Rasnius Pasaribu : Perluas Pelayanan

285
Rasnius Pasaribu.
[HIDUP/Eman Dapa Loka]

HIDUPKATOLIK.com – Tanggal 26 Agustus 2019, Rasnius Pasaribu (45) dan 49 orang lainnya dilantik menjadi anggota DPRD Kota Bekasi, Jawa Barat. Lantas, apa makna dari pelantikan bagi Rasnius, warga Gereja Santa Clara, Bekasi Utara ini? “Setiap kita dipanggil untuk menjadi pelayan, dan saya pun merasakan itu, malah sekarang dengan menjadi anggota DPRD, jangkauan pelayanan saya bertambah luas,” ujar ayah dua anak ini.

Rasnius memang tidak asing dengan dunia pelayanan. Dia adalah ketua OMK pertama Paroki Bekasi Utara, Gereja Santa Clara. Di saat kepengurusannya itu, terbangun dengan baik jalinan perkenalan dan kerjasama dengan rekan-rekan muda Muslim antara lain dengan membentuk KAPAS atau Komunitas Aksi Peduli Sesama. Dalam KAPAS ini Rasnius menjabat sebagai sekretaris, sedangkan Ketuanya adalah Eva, putri dari KH Aminuddin Muchtar,pemilik Pondok Pesantren An Nur di Bekasi Utara.

Dia juga pernah menjabat sebagai Sekretaris Dewan Paroki Harian selama dua periode dan aktif dalam pengurusan IMB Gereja Santa Clara. Di saat mengurus IMB itulah niatnya untuk terjun dalam politik tumbuh dan mekar. Apa hubungannya?

Ketika ikut mengurus IMB Rasnius mengalami sendiri betapa kurangnya “jalur” komunikasi Gereja ke elemen-elemen pemerintah, warga masyarakat, tokoh-tokoh agama dan tokoh masyarakat. Melalui jalur politik dia berharap bisa membangun dan menjadi penyambung komunikasi tersebut.

Hal lain yang menarik bagi Rasnius, politik itu adalah penentu berbagai hal yang mengatur kehidupan bersama. Dia berharap dan berjuang untuk memengaruhi pengambilan keputusan-keputusan tersebut. “Bayangkan kalau orang lain yang menentukan berbagai aturan menyangkut kehidupan sekelompok orang, sementara dia sama sekali tidak mengenal kelompok itu dengan segala keunikannya. Akan berbahaya,” ujarnya.

Dalam membangun pergaulan dan bekerja, walau menyadari tidak mudah, Rasnius mengaku akan berjuang untuk tetap menghidupi ajaran imannya di tengah kecenderungan orang hanya untuk “menang kalah”.

“Kita coba dengan segala kelemahan dan kelebihan yang ada untuk mengembalikan makna politik itu. Bahwa sebagian orang memilih jalur politik sebagai kesempatan untuk berbuat jahat, sangat kita sayangkan. Namun bagaimanapun, politik itu pada dasarnya sangat mulia. Tinggal kita memilih yang mana,” pungkasnya.

Emanuel Dapa Loka

HIDUP NO.36 2019, 8 September 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini