Yesus Memberkati, Saat Injil Masuk Toraja

916
Salah satu Stasi Jalan Salib di Sa’pak Bayobayo, Sangalla, melalui situs-situs leluhur Toraja.
[HIDUP/Hasiholan Siagian]

HIDUPKATOLIK.com – Kaya dengan destinasi wisata religi, Toraja menjadi pilihan untuk menimba kekuatan jiwa. Patung Yesus, salah satu terbesar di dunia, menyimpan sejuta simbol yang perlu dipahami saat berkunjung ke sini.

Patung “Tuhan Yesus Memberkati” di Puncak Buntu Burake dengan ketinggian 1700 meter dari permukaan laut, menjadi magnet yang ‘menyihir’ setiap pengunjung yang datang ke Makale, Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Tak afdol rasanya datang ke kota ini jika belum menginjakkan kaki dan berswafoto dengan latar belakang patung yang disebut-sebut menandingi Patung Kristus Penebus di Rio de Jeneiro, Brasil.

Dibangun di atas puncak Buntu Burake (Toraya Maleo), dengan ketinggian 45 meter, destinasi ini tidak pernah sepi pengunjung tiga tahun terakhir ini. Menurut Giovanni, Kepala Seksi Promosi Dinas Pariwisata Tana Toraja, kunjungan pada hari biasa sekitar seribu orang sedang pada hari libur sekitar dua-tiga ribu wisatawan. Mereka berasal dari dalam dan luar Sulawesi, termasuk mancaneagra. Wisatawan beragama lain tampak mengabadikan momen menakjubkan di lokasi ini ketika HIDUP berkunjung ke lokasi yang terletak tiga km ke arah Timur Kota Makale ini awal Juni 2019 lalu.

Destinasi Patung “Tuhan Yesus Memberkati” memang tidak dikhususkan untuk warga Kristiani. Destinasi ini dibangun pemerintah dan dikelola sepenuhnya oleh Dinas Pariwisata Tana Toraja. Ide awal pembangunan patung ini muncul dari Gubernur Sulawesi Selatan waktu itu, Syahrul Yasin Limbo. Ia ingin membangun sebuah simbol yang menjadi kekhasan Toraja yang sekarang telah menjadi dua kabupaten: Toraja dan Toraja Utara. Desain akhir patung ini pun diperoleh melalui sayembara yang melibatkan semua denominasi Gereja di Toraja.

Injil Masuk ke Toraja
Bangungan patung ini sesungguhnya terdiri dua bagian, Bagian Atas (patung) dan Bagian Bawah yang sarat dengan simbol. Bangunan Bawah terdiri dari 16 Pilar Lengkung antara kaca yang me nge lilingi Bangunan Utama. Angka 16 itu menyimbokan tanggal masuknya Injil untuk pertama kali di Toraja pada 16 Maret 1913.

Jumlah Bangunan Bawah tediri dari tiga susun yang menyerupai Kandian Dulang. Ini menunjukkan angka 3 sebagai tanda bulan Maret yang juga berarti Tri Tunggal, dan pemahaman orang Toraja tentang Tallu Lolona/Tiga Kehidupan (Lolo Tau/kehidupan manusia, Lolo Tanaman/kehidupan tumbuhan, dan Lolo Pantuan/kehidupan hewan). Tiga kehidupan saling terkait satu sama lain dan tidak terpisahkan. Kandian Dulang (bahasa Toraja) berarti tempat makanan, dan Yesus berada di atasnya, yang diibaratkan sebagai Roti Hidup sebagai sumber kehidupupan.

Sedangkan Bangunan Bawah mempunyai penyangga utama 1 buah di tengah berdiameter 3 meter sebagai simbol angka 13; pada tahun 2013 masyarakat Toraja memperingati Tahun Pertama masuknya Injil ke Toraja.

Tangga Bangunan Bawah berbentuk segi delapan dan tidak terputus mengelilingi Bangungan Utama. Ini menggambarkan kasih Kristus yang tidak ada putusnya memberkati umat-Nya.

Untuk bisa mencapai lokasi patung, pengunjung harus melewati tangga yang merupakan perpaduan antara tangga buatan dan tangga pahatan batu cadas yang mengitari Gunung Batu sebanyak 7.777 buah. Ini juga simbol bagi orang Toraja, yakni Aluk Sanda Putunna (Serba Tujuh). Pembangunan landasan pertama diadakan tahun 2013 yang bertepatan degan 100 Tahun Injil masuk Toraja

Destinasi Patung “Tuhan Yesus Memberkati” ini terbuka untuk umum sehingga di sekitar lokasi ini tak tampak suasana hening apalagi sakral. Pengunjung lalu-lalang dan mungkin saja tidak memahami makna-makna simbol yang membingkainya. Menurut Giovanni, destinasi ini menjadi andalan utama pemasukan dari sektor pariwisata untuk Kabupaten Toraja.

Maka, kalau ingin menikmati suasana yang lebih teduh, pengunjung yang beragama Katolik dapat melanjutkan perjalanan ke sebelah belakang patung ini. Di sana terda pat Gua Maria Ratu Alam Semesta. Suasana tenang dan sejuk untuk berdoa.

Selain Patung “Tuhan Yesus Mebekati” masih terdapat banyak pusat ziarah rohani lain di Toraja. Di wilayah Paroki Makale terdapat Sanctuarium Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria Makale; Gua Maria Indo Masallo, Santung di Stasi Santo Yosep Pekerja Santung; Gua Maria Stasi Rano Pennaran; Gua Maria Buntu Tasik, Stasi Maria Ratu Rosari Bera; Gereja Memori Santo Petrus Tampo; Monumen Babtis Tampo Makale. Satu lagi tempat ziarah yang kini juga menjadi destinasi favorit adalah Keluarga Kudus Nazaret Sa’pak Bayobayo di Paroki Kristus Imam Agung Abadi, Sangalla.

Tempat-tempat ziarah Katolik ini dibangun untuk mengantar setiap peziarah merasakan sentuhan perjumpaan yang dalam dengan Tuhan. “Semoga setiap orang yang datang ke Pusat Ziarah Keluarga Kudus Nazaret merasakan kedekatan dengan Keluarga Kudus Nazaret dan menjadikannya sebagai panutan dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Uskup Agung Makassar, Mgr John Liku Ada ketika menjelaskan makna keberadaan Pusat Ziarah Sa’pak Bayobayo kepada peserta Pekan Komisi Sosial Nasional (PKSN) di Tana Toraja, belum lama ini. Tempat ziarah ini hanya sepelemparan batu dari kediaman keluarga besar Mgr John. Di sini peziarah dapat menikmati suasana magis. Perjalanan Stasi- stasi Jalan Salib melewati situs-situs leluhur Toraja berupa gua atau makam leluhur yang berumur ratusan tahun namun tetap terpelihara dengan utuh.

Dan, dalam perjalanan dari satu pusat ziarah ke pusat ziarah yang lain, pengunjung akan menikmati pemandangan alam nan indah, jejeran rumah adat (tongkonan), dan hembusan sejuk udara Toraja.

Tana Toraja memang terberkati. Toraja disebut-sebut sebagai ‘kepingan surga yang jatuh ke bumi’. Keberadan Patung “Tuhan Yesus Memberkati” pun kiranya ingin juga menunjukkan, Tuhan Yesus yang senantiasa memberkati orang Toraja, dan semua orang yang berkunjung ke Bumi Lakipadada ini.

Hasiholan Siagian

HIDUP NO.27 2019, 7 Juli 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini