Berani Bersuara

209
Magdalena Palang Lewoleba, Mahasiswi UNIKA Atma Jaya, Jakarta.

HIDUPKATOLIK.com – “Mereka melatih jiwa kepemimpinan melalui kegiatan yang bersentuhan dengan sekitar mereka.”

Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggaraan The 7th Asian Chaplains and Animators Formation and Exchange, 30 Juni sampai 6 Juli 2019. Meski baru saja secara sah terdaftar di tahun ini sebagai anggota dari International Young Catholic Students (IYCS) di tahun ini, namun justru Indonesia dipercaya sebagai panitia. Tantangan tersebut tentunya disambut dengan berani, dan secara keseluruhan acara bisa terselenggara dengan baik.

Pertemuan bertajuk “Called to Meet Young People, Rekindling Their Hearts and Walking by Their Side” ini dihadiri oleh para formator dan animator, serta beberapa perwakilan mahasiswa dari setidaknya delapan negara, termasuk Indonesia. Mereka pun turut menyuarakan keprihatinan dan masalah yang mereka hadapi, serta menyampaikan kesan yang mereka dapat usai mengikuti acara ini.

Nikodemus Falerix
Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Dharma Pontianak, Ketua Paduan Suara

“Kalau saya sendiri melihat tantangan untuk mengajak teman-teman jadi aktif itu adalah kesadaran mereka sendiri. Di kampus kami, mahasiswa Katolik cukup aktif bergerak di bidang kemahasiswaan dan mereka semua sudah mau melakukan kegiatan yang positif. Saya pribadi sangat suka dengan tugas pelayanan, karena hidup di tengah keluarga yang cukup aktif di Gereja.”

Magdalena Palang Lewoleba
Mahasiswi UNIKA Atma Jaya, Jakarta

“Enggak aku sangka, di camp ini, ada sesi pengenalan sejarah hidup. Di sini aku belajar mendengarkan, menerima dan bersyukur bahwa berkat Tuhan untuk setiap orang itu berbeda. Sebenarnya sudah banyak kegiatan rohani dan sasarannya anak muda tetapi cara pengemasannya yang kurang ‘anak muda’. Padahal ngga semua kegiatan rohani melulu tentang belajar Alkitab dan berdoa. Jadi tergantung pengemasan kegiatan tersebut. Gimana menarik orang muda.”

Jimmy Pdang
Presiden IYCS Asia

“YCS membantu saya menemukan talenta dan membangkitkan jiwa kepemimpinan saya. Sebelumnya saya adalah orang yang pemalu dan bisa dikatakan sebagai biang onar. Saya bahkan tidak bisa berbahasa Inggris tetapi YCS mengasah saya untuk setiap hari mengembangkan kemampuan saya. Metodologi seejudge-act juga membantu saya mengolah setiap peristiwa yang hadir dalam hidup saya. Saya juga tidak pernah bermimpi akan menjadi Presiden IYCS Asia. Dengan kelemahan dan kelebihan yang saya miliki, saya berharap akan melayani semua orang dengan baik.”

Pastor Sergio Castro Maniba
Imam Pendamping IYCS Asia (2014-2019)

“Pada tahun 2014 saya ditunjuk sebagai imam pendamping IYCS Asia. Dalam perjalanannya Tim IYCS Asia mengalami banyak tantangan dimulai dari persoalan finansial, tetapi kami yakin jika ini pekerja Tuhan, Ia pasti akan membuka jalan. Pengalaman saya mengatakan untuk membangun komunitas kaum muda yang bagus adalah tidak menjadi ekslusif tetapi berani melebur dengan yang lain tanpa meninggalkan kekhasan IYCS. Kita membutuhkan mahasiswa Katolik yang kuat berkanjang untuk ‘menderita’ melewati proses pembentukan menjadi seorang pemimpin, yang tidak cepat putus asa tetapi selalu meletakkan harapan kepada Tuhan. Kemampuan organisasi juga dibutuhkan untuk menjaga kesehatan komisi pelayanan yang dipercayakan.”

Christine Bernadette Maria Rumokoy
Mahasiswi Fakultas Keperawatan UNIKA De La Salle Manado, Sulawesi Utara

“Kalau aku lihat, anak-anak muda kebanyakan tak lagi memiliki niat utuk mengikuti kegiatan-kegiatan rohani. Walau sudah dicoba dengan usaha untuk menarik lebih banyak anak muda yg ikut dalam kegiatan rohani, tapi kalau orangnya ngga ada niat, ngga bisa maksa.

Setelah pertemuan IYCS ini, aku menemukan suatu hal baru tentang organisasi yang sangat memperhatikan orang muda dan itu sampai tingkat international. Sangat bersyukur bisa tahu. Sampai di Manado tentu ingin buat sesuatu dengan menerapkan ‘see, judge and act’ di kegiatan yang sudah ada atau program baru untuk satu tahun ke depan.”

Pastor Jacob Anil D’sa
Imam Pendamping IYCS Asia (2019-2021)

“Perjalanan saya dengan IYCS dimulai ketika menjadi imam pendamping regional India Selatan. Sejak itu saya melihat anak muda khususnya mahasiswa bertumbuh menjadi seorang Katolik yang militan dan berdaya karena peran pastor pendamping dan pendamping awam yang selalu ada bersama mereka memberikan tenaga dan waktu dalam pembinaan. Maka, saya melihat kemunculan talenta kepemimpinan yang terus bertumbuh. Saya mengenal banyak mahasiswa yang dulu pendiam, tetapi sekarang mampu berbicara di depan publik dan menjadi pemimpin di organisasi mereka baik di kampus maupun paroki. Mereka berani menyuarakan suara Gereja, bisa mengorganisir sebuah acara, dan mencari dana bagi proyek kemanusiaan.”

Deril D’sa
Mahasiswa Perdagangan St Marry College, Shirva, India, Kordinator Nasional YCS India

“YCS telah memberi saya dan mahasiswa lainnya di India, kesempatan untuk berkembang secara akasemik dan spiritual. Metodologi see-judge-act membantuku merefleksikan segala peristiwa yang terjadi didalam hidupku sehingga memudahkanku untuk mengambil keputusan yang tepat sesuai dengan nilai kekatolikan. Kami mendapat pelatihan public speaking, menjalankan misi. Sebagai pemimpin saya harus memimpin dengan memberikan contoh.”

Marchella A. Vieba
Laporan: Felicia P. Hanggu, Karina Chrisyantia

HIDUP NO.30 2019, 28 Juli 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini