Mgr. Boddeng Timang: Umat Katolik Siap Mengikuti Tuguran Kamis Putih

390

HIDUPKATOLIK.COM– TAHUN ini, Keuskupan Banjarmasin tetap akan melakukan Tuguran Kamis Putih, mengingat banyak umat yang mengharapkan ada penghormatan kepada Sakramen Mahakudus dari rumah masing-masing.

Hal ini ditegaskan oleh Uskup Banjarmasin, Rabu, 8/4. Sama seperti perayaan-perayaan sebelumnya, Perayaan Kamis Putih-Paskah akan dilakukan dengan live streaming di Youtube Pusat Pastoral Keuskupan Banjarmasin dan siaran langsung di Banjar TV dan jaringan Radio Nirwana, termasuk Tuguran Kamis Putih.

Tata Aturan Umum

Meskipun dilakukan dalam keheningan tanpa kehadiran umat, Tuguran Kamis Putih tidak dilakukan secara sembarangan.

Berikut beberapa aturan umum Tuguran Kamis Putih yang lazim dibuat dan kiranya menjadi perhatian umat.

  1. Tuguran Kamis Putih dilakukan setelah melaksanakan Ekaristi Kamis Putih.
  2. Tuguran Kamis Putih dilaksanakan di depan Sakramen Mahakudus yang berada di luar Tabernakel yang berada di gereja.
  3. Tuguran Kamis Putih umumnya dilaksanakan selama kurang lebih 1 jam.
  4. Tuguran Kamis Putih dilaksanakan berdasarkan Tata Upacara Para Uskup yang dikeluarkan Vatikan pasal 308-311. “Saat dinyanyikan Tantum ergo …, berlutut, mendupai Sakramen Mahakudus. … Setelah adorasi dalam keheningan selama beberapa saat, semuanya berdiri, berlutut dengan satu kaki kanan ditekkuk, dan kembali ke sakristi. … Umat beriman hendaknya didorong untuk melanjutkan adorasi (dalam keheningan) di depan Sakramen Mahakudus selama beberapa waktu di malam hari itu, sesuai kondisi setempat, namun jangan ada lagi adorasi agung setelah tengah malam.”
  5. Tuguran Kamis Putih juga dilaksanakan sesuai Sirkuler Kongregasi Ibadat Ilahi tentang Persiapan dan Perayaan Pesta Paskah (Feb 1988) juga menyebut bahwa, ” … bila diinginkan dapat dibacakan bagian-bagian Injil Yohanes 13-17,” kata kuncinya adalah “bila diinginkan”, jadi bukan keharusan. Lalu, kalaupun diinginkan, bentuknya adalah komunikasi searah, Injil dibacakan (dengan khidmat) dan umat mendengarkan. Intinya adalah bahwa umat tetap meneruskan adorasi dalam keheningan. Doa-doa bersama, apalagi sahut menyahut, dapat memindahkan perhatian umat dari Sakramen Mahakudus dan melemahkan makna adorasi. Ingat, adorasi artinya mengagumi, memuja, menyembah.

Hal-Hal Praktis

  1. Umat diharapkan mengikuti Tuguran Kamis Putih dalam suasana tenang dengan benar-benar memperhatikan kesakralam Sakramen Mahakudus
  2. Umat yang terlibat dalam Tuguran Kamis Putih bisa mengambil sikap berlutut ketika Sakramen Mahakudus di angkat untuk memberkati umat
  3. Umat diharapkan membuka buku atau tata perayaan Tuguran Kamis Putih yang disiapkan paroki masing-masing baik dalam bentuk soft copy sehingga pada saat imam membacakan doa, umat bisa mengikutinya. Terlebih lagu tantum ergo bisa diikuti.
  4. Setelah Tuguran, umat bisa berjaga-jaga selama beberapa menit. Bisa menggunakan kesempatan ini untuk berdoa.

Yusti H. Wuarmanuk

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini