HIDUPKATOLIK.com – Seluruh hidupnya dihabiskan untuk menyulam kain altar dan mencetak hosti kudus. Ia wafat sebagai martir Kristus karena taat pada panggilannya.
Situasi klub malam, kompleks rumah susun kumuh, dan ruang prostitusi merupakan tiga hal yang terus diceritakan Marié García kepada Ángela Ginard Martí. Marié selalu mengisahkan bagaimana rekaan sisi gelap kehidupan di bawah remangnya lampu diskotik di Llucmajor, Mallorca, Spanyol. Marié seorang yang gemar menghabiskan malam di diskotik. Sisi sensual yang ditawarkan membuat dirinya menjadi primadona di tempat itu.
Ángela pernah suatu saat mampir di situ. Di tempat itu, Ángela, gadis 16 tahun, justru berhasil menangkap paradoks antara hingar-bingarnya pesta harian masyarakat kelas atas dengan unit rumah susun yang sempit, pengap, dan usang. Ini pengalaman pertama dan terakhir Ángela. Sejak saat itu, Ángela tak ingin ambil bagian dalam kenikmatan duniawi itu. Ia bernazar menguduskan keperawanannya untuk Tuhan.
Ángela memutuskan menjadi biarawati Zelatrices of the Eucharistic Devotion (HCCE). Baginya jalan ini dapat membantunya “menguduskan” diskotik. Bila menjadi biarawati, ia ingin berdoa khusus kepada para pekerja seks komersial. Intensi ini menjadi motivasi awalnya menuju biara.
Suster Tabernakel
Sayang, tidak mudah mengungkapkan niatnya ini kepada kedua orang tuanya: Sebastián Ginard García dan Margarita Martí Canals. Sebastian, mantan pengawal sipil, menolak mentah-mentah keinginan Ángela. Pikirnya menikah adalah jalan terbaik memutuskan mata rantai kemiskinan. Sejak pengunduran dirinya, ekonomi keluarga ini porak-poranda.
Sedangkan Margarita, seorang wanita saleh. Ia tak ingin berlarut dalam situasi ini. Dirinya pontang-panting mencari penghasilan tambahan. Dua saudara perempuan tertuanya pernah membantu meringankan biaya hidup keluarga. Mereka bekerja menyulam dan membuat topi anyaman. Tetapi pekerjaan ini tidak bertahan lama. Bosan dengan pekerjaan ini, mereka terpaksa mencari penghidupan yang layak di perkotaan.
Pekerjaan menyulam dan membuat topi lantas diambil alih oleh Ángela. Hasil penjualan kerajinannya itu cukup untuk kebutuhan harian keluarganya. Sejak saat itu, Ángela, menjadi wanita yang terus belajar mandiri. Tanpa disuruh, ia sudah mampu mengerjakan apapun. Kadang-kadang pekerjaan rumah tangga juga diembannya. Di samping bekerja, Ángela selalu belajar mendekatkan diri pada Tuhan.
Kelahiran Llucmajor, 3 April 1894 sangat kuat dalam devosi kepada Hati Kudus Yesus. Hal ini sudah dibuktikan sejak Ángela menerima komuni pertama pada 14 April 1905. Ia rajin mengunjungi tabernakel. Di situ, ia berlutut menyembah Hosti Kudus yang ditahtakan dalam tabernakel. Ángela menggambarkan dirinya sebagai wanita bebas saat menatap wajah Tuhan. Ia puas menyaksikan rupa Tuhan dalam rupa hosti. Senyum bahagia tak bisa digambarkan di raut wajahnya. Ángela, wanita saleh, terus hadir menyapa Tuhan. Tak lupa, disela doanya ia menitipkan intensinya kepada para pekerja seks komersial.
Pembuat Hosti
Suatu ketika, Ángela begitu bahagia karena Sebastian mengizinkannya masuk biara. Setelah tinggal di dalam biara, pengalaman bercakap dengan Tuhan pun menjadi kebiasaannya. Ia menjadi biarawati yang saleh. Ia terus mengembangkan kebiasaan bercakap dengan Tuhan. Ia beroa agar para budak seks bertobat.
Anak ketiga dari sembilan bersaudara ini mulai tinggal di Biara Zelatrices di Palma, Mallorca pada 26 November 1921. Ia lalu mengganti nama menjadi Suster Maria de los Ángeles. Sejak menjadi postulan, Suster Ángela mendapat tugas untuk menjadi penyulam kain altar, taplak meja kredens, kain penutup patung dan tabernakel. Pekerjaan ini diterima dengan senang hati. Ia bersyukur, dengan pekerjaan ini, dengan aktivitas ini ia semakin dekat dengan Tuhan.
Dari postulan, Sr Ángela memulai novisiat tahun 1922-1923. Setelah mengikrarkan profesi pertamanya, ia lalu pindah ke sebuah biara di Madrid. Karena keahliannya dalam menyulam, maka tahun 1932, ia diminta menyulam kain altar gereja-gereja di Madrid. Tugas lainnya adalah membuat hosti bagi gereja-gereja lokal di Keuskupan Agung Madrid.
Di kalangan para biarawati Zelatrices, pekerjaan menyulam dan membuat hosti adalah pekerjaan yang tidak disukai. Pekerjaan ini hanya diberikan kepada para suster yang dianggap tidak punya kemampuan. Tetapi, Sr Ángela menerima pekerjaan ini dengan senang hati. Ia menyulam dan mencetak wajah Tuhan dalam hosti kudus tanpa bersungut. Tak heran kolegianya sering memanggilnya bordando el rostro de dios, “penyulam wajah Tuhan”.
Ia menghabiskan hampir seluruh hidupnya sebagai penyulam kain altar dan pembuat hosti. Pekerjaan ini dilakoninya hingga pecah pergolakan besenjata di Spanyol.
Peluru Tuhan
Sejak berkuasa tahun 1930-an, diktator Spanyol, Jenderal Franco (1892-1975) membawa Spanyol masuk dalam konflik berkepanjangan. Konflik ini memaksa kaum klerus, biarawan-biarawati untuk menyelamatkan diri. Sebagian dari mereka memilih tetap bertahan di biara sementara,yang lainnya besembunyi di rumah umat. Banyak biarawati yang melepaskan jubahnya dan menyamar sebagai orang awam. Kendati begitu kehidupan rohani mereka tetap dipertahankan.
Pada 20 Juli 1936, tentara Franco berhasil menduduki biara Zelatrices. Untung saat itu, para biarawati terlebih dahulu mengosongkan biara. Sebagian pulang ke keluarga, tetapi sebagian juga tinggal di rumah umat. Sr Ángela memilih tinggal di apartemen milik seorang wanita saleh di Dehesa de La Villa, Madrid. Tak kurang dari tiga bulan, Sr Ángela tinggal bersama wanita tersebut.
Sementara itu, Franco kian kejam terhadap Gereja. Ia bahkan mengeluarkan maklumat untuk menangkap setiap biarawan-biarawati yang masih hidup. Perang ini tidak saja meletus di kota tetapi juga sampai desa-desa termasuk Dehesa de La Villa.
Namun suatu hari, ada seseorang yang melaporkan situasi ini kepada para tentara Franco. Pada 24 Agustus 1936, para tentara Franco menggrebek apartemen wanita saleh itu. Mereka menuduh wanita tersebut adalah biarawati. Hampir saja pemilik apartemen itu ditembak. Melihat situasi ini Sr Ángela cepat-cepat keluar dari balik pintu kamar dan mengatakan bahwa dirinya seorang biarawati.
Segera para penjaga membawanya ke mobil tahanan. Dalam perjalanan menuju rumah tahanan, Sr Ángela ditembak mati. Ia meninggal pada 26 Agustus 1936. Jazadnya ditinggalkan begitu saja di pinggir jalan. Menyadari seorang biarawati tertembak, masyarakat setempat lalu menguburkan jazadnya di sebuah desa terpencil. Pada 20 Mei 1941, jazadnya digali kembali dan dipindahkan ke makam biara induk di Madrid.
Proses beatifikasi Sr Ángela dibuka oleh Keuskupan Agung Madrid. Paus Yohanes Paulus II (1920-2005) menyetujui proses ini tanggal 6 Februari 1987. Selanjutnya Kardinal Ángel Suquía Goicoechea dari Keuskupan Agung Madrid meresmikan penyelidikan beatifikasinya pada 28 April 1987 dan ditutup pada 23 Maret 1990. Paus yang sama menerima dokumen beatifikasi ini tahun 1993.
Tanggal 19 April 2004, Paus Yohanes Paulus II mengabulkan semua proses beatifikasi Sr Ángela dan mengumumkan beatifikasinya pada 24 April 2005. Tetapi beatifikasinya ini diundurkan karena Paus Yohanes meninggal dunia. Beatifikasi ini kemudian dilakukan pada 29 Oktober 2005 di Basilika St Petrus Vatikan dalam Misa kudus yang dipimpin Kardinal José Saraiva Martins yang bertindak atas nama Paus Benediktus XVI.
Yusti H. Wuarmanuk
HIDUP NO.25 2019, 23 Juni 2019