HIDUPKATOLIK.com – Gajah mati meninggalkan gading. Harimau mati meninggalkan belangnya. Manusia berpulang meninggalkan sejuta kenangan bagi mereka yang mengenalnya. Jelang 100 hari sejak Henry Alexis Rudolf Tilaar berpulang, kenangan akan kiprah dan jejaknya di dunia pendidikan kembali dimunculkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bersama Yayasan Cahaya Guru.
Prof. Alex, sapaannya, dikenal dan dikenang sebagai tokoh pendidikan yang sangat peduli terhadap kemandirian, kemerdekaan, dan kebhinnekaan dalam pendidikan. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendikbud, Totok Suprayitno, menyampaikan hampir semua slogan karya Prof. Alex adalah mandiri dan merdeka. “Ketika di Bappenas, Prof. Alex berbicara kemandirian mulai dari makro, manajemen sistem pendidikan, otonomi, dan sebagainya,” ungkap Totok.
Ia menambahkan, ketikan turun ke sekolah, Prof. Alex berbicara tentang kemandirian manajemen, dan kemandirian pedagogi di kelas.Gagasan kemandirian ini menunjukkan Prof. Alex sebagai sosok yang visioner. Pemikiran yang telah dikemukakan sejak tahun 90-an, kini banyak dibahas dan menjadi bagian dari visi Kemdikbud saat ini.
Sementara itu, Ketua Yayasan Cahaya Guru, Henny Supolo, menuturkan, nilai lain yang selalu diajarkan Prof Alex. adalah gotong-royong. “Nilai gotong-royong menjadi prinsip hidup bangsa Indonesia. Sementara dalam keseharian, tak terhitung berapa kali anak-anak mendengarkan perlu bersaing, bersaing, dan bersaing,” tuturnya mengutip Alex, dalam acara persembahan untuk H. A. R. Tilaar bertajuk “Menyemai Benih Kemandirian Pendidikan”, Senin, 3/2/2020 di gedung Kemendikbud.
Acara ini dihadiri sejumlah praktisi dan pengamat
pendidikan, para guru dari beberapa daerah, serta mereka yang pernah mengenal Alex secara langsung maupun mengamati kiprahnya dalam bidang pendidikan. Istri Alex, Martha Tilaar, dan tiga dari empat anak, Bryan, Pinkan, dan Wulan juga ikut hadir dalam acara ini.
Dalam kesempatan itu dan dalam Misa peringatan 100 hari di rumah di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan, Martha Tilaar menyebut sang suami adalah guru kehidupan baginya sejak ia menjadi guru hingga pengusaha.“Sebagai guru dan PNS yang jujurnya bukan main, Pak Alex tidak punya banyak uang, tetapi dia selalu memotivasi dan menjadi guru hidupku,” ungkap Martha.
Dukungan suami juga begitu terasa saat Martha harus tampil dan berbicara di berbagai panggung internasional. Apalagi, ia mengaku dirinya tidak menonjol secara akademis.
Telah 61 tahun mengarungi bahtera pernikahan, keluarga Alex dan Martha juga menjadi teladan keluarga Katolik. Martha mengatakan kuncinya adalah konsistensi dan komitmen. “Pernikahan itu selamanya. Manusia tidak sempurna, maka suami dan istri harus saling mengisi, mengetahui dan menerima kelemahan dan kelebihan masing-masing,” ungkapnya, Sabtu, 8/1/2020.
Ia mengisahkan, karena sibuk melakoni perannya dalam dunia bisnis kosmetik, suaminya mengambil peran yang biasanya dilakukan seorang ibu, seperti menemani belajar dan mengambil rapor. Sempat kondisi ini membuat anak-anak lebih dekat dengan ayah mereka. Namun, Alex kemudian memberi pengertian kepada putra-putrinya dan terus mendukung Martha.“Dia adalah kepala keluarga yang hidupnya berdasar kasih; sabar dan penuh pengertian. Yang selalu dia ajarkan adalah dream big, start small, act fast,” kenang Martha.
Hermina Wulohering
HIDUP NO.07 2020, 16 Februari 2020