Berbenah Hadapi Perubahan

85

HIDUPKATOLIK.com Nama J.B. Sumarlin – lengkapnya Johanes Baptista Sumarlin – oleh sebagian kalangan disejajarkan dengan nama besar Sumitro Djojohadikusumo, Widjojo Nitisastro, dan Ali Wardana. Mereka adalah arsitek-teknokrat ekonomi Indonesia zaman peralihan dari Soekarno ke Soeharto yang berkuasa selama Orde Baru. Dua puluh tahun Sumarlin menjadi salah satu men­teri kepercayaan Soe­harto, sebelum akhir­nya ia menduduki kursi Ketua Badan Pe­meriksa Keuanngan (BKP) di akhir rezim Soeharto.

Dalam kurun 20 ta­hun itu, tak jarang ju­ga ia dipercaya memegang jabatan men­teri ad interim pos tertentu, bila ada menteri yang bertugas ke luar negeri, diberhentikan atau berhalangan tetap. Belum lagi, ia harus bolak-balik ke kampus Universitas Indonesia, De­pok Jawa Barat, sebagai tenaga pe­ng­ajar di Fakultas Ekonomi. Kelak, ia menjadi guru besar di fakultas ini. Bisa dibayangkan, betapa sibuknya pria bertubuh mungil ini. Suatu saat, ia “lupa” berangkat ke Bandung ,untuk me­ne­mani anak-anaknya liburan akhir pekan. Padahal, ia sudah minta istri dan dan anak-anaknya duluan ke sana.

Sumarlin dikenal sebagai sosok pekerja keras, tak mengenal batas waktu. Dedikasinya amat tinggi untuk memberikan yang terbaik yang ia miliki sebagai doktor ekonomi lulusan Universitas Pittsburgh, Amerika Serikat. Tak sempat ia menghela nafas sekembali dari Amerika, berbagai jabatan dan pe­kerjaan diserahkan kepadanya. Ia pun menggebrak di mana-mana. Tak ada pos kementerian/lembaga yang ia tinggalkan tanpa gebrakan. Termasuk ke­tika ia menjabat tiga bulan seba­gai Menteri Pedidikan ad interim meng­gantikan Nugroho Notosusanto. “Ge­brakan Sumarlin” itu hingga kini masih dikenang oleh para penerusnya di pos yang ia pimpin, termasuk Kementerian Keuangan.

Jika Prosiden Joko Widodo dikenal dengan blusukannya, Sumarlin dikenal dengan sidak-sidak dan penyamarannya. Ia pernah menyamar sebagai karyawan di sebuah lembaga dengan nama Ahmad Sidik. Dengan “operasi” itu, ia berhasil membongkar praktik-praktik pu­ngut­an liar yang dila­ku­kan oknum di Kantor Ben­dahara Negara (KBN). Da­lam hal sidak, tak terbilang ba­­nyak­­nya Sumarlin melakukannya. Tu­juannya jelas, ia ingin melihat kenya­taan riil di lapangan. Ia tak mau hanya mengandalkan laporan asal bapak senang anak buahnya. “Beliau bahkan tidak segan menyamar sebagai pegawai RS Cipto Mangunkusumo dalam rang­ka membongkar praktik korupsi yang ada dan untuk mencari tahu sen­diri siapa pelakunya,”ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani. Maka, setiapkali ia menyampaikan laporan dan minta persetujuan atas usulan kebijakan yang akan diambilnya untuk mengatasi ma­salah yang tengah ditanganinya,  hampir pasti disetujui presiden.

Pemberani dan berintegritas, itu­lah sosok Sumarlin hingga akhir ha­yat­nya. Asalkan, demi kepetingan bang­sa dan negara, ia tak akan gentar meng­hadapi rintangan apapun. “Apa boleh buat, keluarga pun perlu memahami bahwa pengabdian saya kepada negara memang harus total dan tuntas. Tidak bisa setengah-setengah,” ujarnya sua­tu saat.

HIDUP NO.07 2020, 16 Februari 2020

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini