Pastor Aloysius Baha, SVD : Tidak Hebat, Namun Kompak

502
Pastor Aloysius Baha, SVD.
[Dok.Pribadi]

HIDUPKATOLIK.com – Kehidupan yang sederhana justru membuat umat Katolik di Desa Kedang Ipil berkembang dalam iman.

Desa Kedang Ipil masuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Kota Bangun, Kutai Kertanegara. Kalimantan Timur. Di tempat ini terdapat Stasi St. Paulus Kedang Ipil, Paroki St. Pius X Tenggarong. Pastor Aloysius Baha, SVD, akrab disapa Pastor Alo adalah salah satu pastor yang pernah berkarya di sini. Di sela-sela rapat bersama di Keuskupan Samarinda, 27/11, ia membagikan kisahnya.

Sejak 2007 berkarya di Paroki Tenggarong, apa saja yang Pastor lihat dalam dinamika umat di Desa Kedang Ipil?

Kuncinya adalah saya bukan sekadar kunjungan atau rayakan Misa tetapi melihat kebutuhan. Pertama, tempat ibadat yang tidak ada perubahan. Saat Misa juga mereka melantai (duduk di lantai). Kemudian saya gagas, adanya pembangunan gereja baru. Tadinya mau memperluas stasi tapi tercetus lebih baik buat gedung baru. Posisinya agak di dataran yang lebih tinggi agar pandangan lebih luas. Dana pembangunan disokong oleh Propaganda Fide, Vatikan. Setiap tahun, konggregasi ini memiliki dana untuk disalurkan bagi pembangunan gereja di seluruh dunia. Seiring pembangunan ada yang menyumbang, berjalanlah proyek tersebut. Sekarang ini tembok kanan kiri sudah terbangun, begitu juga atap. Target saya, bangunan ini dimanfaatkan untuk Natal tahun ini walaupun masih baru dan terkesan kosong.

Bagaimana Natal dirayakan di Stasi Kedang Ipil?

Jangkauan kami ke mereka saat Natal atau Paskah itu kurang memungkinkan. Kerap kali, para pastor muter dulu ke seluruh stasi baru ke Desa Kedang Ipil. Bahkan, pernah setelah masa Natal, kami baru pergi untuk mengunjungi. Kami selalu mengutus imam dari luar atau pastor tamu untuk melayani umat di sana selama Natal atau Paskah.

Kami harus berkontribusi terhadap iman mereka. Saya akui, stasi ini kurang secara finansial. Masih ada juga penolakkan dari kampung lain. Maka itu kami harus rawat mereka dengan sungguh-sungguh.

Nilai iman apa yang dapat ditimba dari umat Katolik di Stasi Kedang Ipil?

Desa Kedang Ipil seperti obyek wisata rohani. Selalu ada kunjungan dari paroki-paroki di kota. Kampung sekitarnya itu sampai bingung kenapa sering sekali kedatangan tamu. Hal ini terkait pesan khusus yang saya sampaikan, yakni memelihara mereka sebagai saudara seiman. Dengan begini, umat Desa Kedang Ipil tidak terasing.

Saya selalu mengingatkan agar, mereka tetap menjaga kebersamaan dengan makan dan minum. Sehingga jika ada perayaan mereka membawa beras, sayur, kemudian masak bersama di area pastoran. Mereka sungguh bersukacita menikmati kesederhanaan tapi tetap berbagi. Indahnya mereka disitu.

Bagaimana umat Stasi Kedang Ipil harus hidup sebagai minoritas di daerahnya?

Ya, sebetulnya bagi mereka agama Katolik mulai menjadi warisan. Sehingga banyak keturunan mereka dibabtis Katolik juga. Jadi otomatis, tidak ada kampanye lagi untuk mencari peminat. Sudah menjadi turunan generasi ke generasi. Kalau mereka sudah berkemauan kuat untuk beriman Katolik, maka mereka harus dibentuk.

Pernah saya awal-awal itu, akan menikahkan pasangan, malah pakai celana pendek. Pakaian ala kadarnya lah. Itu tahun sekitar 2007. Mereka memang tidak biasa keluar jadi tidak tahu bagaimana berpakaian yang pantas dalam prosesi pernikahan. Tapi bagi mereka, justru itu hal biasa, mereka mementingkan hati bukan tampilan sebagai orang Katolik.

Karina Chrisyantia

HIDUP NO.51 2019, 22 Desember 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini