HIDUPKATOLIK.COM—Seluruh umat manusia akan bergabung dalam doa dan puasa bersama untuk menghentikan Pandemi Covid-19 pada Kamis, 14/5. Paus pun menawarkan cara baru untuk berpuasa harian yang cocok untuk siapa saja yang hidup di abad ke-21. Bentuk berpuasa ini disampaikan oleh Paus Fransiskus menjelang masa Prapaskah, walaupun demikian pesannya tetap relevan terutama untuk berpartisipasi dalam peristiwa besar yang akan diadakan besok.
Anjuran Paus Fransiskus dimulai dengan pernyataan bahwa puasa bukan untuk menurunkan berat badan. Puasa harus di mulai dengan disposisi batin yang benar untuk memuliakan Allah. Bapa Suci melanjutkan, masa puasa adalah saatnya untuk mematikan televisi dan membuka Kitab Suci. “Waktu puasa adalah saat untuk memutuskan sambungan dari ponsel dan terhubung kepada Injil,” ujarnya. Ia pun bercerita mengenai masa kecilnya di mana saat itu tidak ada televisi yang ada hanyalah radio. Ia mendengar tak semua radio menyiarkan berita, tetapi banyak gosip. Maka dari itu, ia meminta umat untuk meninggalkan kata-kata yang tidak berguna seperti gosip.
Meskipun Paus ke-266 ini memuji manfaat internet, namun ia juga memperingatkan risiko yang dihadirkannya. Sebagai contoh, Bapa Suci melihat kemudahan internet untuk menghancurkan seseorang dalam sekejap dengan menyerang atau menghina orang lain. Itu sebabnya, ia merekomendasikan untuk menyisihkan waktu sepanjang tahun untuk mundur dari dunia maya dan mulai berefleksi.
Paus melihat betapa lingkungan manusia saat ini tercemar dengan banyak kekerasan verbal yang mengandung kata-kata ofensif dan berbahaya di dunia maya. “Hari ini, menghina adalah perkataan kedua yang sering dilontarkan bak mengucapkan ‘semoga harimu menyenangkan’,” ungkapnya. Gelombang kekerasan verbal ini telah banyak menengelamkan manusia dalam kata-kata kosong dan pesan licik sehingga membuat orang terbiasa dengannya. “Banyak orang telah tergelinciri di sini dan menyebabkan hati kita semua berhenti berkembang dalam kasih. Tidak ada jalan pintas lain untuk menyembuhkan ini selain keheningan,” tuturnya.
Selain itu, Paus juga menjelaskan bahwa puasa tidak akan lengkap tanpa disertai tindakan amal yang saling melengkapi. Ia mengajak umat untuk memeriksa batin, menilik apakah puasa yang dilakukan membantu orang lain? karena jika tidak, puasa itu adalah palsu dan tidak konsisten. Puasa tanpa amal kasih telah membawa banyak orang dalam jalan kehidupan ganda. “Tanpa amal kita pura-pura jadi orang Kristen yang adil layaknya orang Farisi,” tegasnya.
Masa puasa tidak dibatasi hanya pada masa Prapaskah saja dan Paus senantiasa mengundang semua umat Kristen untuk menjalankan laku tapa dan doa ini. Sebelumnya, Bapa Suci telah mengundang seluruh orang untuk berpuasa selama krisis di Suriah pada bulan September 2013 dan untuk situasi menegangkan di Republik Demokratik Kongo dan Sudan Selatan pada bulan Februari 2018. Hingga saat ini, ia mengundang seluruh umat manusia untuk berpartisipasi selama satu hari melakukan laku doa, tapa, dan amal untuk mengakhiri virus korona pada tanggal 14 Mei. Ini adalah undangan untuk semua pengikut agama manapun.
Felicia Permata Hanggu