Youcat Indonesia : Media Pewartaan Kaum Muda Katolik

1121
Kegiatan para peserta dengan ice breaking tepuk Youcat.
[Dok.YOUCAT Indonesia]

HIDUPKATOLIK.com – Youcat hadir sebagai buku yang bukan hanya dinikmati sebagai bacaan tetapi juga pedoman dan arah bagaimana orang muda kenal imannya.

Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) memiliki kerinduan besar mempunyai metode katekese yang cocok untuk anak muda yang bisa menjembatani antara Orang Muda Katolik (OMK) dan komunitas-komunitas.

Hal ini diutarakan Yosepha Nadia Nicole Meinar Savitri, yang akrab disapa Nadia. Ia merasakan, adanya jarak antara dua kelompok ini. “Biasanya orang di komunitas itu aktif di kelompoknya saja, spiritualitasnya bagus tapi kurang paham ajaran Gereja. Sementara OMK, lahir dari struktur organisasi Gereja tetapi spiritualnya kurang,” ungkapnya.

Keprihatinan inilah membawa Nadia terlibat dalam latihan kepemimpinan YOUCAT Development Project (Youdepro) selama tiga bulan di Aschau im Chiemhau, Jerman bulan Mei – Agustus 2015. Tujuannya agar segera Youcat bisa dikenal oleh negara-negara.

Istilah Youcat sebenarnya merujuk pada sebuah buku yang isinya didasarkan pada Katekismus Gereja Katolik (KGK 1992) dan Kompendium KGK (2005). “Youcat ini memiliki potensi sebagai cara baru untuk berkatekese ala anak muda yang bisa diterima oleh Gereja. Diharapkan Youcat bisa menjembatani hal tersebut,” ujar Nadia.

Berawal di Surabaya
Maka itu, sepulangnya ke tanah air, Nadia pun bertemu Komisi Kepemudaan KWI, Pastor Antonius Haryanto. Ia meminta izin Pastor Hary, sapaannya, untuk mengembangkan Youcat di Indonesia.

Pastor Hary pun tidak keberatan bahkan soal letak geografis Surabaya yang rencananya dijadikan pusat Youcat. Nadia sempat meragukan wilayah ini karena biasanya Jakarta menjadi pusat sebuah organisasi. Meyakinkan Nadia, Pastor Hary bertanya, “Apakah pusat itu harus selalu di Jakarta?” Pertanyaan ini membuat Nadia makin bersemangat mengembangkan Youcat di Surabaya.

Gayung bersambut, Keuskupan Surabaya pun menerima Youcat. Selanjutnya dibentuk Youcat Center Indonesia, 8 September 2015 di Surabaya. Peristiwa ini bertepatan dengan Hari Raya Kelahiran Santa Perawan Maria.

Youcat kemudian diawali dengan study group dari beberapa orang yang berkumpul. Kegiatannya mempelajari Youcat dan didampingi oleh Vikaris Jenderal kala waktu itu.

Di akhir 2017, Direktur Eksekutif Youcat Indonesia, Pastor Yohanes Benny Suwito mengubah Youcat Centre Indonesia menjadi Youcat Indonesia. Pastor Benny melihat, Youcat tidak harus terbatas pada teritori tertentu, Youcat harus melebarkan sayap ke seluruh Indonesia. Ia mengatakan, “Setiap kota harus memiliki Youcat. Misal, Jakarta atau Palembang. Tetapi pusatnya tetap di Surabaya.”

Pedoman Anak Muda
Dalam proses ini, Nadia didampingi beberapa anak muda. Salah satunya Willem L. Turpijn, umat Keuskupan Agung Jakarta. Seolah tidak mengenal jarak, Willem masuk kepengurusan Youcat Surabaya. Ia turut menyumbangkan ide bagi perkembangan Youcat.

Baginya, Youcat adalah gerakan yang memberikan pengetahuan agar anak muda mencintai imannya. Dirasa, banyak anak muda kurang beriman bisa karena kurangnya pengetahuan Alkitabiah atau soal ajaran Gereja. “Kamu harus tahu apa yang kamu imani,” ujar Willem mengutip pernyataan Paus Benediktus XVI.

Sepengetahuan Willem, Youcat Indonesia memang tergolong baru. Tetapi seiring berjalannya waktu, Youcat Indonesia bermetamorfosis dalam berbagai kegiatan. Di antaranya ada study group Youcat, Youcat goes to (kegiatan sosialisasi di paroki-paroki), kemudian mengembangkan Website, Facebook, Instagram dan sekarang merambat ke Podcast.

Kini, Youcat mengembangkan pelayanan berlandaskan metode: know, share, meet, and express. Metode ini tak lain adalah kutipan pernyataan Paus Benediktus.

Wujud nyata dari slogan ini, anggota Youcat berkumpul bersama untuk belajar sesuatu. Tetapi tidak saja berhenti dalam tahap mempelajari sesuatu. “Study group Youcat mengubah cara itu. Jadi, know, kita belajar tentang Ekaristi. Kemudian ada tahapan share dan meet, yaitu saling sharing dan doa bersama. Lalu tahap express yaitu menghadiri Misa,” jelas Willem memberi contoh.

Wujud lain dari metode ini adalah implementasi program lanjutan. Hal ini bisa dilihat pada program Youcat menjelang Prapaskah yaitu membuat niat baik apa saja selama 40 hari.

Ada juga program lain yang menjadi program andalan Pastor Benny yaitu Training for trainers (TFT). Program TFT diselenggarakan pertama kalinya tahun 2018. Kebutuhan utama saat itu adalah para pendamping orang muda belum disapa oleh Gereja. TFT menyapa para pendamping kelompok kaum muda, yang selanjutnya pelajaran yang didapat bisa dibagikan kepada kaum muda lainnya.

Iman Kontemporer
Di beberapa kegiatan, Youcat sering disebut katekismus orang muda Gereja Katolik. Buku ini direkomendasikan oleh Paus Benediktus XVI. Itulah kenapa Pastor Benny, ingin OMK Indonesia bisa merasakan manfaat dari Youcat ini. Sebab pengetahuan di Youcat adalah pengetahuan iman Kekatolikan kontemporer yang bisa diterima orang muda.

“Walaupun Youcat ditujukan untuk remaja dan dewasa muda, saya percaya bahwa Youcat bisa digunakan semua kalangan untuk memperkenalkan Katolisitas,” ujar Pastor Benny.

Semangat yang ditampilkan Youcat, lanjut Pastor Benny, menjadi anak muda yang mengenal imannya dengan benar, lalu berani membagikan imannya. “Itulah yang dikenal dengan pembinaan know, share, meet, express: mengenal iman, berjumpa, dan mengungkapkan iman.”

Walaupun begitu, Pastor Benny, Nadia dan Willem menyadari, Youcat belum dikenal banyak kalangan. “Berhadapan dengan anak muda tidak gampang. Butuh inovasi yang bisa menjawab kebutuhan mereka. Bisa saja program- program Youcat hendaknya untuk mempersiapkan Revolusi Indrustri 4.0 dengan pengembangan bidang teknologi. “Kami sudah punya website untuk share berita dan materi-materi pendampingan. Memang sudah ada, tapi ingin dikembangkan lagi” ujar Pastor Benny.

Nadia menimpah tidak mudah mengembangkan Youcat. Kesulitan yang dihadapi selama berproses di Youcat adalah sosialisasi ke beberapa gereja. Ada kepala paroki yang menolak undangan Youcat. Belum lagi sulit menarik minat anak muda untuk mendalami kekatolikan yang dianggap berat, ketinggalan zaman, dan susah dimengerti. Lebih dari itu, banyak orang muda yang belum bisa berkomitmen. Meskipun begitu, sang pelopor percaya, Youcat bisa diterima di paroki-paroki dan dapat menjadi media pewartaan yang menyelamatkan.

Karina Chrisyantia/Yola Salvia

HIDUP NO.48 2019, 1 Desember 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini