Tradisi Pantang Daging

12969
Ilustrasi (Dok.testeverythingblog)

HIDUPKATOLIK.com – Pantang dan puasa umat Katolik baru saja dimulai dengan Perayaan Rabu Abu. Gereja, melalui Konferensi Para Uskup menetapkan ketentuan untuk pantang makan daging pada hari Rabu Abu dan setiap hari Jumat selama masa Prapaskah sampai Jumat Agung, bahkan setiap hari Jumat sepanjang tahun, kecuali hari raya.

“Orang-orang Katolik sejak dahulu kala telah menetapkan hari Jumat untuk perayaan penyesalan khusus yang dengannya mereka dengan senang hati menderita bersama Kristus yang diyakini menderita dan wafat di kayu salib pada hari itu, sehingga suatu hari mereka pun dapat dimuliakan bersama-Nya. Ini adalah jantung dari tradisi pantang daging pada hari Jumat di Gereja Katolik” tulis situs resmi United States Conference of Catholic Bishops (USCCB), seperti dilansir Aleteia, 27/2.

Inilah alasan yang menuntun Gereja untuk mengenali setiap hari Jumat sebagai Jumat Agung di mana orang-orang Kristen dapat mengingat Yesus Kristus dengan mempersembahkan jenis penebusan dosa tertentu.

Untuk sebagian besar sejarah Gereja, daging dipilih sebagai pengorbanan yang layak karena hubungannya dengan pesta dan perayaan. Dalam kebanyakan budaya kuno, daging dianggap sebagai makanan lezat dan anak sapi yang digemukkan tidak disembelih kecuali ada sesuatu untuk dirayakan.

Karena hari Jumat dianggap sebagai hari penebusan dosa dan kematian, makan daging pada hari Jumat untuk “merayakan” kematian Kristus tampaknya tidak sesuai. Gereja memperbolehkan ikan sebagai menu pengganti, karena tidak dianggap daging dan diperbolehkan untuk dimakan pada saat pantang dan puasa.

Menurut USCCB, Hukum Gereja telah mengklasifikasikan pantang dari “binatang darat”. Peraturan pantang menganggap bahwa daging hanya berasal dari hewan seperti ayam, sapi, domba atau babi, yang semuanya hidup di darat, kecuali burung yang juga dianggap daging. Ikan, di sisi lain, tidak berada dalam klasifikasi yang sama. Ikan adalah kategori hewan yang berbeda. Spesies ikan, amfibi, reptil (hewan berdarah dingin) dan kerang laut maupun air tawar diperbolehkan.

Pada akhirnya, niat Gereja adalah untuk mendorong umat beriman mempersembahkan kurban kepada Allah yang datang dari ketulusan hati dan mempersatukan penderitaan seseorang dengan penderitaan Kristus di kayu salib. Yang paling utama adalah bagaimana kesadaran membuat pengorbanan yang mendekatkan seseorang kepada Kristus.

Herman Bataona,CMF

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini