Alumni PMKRI, Minoritas Kreatif di Tengah Bangsa

411

HIDUPKATOLIK.COM– RETRET alumni Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia memasuki hari kedua. Kegiatan yang mengambil tema “Menguatkan Kebersamaan, Mengarungi Kedalaman,” ini menampilkan beberapa materi menarik dengan menghadirkan para narasumber yang berkompeten.

Suasana Retret Alumni PMKRI di Wisma Kinasih, Depok, Jawa Barat

Di hari kedua, sesi pertama, para pemateri adalah Ignatius Kardinal Suharyo dan Harry Tjan Silalahi yang berbicara tentang “Zaman Baru dan Panggilan Tugas Kita.”

Mengulas tema ini, Kardinal Suharyo mengawali dengan sebuah pertanyaan, apakah yang harus kita lakukan supaya lingkungan hidup kita semakin manusiawi? Menurut Kardinal ada dua hal yang harus dibuat agar wujud Kerajaan Allah nampak di dunia.

Suasana Alumni Retret Alumni PMKRI/Yusti H. Wuarmanuk

Pertama, Kerajaan Allah itu harus mengema dalam hidup sehari-hari. Ia mengatakan ketika kita hidup semakin manusiawi itulah Kerajaan Allah. Dalam konteks Dasar Negara yaitu Pancasila Kerajaan Allah itu tertuang dalam sila kelima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Kedua, Kerajaan Allah itu menyangkut lingkungan interaksi sehari-hari yang digambarkan dalam bentuk negara, bisnis dan warga negara.

Terkait tema kegiatan, Kardinal Suharyo mengajak alumni PMKRI agar berani melakukan identifikasi masalah. Ia menyebutkan persoalan keberagaman, toleransi, radikalisme agama, separatis, degradasi moral, dan persoalan lainnya terjadi karena bangsa ini tidak mampu menggali identifikasi masalah yang jelas. “Kita tidak menemukan cara-cara identifikasi masalah yang ada dalam masyarakat,” sebutnya di Aula Wisma Kinasih, Depok, Jumat, 14/2.

Suasana retret Alumni PMKRI/Yusti H. Wuarmanuk

Untuk itu, Kardinal Suharyo mengajak agar para alumni PMKRI perlu memahami etika keterlibatan. Baginya etika keterlibatan sangat penting untuk membantu setiap orang dalam membangun dan merawat relasi dengan orag lain.

Suasana retret Alumni PMKRI/Yusti H. Wuarmanuk

Sedangkan Harry Tjan dalam pemaparannya mengajak para alumni untuk belajar dan berusaha menjadi minoritas kreatif dalam berbagai bidang kehidupan. Dalam pandangannya, Harry menjelaskan bahwa minoritas kreatif ini mengandaikan adanya kesetaraan peran dan tanggungjawab. “Minoritas di tengah bangsa ini tetapi kita harus belajar memahami peran kita agar bisa membangun bangsa dan negara ini dengan penuh tanggungjawab. Maka itu, perlu kerjasama antar kita agar bisa saling mendukung,” jelasnya.

Yusti H. Wuarmanuk

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini