HARI ini, Selasa, 21/4 Gereja Katedral SP Maria Diangkat ke Surga memperingati ulang tahun pemberkatan yang ke-119. Gereja katedral berarti gereja yang memiliki takhta uskup atau chatedra. Gereja Katedral Jakarta memiliki takhta Uskup Agung Jakarta.
Mulanya, pada 6 November 1829 gedung gereja berukuran 35 x 17 meter persegi berlokasi di Lapangan Banteng diberkati oleh Mgr. Lambertus Prinsen dan diberi nama pelindung SP Maria Diangkat ke Surga. Gereja ini cukup membantu para imam menjalankan misi pelayanannya di Batavia. Umat yang mengikuti Misa semakin banyak. Untuk pertama kalinya, pada 8 Mei 1834, empat orang pribumi suku Jawa dibaptis di gereja ini.
Pada 20 September 1842, Kongregasi Propaganda Fide menetapkan misi Katolik di Hindia Belanda sebagai Vikariat Apostolik Batavia dan mengangkat Mgr. Jacobus Grooff sebagai vikaris apostolik yang pertama. Pastor Grooff ditahbiskan menjadi uskup di Leiden pada 26 Februari 1844.
Ia tiba di Batavia pada 21 April 1845. Pada 1 Mei 1845, Misa Pontifikal pertama dilaksanakan di Gereja SP Maria Diangkat ke Surga dan gereja ini ditetapkan sebagai gereja katedral.
Seiring berjalannya waktu, gereja mengalami banyak kerusakan. Perbaikan yang dilakukan hanya bersifat tambal sulam. Kemudian pada tahun 1859 diadakan renovasi yang cukup besar. Menurut pengamatan ahli bangunan, menara di tengah atap merupakan penyebab kerusakan dan kebocoran. Menara tersebut terlalu berat bagi struktur atap gereja, sehingga menekan tembok dan menimbulkan kebocoran di mana-mana. Karena itu diusulkan pembongkaran menara kecil tersebut dan menggantinya dengan sebuah menara baru yang terletak di atas pintu masuk, di sebelah barat. Akhirnya pada 31 Mei 1880 gereja ini mulai difungsikan lagi setelah selesai renovasi.
Hampir 10 tahun kemudian, tepatnya 9 April 1890, ditemukan bagian-bagian gereja yang mulai rusak. Setumpuk kapur dan pasir berserakan dekat sebuah pilar. Bangunan gereja kemudian ambruk disertai suara gemuruh yang mengerikan. Seluruh pekarangan tertutup debu sehingga jarak pandang tidak lebih dari lima langkah. Jam saat itu menunjukkan pukul 10:45. Hari itu tepat tiga hari sesudah perayaan Paskah.
Kondisi gereja saat itu sangat parah dan tidak memungkinkan untuk penyelenggaraan Misa. Untuk sementara, Misa dirayakan di garasi kereta kuda yang disesuaikan fungsinya untuk gereja darurat.
Gereja kemudian dirancang kembali dan pembangunannya dimulai oleh arsitek Pastor Antonius Dijkmans, SJ dengan corak neogotik dan dengan beberapa penyesuaian, misalnya menara dari baja mengingat seringnya gempa di Jakarta. Pada pertengahan tahun 1891 mulai dilakukan peletakan batu pertama oleh Provicaris Carolus Wenneker. Setelah kurang lebih setahun berjalan, pembangunan terpaksa dihentikan selama 8 tahun karena kurangnya biaya.
Tahap kedua pembangunan gereja dimulai pada 16 Januari 1899, dilaksanakan oleh Provicaris Carolus Wenneker dan kemudian dilanjutkan oleh arsitek Marius J. Huslwit meneruskan rancangan Pastor Dijkmans.
Gereja kemudian diresmikan dan diberkati pada 21 April 1901 oleh Vikaris Apostolik Jakarta, Mgr. Edmundus Sybradus Luypen, SJ didampingi lima imam dan diiringi paduan suara Caecilia. Pada saat Mgr. Luypen dengan iring-iringannya masuk pintu utama, lonceng-lonceng di atas bubungan gereja untuk pertama kalinya berkumandang di atas pusat Kota Batavia.
Di antara para hadirin, tampak Gubernur Jenderal Willem Rooseboom beserta ajudannya; Wakil Dewan Agung Negara dengan banyak anggota , para jenderal Angkatan Bersenjata, para direktur departemen-departemen.
Kepala Paroki Katedral Jakarta saat ini, Rm Hani Rudi Hartoko, SJ, menggarisbawahi, Gereja Katedral SP Maria Diangkat ke Surga menjadi saksi kunjungan bersejarah Paus. “Pertama, Paus Paulus VI pada tahun 1970, lalu Paus Yohanes Paulus II pada 10 Oktober 1989, dan kita semoga nanti Paus Fransiskus yang berkunjung,” ujarnay, Selasa, 21/4, dalam Misa Peringatan Pemberkatan Gereja Katedral Jakarta.
Hermina W.