YOHANES Gabriel Perboyre adalah santo martir pertama dari Tiongkok. Imam Kongregasi Misi (CM) ini wafat disalibkan di Wuhan, Hubei, kota di mana virus corona atau COVID-19 pertama kali merebak.
Yohanes Gabriel melakukan perjalanan misionernya ke Tiongkok dengan kapal yang menghabiskan waktu kurang lebih enam bulan. Dengan menumpang kapal Royal Georges, dia singgah di Batavia (kini Jakarta) kemudian Surabaya selama satu bulan. Setelahnya, dia melanjutkan perjalanan ke Makau, pintu gerbang Tiongkok.
Kisah Pastor Yohanes Gabriel Perboyre, CM tentang Batavia dan Surabaya tampak dalam suratnya kepada pamannya, Pastor Yakobus Perboyre, CM, seperi dituliskan dalam San Giovanni Gabriel Perboyre: Lettere Scelte, Roma, CLV, 1996.
“Tanggal 23 Juni [1835] kami memasuki selat Sunda. Apa yang kami rasakan sulit untuk dilukiskan. Di sana kami melihat pulau-pulau dengan pepohonan yang buahnya harum dan manis, serta dapat diraih dengan tangan begitu saja … Sejak 14 Juli kami berada di Surabaya dan tidak akan berangkat sebelum 10 Agustus [1835]. Kami berusaha sabar dan menikmati waktu. Di seluruh Jawa [maksudnya mungkin di Surabaya] hanya ada empat pastor yang semuanya berkebangsaan Belanda. Di kepulauan yang lain tidak ada sama sekali. Tiga minggu kami mampir di Surabaya. Perhentian ini merupakan anugerah liburan bagi kami yang kelelahan karena perjalanan lama. Itu merupakan sebuah liburan yang menyenangkan. Panas terik udara Jawa [Timur] yang membakar terkurangi oleh kesejukan angin yang ditiupkan oleh gunung-gunung yang berdekatan di sana. Sekali atau dua kali seminggu kami pergi ke kota untuk mengorbankan Misa [di Gereja dekat jalan Kepanjen, Surabaya]. Kadang-kadang kami berjalan-jalan di pantai Jawa dan Madura. Tanggal 7 Agustus kami berangkat dari Surabaya menuju Makau untuk ke Cina, yang menjadi dambaan dan idaman hati saya.”
Dari kisahnya, diketahui bahwa tahun 1835 sudah terdapat Gereja Katolik. Dalam buku 80 Tahun Romo-Romo CM di Indonesia (CM Provinsi Indonesia, 2003) disebutkan, para pastor CM pertama yang datang dari Belanda tahun 1923, memandang perutusan misionernya adalah untuk “melanjutkan jejak langkah” Santo Martir Yohanes Gabriel Perboyre, CM.
Pemimpin misi CM di wilayah Keuskupan Surabaya (1923-1937), Pastor Theophile de Backere, CM, memandang Santo Yohanes Gabriel Perboyre, CM sebagai pelindung sekaligus teladan perutusan misinya di Keuskupan Surabaya. Itulah sebabnya, nama Yohanes Gabriel menjadi pelindung yayasan yang ia dirikan untuk menaungi karya-karya persekolahan pada waktu itu hingga saat ini.
Hermina Wulohering