Membangun Keberanian dan Kerendahan Hati

558
Dua frater membawa lambang penggembalaan Kardinal Suharyo di GerejaKatedral Jakarta saat Misa syukur pelantikannya sebagai kardinal.
[HIDUP/Yusti H. Wuarmanuk]

HIDUPKATOLIK.com – Kardinal Ignatius Suharyo merayakan Misa perdananya bersama umat di Keuskupan Agung Jakarta. Seperti pesan Paus, perayaan ini sederhana.

Perarakan panjang para imam dan uskup mengawali Misa syukur pelantikan Kardinal Ignatius Suharyo. Arak-arakan itu bermula dari Wisma Keuskupan menuju Gereja Katedral Santa Maria Diangkat ke Surga, Keuskupan Agung Jakarta (KAJ), Sabtu, 19/10. Misa syukur ini menandai awal karya Kardinal Suharyo. Pada 5 Oktober lalu, Paus Fransiskus melantik Uskup Agung Jakarta ini sebagai kardinal Indonesia. Upacara tersebut berlangsung di Basilika St Petrus, Vatikan.

Pada Misa syukur di Katedral Jakarta, hadir juga Duta Besar Vatikan untuk Indonesia Mgr. Piero Pioppo,Uskup Agung Emeritus Jakarta, Kardinal Julius Riyadi Darmaatmadja SJ, Uskup Bogor, Mgr. Paskalis Bruno Syukur, OFM bersama Uskup Emeritus Bogor, Mgr. Cosmas Michael Angkur, OFM, Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM, Uskup Bandung, Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC, dan Uskup Emeritus Manokwari-Sorong, Mgr. F. X. Sudartanta Hadisumarta, OCarm.

Dalam perayaan ini juga, diadakan perarakan lambang penggembalaan Kardinal Suharyo. Secara umum tak banyak perubahan hanya terdapat penambahan pada jumlah jumbai. Sebelum diangkat menjadi kardinal terdapat empat tingkat jumbai, tapi setelah menjadi kardinal terjadi penambahan satu jumbai.

Kendati begitu, Kardinal Suharyo melihat penambahan lambang ini sebagai bentuk kesetiaan dan ketaatan. Caping atau topi berbentuk kerucut sering dipakai gembala dan petani. Maka, caping tersebut menjadi lambang penggembalaan. Di samping itu untuk melindungi kepala dari terik. Maka ini menjadi lambang perlindungan Tuhan.

Sembari mengutip “surat persaudaraan” yang ditulis Paus Fransiskus kepada dirinya, Kardinal Suharyo mengatakan, di mata dunia pengangkatan ini dilihat sebagai bentuk promosi dan kedudukan. Setidaknya seseorang menaiki tangga baru. “Tetapi, menurut Paus, cara berpikir seperti ini gagal dan hanya mengaburkan makna otentik dari tugas dan tanggung jawab seorang kardinal,” jelas Kardinal Suharyo.

Paus, kata Kardinal Suharyo melanjutkan, dalam surat itu juga meminta agar perayaan syukur ini berjalan dalam sukacita dengan menghindari perayaan yang bercorak hura-hura dan duniawi. “Bapa Suci menyadari bahwa banyak umat ingin merayakan hal ini dalam kemeriahan. Tapi, Bapa Suci berharap perayaan ini hendaknya dalam suasana persaudaraan dan ugahari Injili,” harapnya sambil membacakan surat Paus.

Kardinal Suharyo juga menggarisbawahi waktu pelantikan dirinya dan 12 kardinal baru lain. Menurutnya, bukan sebuah kebetulan Paus menetapkan tanggal 5 Oktober sebagai waktu pelantikan. Biasanya, konsistori kardinal dibuat pada November. Ada beberapa alasan menurut Kardinal Suharyo. Pertama, bertepatan dengan Pesta St Fransiskus Assisi. Kedua, Oktober adalah bulan Misi Sedunia, dan ketiga pada bulan yang sama berlangsung Sinode Amazon. “Tiga perayaan ini memiliki maksud agar Gereja terus menerus membaharui diri. Pembaruan diri itu ditujukan lewat doa yang tak jemu-jemu. Doa ini memiliki dua buah makna yaitu keberanian dan kerendahan hati. Misi Gereja harus hidup dalam semangat keberanian dan kerendahan hati.”

Sementara itu, Mgr. Pioppo dalam sambutannya menegaskan, terpilihnya Kardinal Suharyo karena kecintaan Paus Fransiskus bagi Indonesia. Sambil mengutip istilah Arah Dasar KAJ, Mgr. Pioppo menegaskan, pelantikan ini sebagai bentuk belarasa Paus untuk Gereja Indonesia. Terlebih, agar Gereja terus berkembang dan mengalami pembaharuan diri. Khususnya perhatian kepada mereka yang menderita dan dimarginalkan. “Hal ini bukan saja visi dan misi para klerus tetapi visi dan misi kita semua sebagai anak Allah yang berbelarasa,” sebutnya.

Sebelum Misa syukur ini, diadakan pemberkatan ruang Adorasi. Pemberkatan ini dilakukan langsung oleh Kardinal Suharyo didampingi Mgr. Anton, dan Kepala Paroki Katedral Jakarta, Pastor Albertus Hani Rudi Hartoko, SJ. “Ruang doa ini nantinya diperuntukkan bagi umat KAJ dan umat luar KAJ bila ingin berdoa secara khusus,” ujar Pastor Hani.

Yusti H. Wuarmanuk

HIDUP NO.43 2019, 27 Oktober 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini