HIDUPKATOLIK.com – Ia memulai kariernya di bidang farmasi dengan menjadi staf di sebuah apotek. Kini, ia ikut bertanggung jawab menyediakan asuransi bagi seluruh rakyat Indonesia.
Jaminan kesehatan adalah hak setiap pekerja yang tidak boleh ditunda. Jaminan ini tidak boleh hanya dipenuhi ketika pekerja yang bersangkutan sakit atau membutuhkan pelayanan kesehatan.
Bekerja sebagai Direktur Kepesertaan dan Pemasaran BPJS Kesehatan, Lucia Bernadetta Andayani Budi Lestari bertugas memastikan setiap perusahaan di Indonesia melindungi pekerjanya. Dalam tugasnya ini, ia berupaya melakukan edukasi kebijakan-kebijakan yang ada dalam program Jaminan Kesehatan NasionalKartu Indonesia Sehat (JKN-KIS ).
Untuk peran ini, Anik panggilan akrabnya, berusaha meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai manfaat program jaminan kesehatan dan prosedur memperoleh pelayanan kesehatan. Untuk hal ini, ia tak kenal lelah melakukan berbagai sarasehan dan sosialisasi di daerah-daerah.
Jalan Farmasi
Anik lahir dan besar di Gunung Kidul, Yogyakarta. Ayahnya bekerja di dunia politik sedangkan ibunya adalah seorang guru di desanya. Di usia remaja, ia memutuskan melanjutkan pendidikan di Sekolah Asisten Apoteker. Setelah lulus, ia langsung bekerja di salah satu apotek di kota kelahirannya. Menyukai tantangan dan tak ingin rutinitas yang biasa-biasa saja, ia lalu memutuskan kuliah sambil bekerja.
Siapa sangka, keputusan ini berbuah manis. Setelah lulus perguruan tinggi di Kota Gudeg, ia lalu bekerja di sebuah perusahaan farmasi, hingga akhirnya menjadi kepala cabang di sana. Pengalaman menduduki kursi pemimpin di perusahaan farmasi lain pun mulai mengikutinya.
Anik mengakui, dengan bertemu orang, menjalin relasi, dan melakukan negosiasi penjualan pelan-pelan ia menemukan dunianya dalam industri farmasi ini. Ia bahagia dapat berperan dalam dunia yang selaras dengan semangatnya. “Bagi saya ini adalah kegiatan yang sangat membahagiakan dan memberikan semangat luar biasa untuk terus bekerja,” ujarnya.
Setelah empat tahun, Anik bergabung dengan PT Askes. Belum lama bergabung di sana, ia dipercaya menjadi kepala di beberapa kota, Pasuruan, Yogyakarta, dan terakhir di Jakarta Pusat. Kariernya terus menanjak, puncaknya ia mengepalai BPJS Kesehatan Divisi Regional VI, Jawa Tengah dan DIY, tahun 2014-2015.
Sebenarnya, ketika usianya 56 tahun pada 2016, Anik sudah bisa pensiun. Namun, ia masih belum bisa lepas dari BPJS Kesehatan. Di lembaga ini, ia bahkan mendapat tanggung jawab lebih besar. Ia dipercaya menjadi direksi di lembaga asuransi terbesar di Indonesia ini.
Tak Jadi Pensiun
Duduk sebagai direksi, Anik berperan sebagai Direktur Perluasan dan Pelayanan Peserta. Dengan posisi ini, ia berupaya keras untuk mencapai target jumlah peserta jaminan kesehatan nasional yang telah ditetapkan pemerintah. Untuk target ini, ia menempuh salah satunya dengan strategi canvassing dan penegakan kepatuhan.
Anik menjelaskan, canvassing merupakan advokasi tentang kewajiban pemberi kerja. Ia menjelaskan, setiap perusahaan wajib mendaftarkan seluruh pekerja dan anggota keluarganya menjadi peserta JKN-KIS. Tugas ini terang saja tidak mudah, hal ini dikarenakan usia BPJS Kesehatan yang masih tergolong “anak-anak”. “Target ini memang berat, kami seperti memulainya dari nol,” ujarnya.
Namun, Anik tidak menyerah, ia memulainya dengan melakukan pemetaan badan usaha. Awalnya, dengan data yang ia dapat dari banyak sumber, ia mengolah data ini berdasarkan area terkecil, seperti kelurahan dan kecamatan. Dengan cara ini, maka akan dapat diketahui perusahaan apa saja yang ada di suatu wilayah.
Canvassing itu sendiri dilakukan dengan pendataan dari pintu ke pintu. Langkah ini ternyata cukup berhasil. Setelah berjalan beberapa saat, diperoleh data badan usaha mana saja yang belum bergabung dalam program JKN-KIS. Anik menjelaskan, pemerintah sangat tegas dalam hal ini. Setiap perusahan tanpa kecuali harus mengikutkan karyawannya dalam BPJS Kesehatan. “Kesempatan ini juga membuat kami bisa lebih optimal dalam mengedukasi badan usaha,” ujar umat Paroki Santo Yakobus Kelapa Gading, Jakarta Utara ini.
Anik melanjutkan, edukasi dalam hal ini bisa bermacam-macam, mulai dari kewajiban mendaftarkan seluruh karyawan, sosialisasi pemanfaatan Elektronik Data Badan Usaha (e-DABU), dan petunjuk pelayanan peserta JKNKIS. Untuk perusahaan yang termasuk bandel, dan belum mendaftarkan karyawannya, BPJS Kesehatan akan mengomunikasikan hal tersebut kepada Dinas Tenaga Kerja dan Kejaksaan untuk mengambil langkah selanjutnya.
Kini, BPJS Kesehatan bekerja sama dengan lebih dari 25 ribu fasilitas kesehatan di seluruh Indonesia. Hingga Mei 2019 sudah lebih dari 221 juta jiwa atau 83 persen dari total jumlah penduduk Indonesia yang menjadi peserta JKN-KIS. Jumlah tersebut dicapai hanya dalam waktu lima tahun sejak BPJS Kesehatan beroperasi pada Januari 2014.
Pencapaian ini sekaligus memasukkan Indonesia sebagai negara dengan jumlah peserta jaminan kesehatan terbesar di dunia dan negara tercepat dalam merekrut peserta. Sebagai perbandingan, Jerman sebagai negara dengan sistem jaminan kesehatan tertua membutuhkan waktu lebih dari 130 tahun untuk mencapai Universal Health Coverage, merangkul 11 juta penduduknya.
Punya Utang
Dengan tangan dinginnya, perempuan energik asli Yogyakarta ini menghadirkan prestasi mengagumkan bagi BPJS Kesehatan. Anik menjelaskan, Rencana Pembangungan Jangka Menengah Nasional yang ditetapkan oleh pemerintah menargetkan jumlah peserta jaminan kesehatan nasional minimal 95 persen dari total penduduk Indonesia. jumlah ini harus tercapai pada tahun ini.
Anik mengakui target ini pun bukan tanpa kendala terutama dalam menjaring lebih banyak peserta. Pemahaman masyarakat tentang pentingnya berasuransi masih kurang. Hal ini yang menjadikan target ini memerlukan kerja keras. Indonesia yang memiliki 170 ribu lebih pulau membuat akses untuk menjangkau mereka tidak mudah.
Namun, mengeluh bukanlah menjadi pilihan meski target dan tanggung jawab besar berada di hadapannya. Ia tak lelah mendengar keluhan dari siapa saja tentang jalannya program asuransi pemerintah ini. Ia bahkan tak pernah mengganti nomer ponselnya sejak ia masih bekerja di PT Askes. Ia beralasan, hal ini untuk memudahkan banyak pihak untuk berkomunikasi dengannya. “Hampir setiap hari banyak keluhan dan permintaan info yang masuk. Walau agak merepotkan, saya tetap berusaha untuk menjawabnya satu per satu,” tuturnya.
Di luar upaya mengejar target yang dipancang kantornya, Anik tidak lupa pada perannya dalam keluarga dan lingkungan atau komunitas di sekelilingnya. Ia pun pernah aktif di sejumlah organisasi, seperti Rotary Club, Indonesian Ostomy Association, dan International Federation Professional and Business Women. Melakukan tanggung jawabnya dengan baik, baginya belum cukup, ia seperti mencuri waktu bersama keluarganya. “Saya masih punya utang untuk keluarga, masyarakat, dan juga Gereja,” pungkasnya.
Lucia Bernadetta Andayani Budi Lestari
Tempat/Tanggal Lahir : Yogyakarta, 26 Februari 1960
Suami : Bambang Sugiri
Anak-anak :
– Anastasia Kunti Noor Wijaya,
– Martha Andhyka Maharani
Pendidikan :
– S1 Ekonomi Pembangunan di Universitas Terbuka (lulus tahun 1991)
– S2 Ekonomi di Pasca Sarjana di Atmajaya Yogyakarta (lulus tahun 2000)
Karier :
• Kepala PT Askes (Persero) Cabang Pasuruan (2001-2005)
• Kepala Bidang Pemasaran Regional VII Jawa Timur (2005-2006)
• Kepala PT Askes (Persero) Kantor Cabang Utama Yogyakarta (2006-2007)
• Kepala PT Askes (Persero) Cabang Utama Jakarta Pusat (2007-2008)
• Kepala PT Askes (Persero) Regional IV wilayah DKI Jakarta, Banten dan Kalimantan Barat (2008), Kepala Divisi
Askes Komersial PT Askes (Persero) (2008-2009)
• Kepala Grup Kepesertaan dan Pemasaran PT Askes (Persero) (2009-2013)
• Kepala Divisi Regional Divisi Regional VI wilayah Jawa Tengah dan DIY (2013-2014)
• Kepala BPJS Kesehatan Divisi Regional VI Jawa Tengah dan DIY (2014-2015) ,
• Direktur Kepesertaan dan Pemasaran BPJS (2016-Sekarang)
Antonius E. Sugiyanto/Fr. Benediktus Yogie SCJ
HIDUP NO.29 2019, 21 Juli 2019