Fachrul Razi : Lakukan yang Terbaik

156
Fachrul Razi. [HIDUP/Karina Chrisyantia]

HIDUPKATOLIK.com – Indonesia adalah miniatur dunia yang penuh dengan berbagai macam perbedaan. Warna negara Indonesia patut bersyukur kepada para pendiri bangsa, karena telah merumuskan langkah-langkah untuk menyatukan perbedaan ini. Bhineka Tunggal Ika, Sumpah Pemuda, Pancasila, UUD 1945, dan berbagai aturan hukum semua ini adalah acuan untuk persatuan.

Hal ini disampaikan Menteri Agama Republik Indonesia Fachrul Razi saat membuka Festival Paduan Suara Mahasiswa Antar Perguruan Tinggi Agama Katolik (PTAK) Tingkat Nasional 2019 di Ancol, Jakarta Utara, 2/11. “Meskipun beragam, ada panduan untuk bersatu,” ujar menteri kelahiran Banda Aceh 1947 ini. Fachrul menghimbau, generasi penerus bangsa harus mampu melaksanakan dan menerapkan acuan-acuan tersebut dalam kehidupan. “Saya tekankan di sini, bahwa toleransi itu tidak sedikit pun mengurangi iman dan takwa kita kepada Tuhan,” tegasnya.

Fachrul membuka festival paduan suara ini dengan pemukulan gong sebanyak lima kali. Pada pukulan terakhir, ia memukul gong itu lebih keras hingga berdengung lebih lama dan membuat riuh para hadirin. “Kayaknya disiapkan untuk orang biasa, enggak tahunya yang mukul tentara,” canda pensiunan Jenderal TNI ini.

Dalam sambutannya, Fachrul juga bercerita saat ia memberikan ceramah di Masjid Istiqlal, Jakarta. Saat itu, ia mengangkat ayat di Al-Quran tentang Tuhan yang menciptakan manusia secara berbeda-beda. Ia meyakini, dengan perbedaan ini, Tuhan menginginkan manusia untuk saling mengenal. “Padahal kalau mau menciptakan manusia jadi satu, ya bisa. Tetapi, justru Tuhan menciptakan manusia berbeda-beda. Maksud Tuhan, dalam ayat tersebut, supaya manusia saling mengenal, dalam arti bertoleransi,” tegasnya.

Sebagai Menteri Agama yang baru, Fachrul mengungkapkan, tugas utamanya adalah merumuskan langkah-langkah kebijakan di bidang keagamaan. Di setiap kesempatan, baik Menteri Agama ganti, maupun tidak ganti, pasti akan tetap ada evaluasi. Evaluasi yang dilakukan, menurutnya, tentu saja pada hal-hal yang sudah biasa. “Masalah iman dan takwa, masalah kebersamaan, dan juga masalah toleransi karena sekarang ini menjadi sangat penting,” ujarnya.

Sebelum menutup sambutannya, Fachrul tidak lupa menyemangati para peserta lomba paduan suara yang datang dari ujung Timur sampai ujung Barat Indonesia. “Kalaupun tidak menang, tidak masalah. Mental yang harus dibentuk adalah melakukan yang tebaik, termasuk buat bangsa ini,” pungkasnya.

Karina Chrisyantia

HIDUP NO.46 2019, 17 November 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini