HIDUPKATOLIK.com – “Sinode ke-15 bertemakan orang muda telah menjadi batu pijakan baru bagi Gereja. Diundangnya orang muda ke dalam pertemuan yang terkesan formal ini, telah menghancurkan sekat antara hierarki dan orang muda. Arti kata sinode yang berarti ‘berjalan bersama’ diwujud nyatakan secara langsung didalamnya. Maka kemudian, tantangannya adalah ‘apakah orang muda berani untuk membuka dan memulai sesuatu yang baru?’. Tidak bisa dipungkiri, orang muda adalah masa depan Gereja. Orang muda adalah unsur konstitutif Gereja. Hal ini berarti, jika orang muda tidak ada, maka Gereja tidak ada.
Sepanjang sejarah Gereja kita telah melihat Allah memakai orang muda sebagai pelaksana karya keselamatan. Musa, Yosua, Maria, Yesus, Paulus. Paulus dipanggil untuk berkarya pada usia 23 tahun dan Maria 14 tahun. Artinya, tokoh-tokoh dalam sejarah Kitab Suci semua membuka era baru. Maka orang muda zaman sekarang harus menanggapi tantangannya sendiri.
Tantangan yang mereka hadapi adalah identitas kemanusiaan. Identitas manusia berhadapan dengan realita kemudian relevansi dengan Gereja. Gereja bisa memberi apa kepada kita? Tapi juga kemudian tantangannya adalah relasi. Gereja itu bukan institusi tapi relasi, termasuk dengan relasi antar generasi.
Relasi dengan hierarki, relasi dengan budaya, relasi dengan situasi. Maka yang membuat relasi menjadi sebuah era baru ialah relasi yang menghidupkan dan menyelamatkan. Seperti kisah dua murid di Emaus yang bertemu Yesus, membangun relasi transformatif hendaknya dimulai dengan mengikuti, memberikan diri, dan menemani kembali. Relasi yang membuka mata itulah yang harus dibangun meskipun mereka yang didampingi menjauh dari sumber keselamatan.”
Felicia Permata Hanggu
HIDUP NO.30 2019, 28 Juli 2019