Misa di Atap Gereja

167
Perayaan Misa di atap Gereja. (Dok. CNA)

HIDUPKATOLIK.COM– Seorang pastor di Roma mempersembahkan Misa Paskah dari atap gerejanya sehingga umat dapat berpartisipasi dari balkon dan jendela apartemen mereka selama masa karantina.

“Kami melakukan ini hanya untuk mengatakan kepada umat beriman bahwa mereka tidak sendirian,” kata Pastor Carlo Purgatorio seperti dilansir CNA, 15/4.

Pastor paroki Santa Emerenziana,Trieste, Roma itu mengatakan atap gereja menghadap ke jalan raya yang dulunya selalu ramai, dan di sekitarnya terdapat banyak bangunan apartemen, sehingga umat bisa berpartisipasi dari balkon apartemen mereka dan yang lainnya bergabung melalui live streaming.

“Banyak umat ikut misa dari jendela dan dari teras mereka. Dan sesudah misa banyak yang berterimakasih atas inisiatif ini karena mereka tidak merasa sendirian,” kata Pastor Purgatorio.

Selama masa karantina, Pastor Purgatorio selalu menyiarkan Misa-Misa harian secara live streaming, tetapi ide untuk mempersembahkan Misa dari atap gereja itu hanya untuk misa Minggu Palem dan Minggu Paskah.

Pastor Purgatorio juga mengatakan ada kemungkinan akan merayakan Misa di atap lagi untuk hari-hari Minggu berikutnya selama masa lockdown yang telah ditetapkan pemerintah hingga 3 Mei.

Perayaan Paskah tanpa umat menurut Pastor Purgatorio benar-benar mengejutkan. Tetapi harus tetap melakukan apa yang bisa dilakukan untuk membantu orang yang membutuhkan selama masa krisis ini.

“Paskah ini, begitu unik, membantu kita untuk mengubah diri kita sebagai manusia. Meskipun orang tidak dapat berkumpul untuk menerima sakramen, mereka dapat berpikir tentang bagaimana menjadi orang Kristen dengan cara baru,” kata Pastor Purgatorio.

Paroki Santa Emerenziana, yang berada di lingkungan kelas menengah, telah menyiapkan saluran telepon khusus bagi orang-orang untuk meminta pengiriman bahan makanan atau obat-obatan selama masa krisis ini. Banyak orang telah menyumbangkan sembako untuk mereka yang membutuhkannya.

Pastor Purgatori juga mengatakan pentingnya kesadaran diri seorang imam, bahwa ia bukan ‘pemain sandiwara,’ tetapi dengan rendah hati selalu menjadi ‘saksi iman’ dalam mewartakan Injil. “Ketika kita merayakan Misa, kita selalu merayakan Tuhan dan tidak pernah diri kita sendiri,” jelasnya.

Herman Bataona,CMF

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini