HIDUPKATOLIK.com – Beberapa waktu lalu HIDUP melaporkan adanya “seminar eksorsisme”. Agak mengherankan seminar itu. Eksorsisme, pembebasan dari setan, dalam Gereja Katolik adalah sesuatu yang sangat serius. Hanya imam yang secara khusus diutus uskup, boleh melakukannya. Eksorsisme bukan sesuatu untuk diseminarkan.
Apalagi dalam “seminar eksorsisme” itu, pembicara dilaporkan mengatakan, “setan bersemayam di tempat-tempat lembab, basah, gelap…, menempati hutan, pohon-pohon, pekuburan, bukit, gunung, padang gurun, tempat-tempat kotor”. Itu bukan ajaran Katolik. Pembicara kok tidak bisa membedakan antara setan dan segala macam makhluk halus yang banyak dipercayai seperti hantu, dhemit, kuntilanak, gendruwo, sundel bolong, thuyul, dll.? Menurut ajaran Katolik, setan adalah realitas rohani, dan realitas rohani tak punya tempat fisik.
Apakah ada makhluk-makhluk halus seperti itu, terserah keyakinan kita masing-masing. Gereja tidak punya ajaran tentang itu. Bagi umat Yesus hanya berlaku satu: “Di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu yang ada di surga
dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan…. Ia telah melucuti kekuatan-kekuatan dan kuasa-kuasa” itu (Kol. 1:16, 2:15). Jadi kalau memang ada makhluk-makhluk halus, kita tidak perlu takut karena kita sudah berada dalam Yesus.
Lalu setan itu apa? Ajaran resmi Gereja Katolik hanya sangat sedikit bicara tentang setan. Bahkan
tidak jelas apa setan hanya satu, atau ada banyak setan. Menurut keyakinan tradisional Yahudi dan Gereja setan adalah malaekat yang menolak taat pada Allah, yang sekarang mencoba menggoda manusia supaya ikut memberontak. Setan sama sekali bukan semacam makhluk halus yang melirik dari tempat gelap. Kardinal Walter Kaspar menyebut setan “persona dalam wujud bukan persona”.
Yang dimaksud: setan jangan kita bayangkan mirip
semacam manusia raksasa yang tidak kelihatan.
Melainkan lebih sebagai kekuatan. Dengan menunjuk pada setan, Gereja sadar bahwa umat manusia dinauingi oleh suatu kekuatan kejahatan atau kedosaan. Kekuatan itu melampaui segala penjelasan sosiologis, psikologis atau medis, juga kelemahan atau kejahatan pribadi kita masing-masing. Gereja bicara tentang mysterium iniquitatis (rahasia kejahatan). Memang, yang berdosa adalah kita sendiri, tetapi dengan setiap kita beri ruang pada yang jahat dalam hati kita, kekuatan kejahatan yang disebut setan itu
diperkuat dan kita semakin terjerat di dalamnya. Setiap kejahatan berkaitan dengan kejahatan yang lebih luas dan menambah daya ikat jahat itu. Misalnya diketahui, peleceh seksual sering/pernah
dilecehi sendiri, orang yang tak bisa jujur sering mengalami masa kecil di lingkungan hidup penuh penipuan. Karena itu meremehkan setan sangat tidak masuk akal. Kita sendirian tak mungkin ke luar dari jeratan itu. Tetapi, dan itu inti iman kita, dalam Yesus, Allah sendiri membawa kerajaan-Nya yang adalah kasih Ilahi, memungkinkan pendosa bertobat, dan dengan demikian mematahkan kekuatan “rahasia kejahatan” itu. Seperti ditulis Paulus: “Aku yakin bahwa baik maut, maupun hidup, … baik yang di atas maupun yang di bawah, maupun makhluk lain apa pun tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Rom 8:38s.).
Apa kita harus takut terhadap setan? Karena kita
ada dalam Yesus Kristus kita sudah selamat dan tak perlu takut. Tetapi kita harus sadar, betapa gampang kita ikut daya tarik rahasia kejahatan itu. Sadar bahwa dalam segenap egoisme, peremehan penderitaan orang lain, pemeliharaan rasa tersinggung, benci dan balas dendam kita terkoneksi dengan kekuatan setan.
Tetapi Yesus sudah bersama kita. Dalam Gereja
kita saling membantu untuk tetap “dalam Kristus”,
melalui Ekaristi dan sakramen lain, dengan saling
mengajar, melayani dan membantu. Konsili Vatikan II menegaskan, kekuatan kerajaan Allah mencapai segenap manusia. Pendosa mana pun akan dicari oleh Gembala yang baik, di dalam maupun di luar Gereja.
Franz Magnis-Suseno, SJ
HIDUP NO.06 2020, 9 Februari 2020
Kita memang tidak perlu takut terhadap Setan, tapi kita harus mewaspadai gangguan Setan dengan terus berpegang pada Ajaran Kristus dalam GerejaNYA. Seharusnya memang pelayanan eksorsisme mulai digalakkan di Gereja Katolik, karena itu juga merupakan bagian dari pewartaan iman akan Ajaran Kristus.