Kolekte Elektronik

787

HIDUPKATOLIK.com – Penggunaan uang elektronik (e-money) atau uang digital sudah jamak dalam kehidupan masyarakat kita, baik di kota-kota besar maupun di kota-kota kecil yang dapat dijangkau dengan jaringan pembayaran melalui mesin gesek. Misalkan saja, untuk belanja di pusat perbelanjaan (kecil atau besar), pembayaran moda transportasi seperti kereta api, bus, tiket pesawat, kapal laut, tol, dan lain sebagainya.

Jenis transaksi tertentu sudah mewajibkan penggunaan uang elektronik. Singkat kata,
penggunaan uang elektronik kini dan ke depan tidak terbendung lagi; menjadi kebutuhan yang berdampak luas pada kehidupan masyarakat moderen. Selain untuk mempermudah karena tidak perlu membawa uang tunai dalam jumlah besar, penggunaan uang elektronik dapat mempercepat proses transaksi, kredibilitas, akuntabilitas, pencegahan praktik korupsi.

Penggunaan uang elektronik, mau tidak mau, suka atau tidak suka, juga sudah menyentuh “halaman” dan altar Gereja. Halaman yang dimaksud adalah bahwasanya penggunaan uang elektronik kini sudah biasa digunakan ketika umat ingin memberi sumbangan atau
donasi.

Tak jarang kita temukan, dari mimbar gereja diumumkan, “jikalau ada umat tidak membawa uang tunai, di pintu-pintu gereja telah disediakan mesin Electronic Data Capture (EDC)”. Umat dapat menggunakan mesin tersebut untuk memberikan donasinya entah dalam jumah kecil atau besar. Tatkala dalam event penggalangan dana diadakan di gedung yang bukan gedung gereja, mesin EDC ini bisa diedarkan langsung oleh para petugas agar prosesnya lebih cepat dan praktis bagi umat atau donatur yang ingin menyalurkan dananya.

Bagaimana dengan persembahan pada saat Perayaan Ekaristi? Sudah ada gereja (paroki) di Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) yang mulai menyediakan mesin EDC bagi umat yang ingin memberikan kolekte dalam bentuk uang elektronik. Selain tetap mempertahankan
kotak atau kantong kolekte yang diedarkan saat persiapan persembahan, umat pun dapat pergi menuju mesin EDC untuk menggesek kartu untuk kolekte.

Seperti kita tahu, tradisi memberikan kolekte ini sudah ada dalam Agama Yahudi yang disebut sebagai persembahan. Kita bisa temukan dalam Injil Lukas 21: 1-4 tentang persembahan janda miskin. Tradisi ini pun diteruskan oleh Gereja perdana hingga saat ini. Kolekte umumnya dalam bentuk uang tunai. Ketika uang tunai “bermetamorfosis” menjadi uang elektronik, tampaknya pemberian kolekte dalam bentuk uang elektronik pun tidak terhindarkan, begitu juga untuk stipendium dan iura stolae.

Hemat kami, sehubungan dengan kolekte dalam bentuk uang elektronik pada Perayaan Ekaristi, hierarki Gereja perlu memberikan pengajaran kepada umat agar umat tidak salah paham. Bahwa satu-satunya persembahan di meja altar adalah roti dan anggur. Sebagaimana uang tunai dan persembahan lain dalam bentuk benda, esensi uang elektronikpun turut diantar dan ditempatkan di dekat altar.

HIDUP NO.43 2019, 27 Oktober 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini