Paroki Kristus Raja Mindiptana, Merauke, Papua : Rumah Rohani

730
Para pastor yang memberkati Patung Kristus Raja Mindiptana dalam rangkaian acara 80 tahun Paroki Kristus Raja Mindiptana.
[Dok. Paroki Kristus Raja Mindiptana]

HIDUPKATOLIK.com – Pusat misi yang berada di antara dua suku besar, Muyu dan Mandobo ini telah menginjak usia 80 tahun.

Patung Kristus Raja yang dibangun di Paroki Mindiptana berdiri dengan wajah penuh sukacita. Patung itu memancarkan kegembiraan dan harapan, memberikan kekuatan, sekaligus menjadi pengingat akan jaminan keselamatan yang diberikan Kristus. Kedua tangan-Nya terangkat sambil memberkati setiap orang yang datang kepada-Nya dengan kata-kata berkat-Nya: “Aku menyertaimu selalu sampai pada akhir zaman” (Mat 28:20).

Kehadiran Patung Kristus Raja ini bermula dari diskusi antara Pastor Salfinus, Suster Maria Celine PRR, dan Robertus Kandam, usai Misa Jumat pertama pada tanggal 6 April 2018. Rencana ini bersambut, pada 1 Mei 2018 keluarga Sardjana Sumichan dan keluarga Yulian Kusume Kwee yang berasal dari Jakarta menyumbangkan sebuah patung Kristus Raja untuk Paroki Mindiptana. Setelah selesai dibuat di Yogyakarta, patung ini dikirimkan ke Merauke.

Pada tanggal 15 Agustus 2019, saat Pesta Santa Perawan Maria diangkat ke Surga, patung tiba di Mindiptana. Kehadirannya disambut secara meriah oleh umat dan masyarakat dan diarak dari Jembatan Kali Kao menuju ke paroki. Ribuan umat Katolik, termasuk yang beragama lain (Protestan dan Islam), Ikatan Keluarga Toraja, dengan berjalan kaki membentuk pagar hidup, menyambut kehadiran Patung Kristus Raja Mindiptana dengan nyanyian, tarian, doa, dan Perayaan Ekaristi. Patung ini kemudian ditakhtakan di dalam gereja paroki.

Pada tanggal 14 Agustus 2019, pada perayaan 114 tahun misi masuk di Papua Selatan, Patung Kristus Raja ini lalu diletakkan di atas bola bumi di mana kaki Kristus tepat menginjak pada gambar peta Pulau Papua, khususnya Muyu Mandobo, Mindiptana. Peletakan pada posisi ini dimaksudkan untuk menegaskan dan mengenang masuknya Injil di tanah Papua, khususnya di wilayah Mindiptana sebagai pusat misi.

Di bawah peta Papua tersebut, ada dua pulau kecil, Pulau Kei dan Pulau Tanimbar yang digambar dengan warna emas. Simbol ini untuk menggambarkan, bahwa dari kedua pulau itu para guru dan katekis awam turut membantu misi di Muyu Mandobo.

Pada patung itu terpampang tulisan “Yesus Muman Yeman, Muman Yesus Yeman” ‘Yesus Muyu Mandobo Punya, Muyu Mandobo Yesus Punya’. Kata-kata tersebut berasal dari Kepala Paroki Mindiptana yang pertama, Pastor Petrus Hoeboer MSC.

Menjelang perayaan 80 tahun paroki, sebulan lalu diadakan novena kepada Hati Kudus dan Bunda Hati Kudus, 5-13/9, kemudian digelar juga pawai obor, 14/9. Perayaan syukur juga dilanjutkan dengan Adorasi Sakramen Mahakudus dan malam renungan di mana para pastor yang pernah berkarya di Muyu dan Mandobo memberikan refleksi singkat dan pengalaman mereka bermisi di daerah tersebut.

Puncak Perayaan 80 Tahun Paroki Mindiptana ditandai dengan Misa yang dipimpin Vikjend Keuskupan Agung Merauke, Pastor Hendrikus Kariwop MSC. Setelah Misa, acara dilanjutkan dengan pemberkatan patung Kristus Raja Mindiptana.

Tercatat terdapat dua suku besar yang menjadi umat Paroki Mindiptana, yaitu Muyu dan Mandobo. Sehingga, daerah ini sering disebut Muman (Muyu Mandobo). Kata ini memiliki daya simbolis yang kuat, bahwa Mindiptana adalah pusat misi dari seluruh wilayah Muyu (sekarang menjadi Pusat Kevikepan Mindiptana). Gereja paroki memiliki peran istimewa karena menjadi “rumah rohani” bagi semua umat Katolik di Paroki Kristus Raja Mindiptana.

Helen Yovita Tael/Pastor Salvinus Buarlele MSC (Merauke)

HIDUP NO.43 2019, 27 Oktober 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini