Dokumen Abu Dhabi Harus Dikatekesekan Hingga ke Akar Rumput

469
Para Uskup bersama Administrator Diosesan Keuskupan Timika Pastor Marthen Ekowaibi Kuayo, Sekretaris Dirjen Bimas Katolik Aloma Sarumaha, Dubes Vatikan untuk Indonesia Mgr Piero Pioppo, dan Sekretaris Nunsiatura Apostolik mgr A Jean-Marie (HIDUP/Yanuari Marwanto)

HIDUPKATOLIK.com – PARA Uskup seluruh Indonesia mengadakan sidang tahunan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Senin-Kamis, 4-14/11, di Bumi Silih Asuh Keuskupan Bandung, Jalan Moch. Ramdan, Regol, Bandung, Jawa Barat.Sejak tahun lalu, sidang KWI berlangsung di tempat yang sama. Ini terjadi karena gedung KWI di Jalan Cut Meutiah, Menteng, Jakarta Pusat akan direnovasi. Pembangunan gedung baru KWI rencana akan dimulai November tahun ini. Proses diawali dengan peletakan batu pertama oleh Kardinal Ignatius Suharyo pada Kamis, 14 November 2019.

Sidang tahunan KWI diawali dengan hari studi.   Bila tahun-tahun sebelumnya hari studi para uskup hanya berlangsung sehari, tahun ini hari studi para uskup terjadi selama dua hari, mulai Senin-Selasa, 4-5 November 2019. Tema yang diusung dalam hari studi kali ini adalah “Persaudaraan Insani untuk Indonesia Damai”.

Pemilihan topik hari studi para uskup, menurut Kardinal Suharyo, merupakan amanat Paus Fransiskus. Dalam pertemuan dengan Bapa Suci, saat kunjungan ad limina para uskup seluruh Indonesia (8-16 Juni 2019), Paus meminta kepada para uskup untuk “mengakarrumputkan” dokumen Abu Dhabi (Dokumen tentang Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama). Agar dokumen tersebut tak “membeku” dan “membuku” tapi menjadi inspirasi semua orang sehingga bermuara pada transformasi kehidupan.

Ketua Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan KWI, Mgr Yohanes Harun Yuwono, menambahkan, Paus Fransiskus juga menginginkan agar dokumen Abu Dhabi bukan hanya menjadi pegangan para pemimpin agama tapi harus dikatekesekan kepada “akar rumput”. “Dokumen itu juga bukan hanya untuk hubungan (umat) Katolik dengan Islam, tapi juga untuk semua orang demi menangkal ekstrimisme dan dampaknya,” ujar Mgr Yuwono.

Hadir sebagai narasumber pada hari studi ini adalah Imam Besar Masjid Istiqlal KH Nasaruddin Umar, Sekretaris Lembaga Hubungan dan Kerjasama Internasional Pimpinan Pusat Muhammadiyah Wachid Ridwan, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Said Aqil Siradj, Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian Alissa Qotrunnada Munawaroh Rahman (Alissa Wahid), dan Pastor Damianus Fadjar Tejo Soekarno, imam Keuskupan Malang sekaligus aktivis di komunitas lintas agama di Madura.

Dokumen Abu Dhabi ditandatangani oleh Paus Fransiskus bersama Imam besar Al-Azhar, Sheikh Ahmed al-Tayeb, dalam Pertemuan Persaudaraan Manusia di Uni Emirat Arab, Senin, 4 Februari 2019.  Dokumen tersebut mengingatkan akan panggilan semua umat manusia untuk menjalin persaudaraan dan perdamaian, karenanya sebagai sesama anak-anak Allah menolak kekerasan, apalagi kekerasan yang mengatasnamakan Allah ataupun agama.

 

Yanuari Marwanto

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini