakan salah satu bentuk kehadiran dan pendampingan Gereja bagi umatnya. Tujuannya yakni agar orang beriman memperoleh keselamatan berkat wafat dan kebangkitan Kristus karena belas kasih Allah.
Dalam Gereja Katolik sendiri ada beberapa alasan umat yang sudah meninggal tetap dilayani dan dirawat. Pelayanan dan perawatan kepada orang yang sudah meninggal tak bisa dilepaskan dari konteks penciptaan manusia. Dalam kitab Kejadian (Kej. 1:26), manusia diciptakan seturut gambar dan rupa Allah. Allah juga membentuk manusia dari debu tanah dan memberinya hidup dengan menghembuskan napas-Nya sendiri (Kejadian 2:7). Dengan demikian, manusia memiliki keunikan dibanding ciptaan lain karena memiliki tubuh serta jiwa atau roh. Selain itu, Allah menciptakan manusia sebagai pancaran kemuliaan-Nya (Yesaya 43:7).
Ada beberapa point penting yang perlu dijelaskan:
Pertama, meskipun orang itu telah meninggal, tetapi orang itu tetap dipandang masih hidup, yaitu hidup dalam Tuhan, sebab Yesus bersabda, “Akulah kebangkitan dan hidup, barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun sudah mati” (Yohanes 11:25).
Kedua, Allah tak hanya menciptakan manusia tapi juga menguduskannya. Sebab, tubuh manusia adalah bait Allah dan Roh Allah diam di dalamnya (1 Korintus 3:16). Sehingga, manusia harus menjaga, merawat, dan menjauhkan tubuhnya dari hal-hal cemar.
Ketiga, dalam 1 Korintus 6:16-20 seakan dipertegas bahwa manusia adalah milik Allah.
Keempat, perawatan jenazah Yesus sebelum dimakamkan bisa menjadi acuan untuk memperlakukan secara hormat umat yang sudah meninggal. Dalam Yohanes 10:39-41 dikatakan, jenazah Yesus diberi campuran minyak mur dan minyak gaharu. Tubuh-Nya kemudian dibungkus dengan kain lenan, serta dibubuhi dengan rempah-rempah, dan dimakamkan di sebuah kubur baru yang berada di sebuah taman.
Yusti H. Wuarmanuk
Laporan: Komsos Paroki St. Ignatius Manado

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini