Semakin Peka, Semakin Berbela Rasa

340

HIDUPKATOLIK.com – Keuskupan Agung Jakarta memfokuskan tahun ini sebagai momentum Keadilan Sosial. Kardinal berharap, umat semakin berbela rasa terhadap sesama.

Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) menetapkan tahun 2020 sebagai Tahun Keadilan Sosial. Tema yang diusung dalam arah pastoral sepanjang tahun ini adalah “Amalkan Pancasila, Kita Adil Bangsa Sejahtera”. Pembukaan Tahun Keadilan Sosial
berlangsung di Gereja Katedral St. Perawan Maria Diangkat ke Surga, Jakarta Pusat, Sabtu, 4/1. Sehari kemudian, seluruh paroki di KAJ juga membuka Tahun Keadilan Sosial.

Pembukaan Tahun Keadilan Sosial diadakan bertepatan dengan Hari Raya Epifani. KAJ ingin menghubungkan kedua peristiwa tersebut. Ketika
umat semakin adil dan bangsa Indonesia semakin sejahtera, wajah Allah yang Maha Baik dan Maha Murah pasti akan semakin tampak.

Misa Pembukaan Tahun Keadilan Sosial dirayakan
secara konselebrasi. Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo, menjadi selebran utama. Pada kesempatan itu, Kardinal Suharyo memberkati simbol Tahun Keadilan Sosial serta penanda gerakan tahun ini, seperti logo Tahun Keadilan Sosial, patung Yesus tunawisma, dan celengan.

Kardinal Suharyo kemudian menyerahkan patung dan celengan itu kepada sembilan imam sebagai representasi sembilan dekanat yang terdapat di KAJ. Panitia Penggerak Tahun Keadilan Sosial
Keuskupan juga menyerahkan simbol dan penanda serupa kepada Kardinal Suharyo untuk diletakkan di wisma keuskupan.

Celengan tersebut merupakan simbol pertobatan dan bela rasa. Tiap umat diharapkan dapat memasukan sejumlah uang setiap hari. Uang tersebut kelak akan digunakan untuk karya sosial.
Selain celengan, pada tahun ini terdapat gerakan sampah. Aksi ini untuk semakin memelihara dan merawat lingkungan hidup.

Dalam khotbah, Kardinal Suharyo mengatakan, ketika seseorang berjumpa dengan Yesus, maka orang itu tidak mungkin hidup dengan cara seperti sedia kala. Perjumpaan dengan Yesus akan selalu
membawa pembaruan dalam hidup seseorang. Tahun Keadilan Sosial ditempatkan di dalam keyakinan bahwa Gereja pun juga harus membarui
diri. Sejak sepuluh tahun lalu, dinamika pembaruan di KAJ diikat dengan tema “Semakin Beriman, Semakin Bersaudara Semakin Berbela Rasa”.

Kata “semakin”, lanjut Kardinal Suharyo, sengaja
diletakkan dan diulang sebanyak tiga kali, karena
kata itu mengungkapkan pembaruan. Adil dan bela rasa tidak pernah boleh dipisahkan. Keduanya harus terus diasah dan diperbarui dengan berbagai
cara supaya tidak menjadi tumpul.

Kardinal Suharyo juga menceritakan pengalamannya ketika merayakan Ekaristi di suatu gereja di luar KAJ. Ia melihat sesuatu yang belum
pernah dilihatnya. Yaitu, ketika selesai Komuni, seorang imam memberkati anak-anak yang maju untuk meminta berkat. Setelah imam itu memberkati, anak-anak tersebut mendekati kotak sumbangan, dan memasukkan uang ke kotak itu.

Kardinal Suharyo semula mengira, uang itu akan
digunakan untuk membangun gereja di paroki tersebut. Ternyata, dugaan sang kardinal keliru. Menurut imam tersebut, sumbangan anak-anak, mereka gunakan untuk gerakan atau aksi sosial. Sejak kecil, anak-anak sudah diajarkan dan diasah untuk peka terhadap kebutuhan sesamanya yang
berkekurangan.

Kardinal Suharyo menginginkan agar selama Tahun Keadilan Sosial, umat KAJ semakin bertumbuh dalam kepekaan sosial. Muara dari sikap tersebut adalah semakin berbela rasa terhadap sesama, terutama kepada yang lemah,
miskin, tersingkir, dan difabel.

Sebelum Perayaan Pembukaan Tahun Keadilan
Sosial, panitia penggerak juga mengadakan seminar kebangsaan di aula atas Katedral Jakarta. Hadir sebagai pembicara Menteri Sosial Juliari Peter Batubara, Sekretaris umum PP Muhammadiyah, H. Abdul Mu’ti, dan direktur PT
Indofood Sukses Makmur Tbk. Franciscus Welirang.

Yunita

HIDUP NO.02 2020, 12 Januari 2020

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini