Setelah 36 Tahun

336

HIDUPKATOLIK.com – Saat Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) tengah bersidang tahunan tanggal 4-14 November 2019 lalu di Bandung, Uskup Padang, Mgr. Martinus Dogma Situmorang, OFMCap dilarikan ke Rumah Sakit Borromeus, Bandung karena mengalami gangguan kesehatan mendadak. Sempat mendapat perawatan intensif (ICU) selama lebih dari sepekan, Mgr. Situmorang, sapaan akrabnya, menghembuskan nafas terakhir dengan tenang pada Selasa, 19 November 2019, dalam usia 73 tahun. Pada Misa Penutupan Sidang Tahunan sekaligus Perayaan Enam Tahun Masa Pontifikal Paus Fransiskus, Rabu, 13/11/2019 di Katedral Jakarta, setelah mengumumkan Uskup baru Keuskupan Ruteng, Mgr. Siprianus Hormat, Duta Besar Vatikan untuk Indonesia, Mgr. Piero Pioppo mengajak umat mendoakan Mgr. Martinus yang terbaring tak sadarkan diri di RS Borromeus.

Kepergian Mgr. Situmorang tentu saja membawa duka, tak hanya bagi para uskup, tetapi juga bagi umat Katolik, khususnya di Keuskupan Padang, Sumatera Barat. Almarhum melayani umat Katolik di keuskupan yang meliputi Provinsi Sumatera Barat, Jambi dan Riau sejak ditahbiskan pada 11 Juni 1983 alias 36 tahun masa penggembalaannya.

Selain itu, putera katekis sederhana di Paroki Palipi, Samosir, Sumatera Utara ini juga berbakti untuk Gereja Indonesia dengan menduduki jabatan-jabatan di KWI, tiga periode Sekretaris Jenderal (Sekjend) dan dua periode sebagai Ketua Presidium KWI, belum termasuk sebagai ketua komisi atau anggota presidium. Terakhir, selain sebagai anggota presidium mewakili Provinsi Gerejani Medan, dia didapuk sebagai ketua Komisi Pendidikan.

Melihat rekam jejaknya, Mgr. Situmorang telah mendarmabaktikan dirinya secara total untuk Keuskupan Padang. Dan, dengan kedudukannya di KWI, ia pun mencurahkan perhatian besar bagi Gereja secara nasional dan pada pembaruan bangsa ini. Salah satu yang cukup fenomenal adalah ketika bersama Kardinal Yulius Darmaatmadja, SJ sebagai ketua KWI saat itu, dan Mgr. Situmorang sebagai Sekjend mengeluarkan sebuah Surat Gembala KWI yang secara tajam menyampaikan kritik terhadap rezim Orde Baru tahun 1997 yang membuat Presiden Soeharto terusik. Selain menyoroti terjadinya kemerosotan moral di segala bidang kehidupan, surat bertajuk Keprihatinan dan Harapan tersebut dengan tegas mengatakan, bahwa ‘tidak memilih pun bukanlah dosa’. Adalah peran Mgr. Situmorang yang turut serta merumuskan konten surat tersebut setelah mendapat masukan dari sejumlah awam dan cendekiawan Katolik pada zaman menjelang jatuhnya Orde Baru itu.

Fides Per Caritatem Operatur (Iman bekerja lewat kasih). Begitu moto penggembalaan uskup yang ditahbbiskan menjadi uskup pada usia 36 tahun. Ya, Mgr. Situmorang telah 36 tahun menebarkan kasihnya kepada umat Padang dan Indonesia. Kepergiannya menghadap Bapa di Surga telah menorehkan jejak-jejak pelayanan kasih. Umat Katolik di Kepulauan Mentawai adalah salah satu yang tak luput dari perhatiannya. Di tangan penggembalaannya, Gereja Katolik berkembang di kepulauan tersebut, termasuk, panggilan menjadi imam dari kalangan Mentawai sendiri. Selamat jalan, Mgr. Martinus Dogma Situmorang!

HIDUP NO.48 2019, 1 Desember 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini