HIDUPKATOLIK.com – Kunjungan ini juga dimaksudkan untuk saling bertukar informasi terbaru, berdiskusi tentang pelbagai tema dan isu yang menyangkut kehidupan Gereja Katolik di negara asal para uskup.
Para uskup se-Indonesia baru saja melakukan kunjungan Ad Limina ke Takhta Suci Vatikan. Kunjungan Ad Limina pada 8-16/6 ini diikuti oleh 35 uskup aktif dan satu uskup emeritus, Mgr. Alfred Gonti Pius Datubara, OFM Cap. Sementara itu, Uskup Jayapura, Mgr. Leo Laba Ladjar, OFM menjadi satu-satunya uskup aktif yang berhalangan hadir karena alasan kesehatan.
Pastor Markus Solo, SVD, satu-satunya orang Indonesia yang menjabat dalam struktur di Vatikan, mengatakan Ad Limina apostolorum adalah pertemuan para uskup dari seluruh dunia dengan Paus di Vatikan untuk saling menyampaikan informasi terkini mengenai situasi Gereja. Kunjungan ini juga dimaksudkan untuk saling bertukar informasi terbaru, berdiskusi tentang pelbagai tema dan isu yang menyangkut kehidupan Gereja Katolik di negara asal para uskup dalam kaitannya dengan ajaran Gereja dibawah Paus yang bersangkutan, serta mencoba mencari penyelesaian atas berbagai kesulitan di tempat para uskup.
Di antara tema-tema yang dibawa oleh para uskup kepada Bapa Suci, persoalan teks liturgi adalah salah satunya. Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Mgr Ignatius Suharyo mengatakan dalam sepuluh tahun terakhir,teks-teks liturgi ditulis kembali dari bahasa Latin ke bahasa Indonesia. Namun, ada perbedaan pendapat di antara para uskup tentang metode yang akan digunakan. “Beberapa uskup mengusulkan terjemahan harafiah, yang lain memilih terjemahan ad sensum,” kata Mgr. Suharyo. Paus Fransiskus memberikan kewenangan pada KWI untuk membahas dan menetapkan bersama metode mana yang akan dipakai.
Mgr. Suharyo dalam sambutannya yang ditulis dalam buku Ad Limina 2019 juga mengatakan meskipun jumlah umat Katolik di Indonesia sangat kecil – sekitar tiga persen dari total penduduk – umat tetap terlibat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Mgr. Suharyo menyatakan, komitmen sosial Gereja Indonesia tidak terbatas pada wilayah misionaris tradisional. “Setiap tahun kami mengadakan konferensi selama tiga hari, di mana anggota KWI mempelajari dan mencoba memahami tanda-tanda zaman lalu menemukan jawaban yang paling tepat. Inilah yang kami sebut evangelisasi pastoral kreatif,” kata Uskup Agung Jakarta ini seperti dikutip dari AsiaNews.it.
Rakyat Indonesia, lanjut Mgr. Suharyo, umumnya sangat religius berkat umat Islam yang amat sadar akan risiko sekularisme. Ia yakin di tahun-tahun mendatang, umat Katolik pun akan tetap teguh dalam iman. “Kita akan dapat menuai manfaat dari komitmen kita dalam bidang pendidikan dan dalam mempromosikan keluarga sebagai tempat untuk meningkatkan kesadaran keagamaan anak-anak. Ini adalah tantangan besar, namun saya sangat optimis,” tuturnya.
Usai pertemuan pada Selasa, 11/6, ini, satu per satu uskup bersalaman dengan Paus. Bapa Suci memberikan salib dan beberapa dokumen magisterialnya kepada masing-masing uskup. Seperti biasa, pertemuan dengan Paus Fransiskus tak lengkap jika Paus tidak meminta doa. Saat bersalaman dengan Uskup Banjarmasin, Mgr. Petrus Boddeng Timang, Bapa Suci berkata, “Doakan saya,” yang dijawab oleh Mgr. Boddeng Timang, “Doakan saya juga.”
Selain audiensi, para uskup juga berkunjung ke makam para rasul dan melakukan kunjungan ke beberapa kongregasi atau dikaster, antara lain Kongregasi untuk Tarekat Hidup Bakti dan Serikat Hidup Apostolik, Dewan Kepausan untuk Teks Legislatif, Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama, dan Dikasteri Vatikan untuk Promosi Pembangunan Manusia Terpadu.
Kunjungan Ad Limina itu dilakukan setiap lima tahun, namun tidak selalu persis lima tahun. Para uskup Indonesia sebelumnya melakukan kunjungan ad limina pada 29 September – 8 Oktober 2011. Kunjungan yang dilakukan sebelum lima tahun hampir tidak pernah terjadi, kecuali ada alasan yang sangat khusus.
Hermina Wulohering
HIDUP NO.25 2019, 23 Juni 2019