HIDUPKATOLIK.COM— Paus Fransiskus meresmikan Pekan Laudato Si untuk memperingatai ulang tahun ke-5 penerbitan ensikliknya tentang lingkungan hidup sepanjang minggu ini. Dokumen ini bertujuan untuk memacu warga dunia agar mengadopsi praktik cinta lingkungan berkelanjutan.
Berbicara dari perpusatakaan istana apostolik Vatikan selama pidato pada jam doa Ratu Surga yang disiarkan pada hari Minggu, Paus mengatakan bahwa virus korona telah menyoroti pentingnya merawat rumah kita bersama sekaligus menyuarakan harapan bahwa refleksi seputar peringatan ulang tahun Laudato Si akan membantu umat untuk memperkuat sikap terhadap tindakan konstruktif bagi pemeliharaan ciptaan.
Pekan Laudato Si, ditetapkan sejak tanggal 16 Mei hingga 24 Mei sebagai awal dari seluruh tahun kegiatan yang didedikasikan untuk menerapkan Laudato Si. Meskipun ensiklik ini diterbitkan pada bulan Juni 2015, namun sudah ditandatangani oleh Paus Fransiskus pada tanggal 24 Mei saat Hari Raya Pentakosta.
Dalam sebuah video yang dibuat untuk mengawali Pekan Laudato Si, Paus Fransiskus menanyai pemirsa, “Dunia seperti apa yang ingin kita tinggalkan bagi mereka yang akan datang setelah kita, kepada anak-anak yang tumbuh dewasa?” Sambil memunculkan klip adegan protes dari gerakan iklim yang dipimpin mahasiswa. Paus mengundang pemirsa untuk berpartisipasi dalam kegiatan minggu ini, dan menegaskan kembali seruan mendesaknya untuk menanggapi krisis ekologis. “Seruan bumi dan seruan orang miskin tidak bisa berlanjut. Mari kita urus ciptaan, hadiah dari Allah Pencipta kita yang baik. Mari kita rayakan minggu Laudato Si bersama, ”ujarnya.
Sebuah proyek dari Dikasteri Vatikan untuk Pembangunan Manusia Integral, dipimpin oleh Kardinal Peter Turkson dari Ghana menjelaskan bahwa tahun peringatan Laudato Si akan menawarkan penekanan yang jelas pada pertobatan dan tindakan ekologis. “Lima tahun kemudian, Laudato Si semakin relevan,” ungkap mereka, sambil menunjuk ke lapisan es yang meleleh, kebakaran baru-baru ini yang membakar petak-petak Amazon sehingga meningkatkan pola cuaca ekstrem, dan hilangnya keanekaragaman hayati sebagai indikator yang diperlukan untuk melakukan perubahan.
Memperhatikan bahwa peringatan tersebut bertepatan dengan pecahnya pandemi, dikasteri ini bersikeras bahwa pesan yang ditawarkan ensiklik memiliki “nubuat” yang sama seperti pada tahun 2015. Ditegaskan juga bahwa ensiklik ini dapat memberikan kompas moral dan spiritual untuk perjalanan menciptakan lebih banyak dunia yang peduli, rasa persaudaraan tinggi, damai dan berkelanjutan. “Kita sebenarnya memiliki kesempatan unik untuk mengubah keluhan dan kesusahan saat ini menjadi pertobatan yang lahir dari cara baru hidup bersama, terikat bersama dalam cinta, kasih sayang dan solidaritas, dan hubungan yang lebih harmonis dengan alam, rumah kita bersama,” ujarnya sambil menggarisbawahi COVID-19 telah menunjukkan seberapa dalam semua manusia saling terhubung dan tergantung.
Ketika banyak negara mulai membayangkan seperti apa dunia setelah pandemi selesai nantinya, manusia terutama membutuhkan pendekatan integral karena semuanya saling terkait dan masalah saat ini membutuhkan visi yang mampu memperhitungkan setiap aspek dari krisis global. Urgensi situasi iklim membutuhkan seruan tanggapan segera, holistik dan terpadu di semua tingkatan baik lokal, regional, nasional dan internasional.
Dalam hal kegiatan Pekan Laudato Si, akan ada enam acara daring resmi selain berbagai lokakarya daring dalam bahasa Inggris dan Spanyol tentang topik-topik seperti pemeliharaan lingkungan keberlanjutan, juga bagaimana menjalani eko-spiritualitas dalam merawat ciptaan dan aksi sosial dalam mempromosikan ekologi integral untuk membangun komunitas selama pandemi.
Dikasteri ini juga mendorong paroki-paroki untuk menyelenggarakan doa bersama untuk bumi dan kemanusiaan secara daring pada hari Minggu, 24 Mei di siang hari waktu setempat, untuk menutup Pekan Laudato Si sebagai sarana untuk melibatkan komunitas mereka dalam prakarsa ini.
Kebanyakan acara untuk memperingati tahun ini berlangsung di musim gugur, termasuk “Musim Penciptaan” yang dirayakan selama sebulan, dimulai pada 1 September, Hari Doa Sedunia untuk Penciptaan, dan berakhir pada tanggal 4 Oktober saat Hari Raya Santo Fransiskus dari Assisi. Dengan tema yang disarankan, “Tahun Yubileum Bumi”. Acara ini bertujuan membantu masyarakat untuk memperbaiki hubungan satu sama lain dengan ciptaan melalui serangkaian acara yang diselenggarakan di tingkat lokal di seluruh dunia.
Melansir Crux now, perayaan untuk tahun ulang tahun Laudato Si akan ditutup dengan konferensi yang diselenggarakan pada tanggal 20 Mei hingga 22 Mei 2021 di Roma. Sebagai bagian dari kegiatan peringatan tahun ini, “Bentuk Aksi Laudato Si” juga akan diluncurkan, dengan berbagai lembaga yang berkomitmen untuk proyek tujuh tahun yang bertujuan mencapai keberlanjutan total dalam semangat Laudato Si.
Inisiatif ini dirancang untuk melibatkan keluarga, keuskupan dan paroki setempat, sekolah, perguruan tinggi dan universitas, rumah sakit dan pusat layanan kesehatan lainnya, bisnis, pertanian, dan ordo religius dan provinsi dalam menyusun rencana kehidupan berkelanjutan di masa depan. Di antara tujuannya, menurut Dikasteri Vatikan untuk Pembangunan Manusia Integral, adalah mengadopsi gaya hidup yang lebih sederhana dan mengembangkan ekonomi ekologis berdasarkan produksi berkelanjutan, perdagangan adil, menggunakan lebih sedikit plastik dan mengadopsi pola makan nabati yang lebih banyak untuk mengurangi konsumsi daging, serta penggunaan transportasi umum yang lebih luas untuk mengurangi polusi.
Menurut komunike mereka, kantor pengembangan Vatikan bermaksud untuk meluncurkan platform pada awal 2021 dengan mengundang beberapa institusi untuk memulai proyek tujuh tahun. Tahun berikutnya, mereka akan mendorong kelompok baru untuk bergabung dengan harapan menggandakan jumlah anggota.
Felicia Permata Hanggu