HIDUPKATOLIK.com – Terbentuk dari sebuah aplikasi cari jodoh, Single Katolik Jakarta mempunyai makna tersendiri bagi orang muda Katolik di kala masa-masa pemantapan diri.
Fasilitas untuk mencari teman baru atau bahkan pasangan hidup dengan mudahnya diunduh di platform aplikasi di smartphone. Sekarang ini,
aplikasi semacam Tantan, Tinder, We Chat, dan Bee Talk, kerap digunakan kalangan remaja, juga orang dewasa. Terlebih bagi mereka yang single dan ingin menemukan teman, syukur-syukur jodoh.
Andri Supriyanta salah satunya. Ia aktif menggunakan Bee Talk. Andri pun mendapat kenalan. Hal ini lalu menginspirasi Andri. Ia berpikir bagaimana kalau ia juga membuat sebuah
klub anak muda Katolik yang single di aplikasi tersebut.
Ia berpendapat, dengan itu, anak muda Katolik juga bisa mendapat kenalan baru. Menurutnya, dengan membuat klub diesertai kata “single”, maka akan
langsung ke poinnya, bahwa klub tersebut berisi orang muda Katolik dan statusnya single. “Awalnya, klub-klub Katolik sudah ada. Tapi yang menjurus langsung untuk single belum ada,” aku Andri.
Misbar dan Kopdar
Selang empat bulan, animo orang muda yang ikut cukup banyak. Jangkauan wilayah anak-anak muda yang bergabung juga dirasa terlalu luas. Andri pun berusaha membatasi. Ia menambahkan
kata “Jakarta” pada klub tersebut. Dengan ini, maka ia bermaksud membatasi peserta hanya mereka yang berdomisili di sekitar Jakarta. “Akhirnya klub ini fokus untuk single Katolik yang ada di Jakarta dan sekitarnya. Diputuskan dengan nama Single Katolik Jakarta (SKJ)” lanjutnya.
Orang muda Katolik, menurut pendapat Andri, dinilai kurang begitu aktif untuk saling berinteraksi. Mereka disibukkan dengan berbagai kegiatan, entah karena urusan kuliah ataupun pekerjaan. Maka menurut Andri, dunia maya dapat menjembatani ini. SKJ dibentuk menjadi salah satu pilihan wadah untuk menampung orang muda Katolik yang tidak punya komunitas. Ia menilai, klub ini banyak diikuti para pemuda perantau atau
pendatang, yang dalam kesehariannya cukup sibuk di tempat kerja. “Karena sibuk, jarang bisa ketemu langsung, setidaknya mereka bisa aktif di sosial
media atau Whatsapp group,” ungkapnya.
Setelah terbentuknya klub di Bee Talk, anggota SKJ juga membentuk Whatsapp group (WAG). Dalam WAG ini, awalnya para anggota saling sapa dan berdiskusi topik-topik yang sedang booming dikala itu. Bimo Dwiyan Aryoko menjelaskan,
perjumpaan di dalam Bee Talk hanya sebagai penyaring saja. Selanjutnya, anak-anak muda yang sudah bergabung di dalamnya akan diundang untuk bergabung juga dalam WAG. “Jadi nanti yang sudah join di klub akan dimasukan oleh admin di Whatsapp group,” tambahnya.
Seiring waktu, dengan adanya animo yang aktif dari anak-anak muda yang bergabung, maka sebagai admin group saat itu, Andri dan Bimo, mengadakan pertemuan antar-anggota WAG atau kopi darat (kopdar). “Dengan kegiatan kopdar ini mereka bisa bertatap muka langsung dan saling berkenalan,” ungkap Bimo.
Kopdar menjadi kegiatan rutin yang dilakukan SKJ sebulan sekali. Sebelum kopdar, mereka juga mengadakan Misa bersama (Misbar). Bimo menuturkan untuk tempat Misa, mereka tidak hanya menetap di satu lokasi saja. Misa ini diadakan bergantian di gereja-gereja di Jakarta dan sekitarnya. Pada umumnya, pertemuan selalu diawali dengan Misa bersama, setelah Misa, kegiatan dilanjutkan dengan aneka ragam kegiatan
untuk semakin mengenal dan mempererat
kebersamaan. “Kami coba buat kegiatan yang fun,” tambah Bimo.
Selain kegiatan rutin, SKJ semakin aktif membuat beberapa event, seperti ziarah dan rekreasi (ziarek), serta acara ulang tahun SKJ. Beberapa anggota juga turut membantu dalam bencana banjir yang terjadi akhir-akhir ini. Bagi Andri dan Bimo, visi komunitas SKJ adalah merangkul mereka yang single, khususnya mereka para perantau atau pendatang. “Kalau dapat pacar itu bonus” canda Bimo.
Pada dasarnya, SKJ termasuk komunitas yang cukup terbuka untuk siapapun yang masih single, dalam arti belum menikah. “Range umur anggota
saat ini di atas 22 tahun dan mutlak harus Katolik,” jelas Andri.
Bergabung dengan SKJ, tidak ada sesuatu yang mengekang, misalnya dengan adanya peraturan atau persyaratan untuk anggota. Bahkan, meskipun ada yang sudah mendapatkan pasangan, tetap bisa berproses bersama di SKJ. Tidak sedikit pula yang bertemu dengan teman
hidupnya di SKJ. Kegiatan SKJ juga dibuat sefleksibel mungkin. Andri dan Bimo sepakat memberi kemudahan para anggota yang berproses di SKJ.
Pernah Vakum
Kebebasan itu juga berlaku dalam struktur organisasi. Andri dan Bimo termasuk dalam tim pengurus. Tim pengurus SKJ ini tidak ada ketua,
sekretaris, bendahara layaknya sebuah struktur. Struktur ini, Bimo menambahkan, hanya ada di panitia. Panitia terbentuk karena ada event. Jadi bagi mereka yang bersedia untuk mengurus event SKJ akan menjadi panitia. “Awalnya kami masih sama rata, agar bisa belajar juga saling menghargai, tahun ini kami akan berbenah juga soal struktur,” ungkap Bimo.
SKJ sempat redup di tahun 2018. Kebetulan aplikasi Bee Talk sudah berhenti beroperasi di Indonesia saat itu. Andri merasa regenerasi mandek karena jarang ada anggota baru yang bergabung. Lagi, beberapa di antara mereka yang
sudah menikah dan meninggalkan grup.
Selain itu, Andri juga mengakui SKJ berada di titik jenuh. Selama setahun tidak ada kegiatan rutin dan tidak ada diskusi apapun di WAG. Sekitar 10 persen anggota keluar dari WAG, bahkan saat itu,
mereka tidak membuat acara ulang tahun SKJ yang pada tahun sebelumnya sempat diadakan.
Pertengahan 2019, Andri dan beberapa rekan putar otak untuk membangkitkan SKJ. Dengan para anggota yang tersisa mereka merancang sebuah acara ziarek. Bagi Bimo, jangan sampai SKJ bubar.
“Sayang banget sudah jalan sekitar tiga tahun waktu itu. Dengan kedewasaan para anggota yang di grup, kita mulai bangkit lagi. Kita tunjukan kalau SJK masih ada,” jelasnya.
Akhirnya, Bimo dan Andri bisa menghapus kekhawatirannya dengan melihat animo yang besar dalam acara ziarek. Dari peserta itu juga ada banyak anak muda baru yang bergabung.
Tidak Sendiri
Sejak bangun dari tidur, SKJ membuat acara ulang tahun ke-4 dengan mengadakan acara Camping Ceria. Pada kesempatan ini diadakan Misa alam yang dipimpin Romo Anton Kapitan. Bimo mengingat pesan yang disampaikan Romo Anton dalam Misa itu. “Dengan status single tidak berarti kalian sendiri, tapi kita masih punya Yesus Kristus.”
Kembali ke visi awal SKJ, kelompok ini diharapkan menjadi wadah orang muda seiman bertemu satu sama lain. Merangkul dan saling menghargai. “Sebagai tim pengurus, kami tetap menjalankan dan mempertahankan yang sudah ada. Terus terang saja, saya dapat pacar juga dari SKJ. Kami juga mau teman-teman juga mendapatkan pacarnya disini tentunya tidak melupakan SKJ ini,”
ungkapnya.
Lain hal dengan Andri. Sebagai founder SKJ ini, ia merefleksikan status single ini sebagai masa persiapan diri untuk bertemu pasangan. Maka dalam hal ini, SKJ menjadi tempat yang menyediakan kegiatan bersama para single. “Single bukan berarti sendiri, tapi masih sendiri. Kelak akan menikah. Itu pilihan, bukan karena tidak laku,” pungkasnya.
Karina Chrisyantia
HIDUP NO.03 2020, 19 Januari 2020