40 Hari Menghadap Bapa, Begini Sosok Pater Heuken di Mata Romo Magnis

1068
Romo Franz Magnis Suseno, SJ dan Pater Adolf Heuken, SJ berbincang dengan mantan presiden, BJ Habibie, tahun 2016 lalu. [Dok.Istimewa]

HIDUPKATOLIK.com –  “SAYA merasa kehilangan. Saya gembira, dia pernah ada bersama kita. Terima kasih sudah memberi banyak. Saya yakin sekarang dia berada dekat dengan Tuhan.”

Demikian Pastor Franz Magnis Suseno, SJ menutup homilinya dalam Misa 40 hari meninggalnya Pastor Adolf Heuken, SJ, di Kapel Kanisius, Menteng, Jakarta Pusat, Senin, 2/9.

Pater Heuken datang di Indonesia pada tahun 1963, menyelesaikan tertiat di Giri Sonta, Ungaran, Jawa Tengah. Ia bergabung dengan Jesuit dengan syarat ia ditempatkan di daerah misi.

Pater Heuken menghabiskan sebagian waktu hidupnya di belakang meja, membaca, membuat catatan, dan menulis. Romo Magnis mengatakan Pater Heuken adalah tipe imam Jesuit yang sangat jarang, tetapi ada pada zaman dulu. Saat ini, kebanyakan imam Jesuit mempunyai tugas pastoralnya masing-masing.

Cara hidup Pater Heuken, kata Romo Magnis, membuatnya menghasilkan sesuatu dengan prima dan tidak bisa dihasilkan orang lain. “Pater Heuken mengembangkan intelektualitas yang dituntut Jesuit,” ujar imam yang juga berdarah Jerman ini.

Romo Magnis mengisahkan Pater Heuken berasal dari “keluarga kental Katolik”. Heuken muda pernah dipaksa menjadi anggota tentara Schutzstaffel (SS) Jerman. Namun, untuk menolaknya Heuken mengaku telah melamar di angkatan udara. Heuken sengaja memilih angkatan udara karena yakin tak akan diterima. Penderita gangguan buta warna tentu tidak akan mendapatkan izin untuk menerbangkan pesawat, sehingga ia pasti tidak lolos.

“Pater Heuken adalah sosok yang begitu mencintai kekatolikannya,” tambah Romo Magnis. Kecintaannya itu, kata Romo Magnis, yang membuatnya membangun Cipta Loka Caraka. Cipta Loka Caraka menerbitkan publikasi-publikasi penting bagi Gereja Katolik, di antaranya, Ensiklopedi Gereja I-IX dan Gereja-Gereja Bersejarah di Gereja.

Selain untuk Gereja Katolik, Pater Heuken juga menulis banyak hal untuk bangsa dan Jakarta khususnya. Pater Heuken menulis tentang sejarah Jakarta, masjid-masjid kuno di Jakarta, ensiklopedi populer politik pembangunan pancasila sebanyak empat jilid, dan kamus Indonesia-Jerman, Jerman-Indonesia.

Romo Magnis mengatakan apa yang dikerjakan Pater Heuken memang tidak langsung terasa pentingnya. Namun, itu adalah bagian dari tradisi Jesuit yang tidak langsung religius, agar mengetahui realitasnya. Agak berbeda dengan sekarang, tambah Romo Magnis, para imam Jesuit diharapkan menyerahkan diri pada iman, keadilan, pemeliharaan lingkungan hidup, dan dialog antaragama.

 

Hermina Wulohering

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini