PEMUDA KATOLIK KOMCAB PRINGSEWU MENJAWAB KEBUTUHAN ANGGOTA DENGAN TIGA SYARAT SEHAT MEMIMPIN INDONESIA

195
Wakil Bupati Pringsewu Lampung, H Fauzi memukul gong untuk membuka Kursus Kepemimpinan Pemuda Katolik./Dok. pribadi

HIDUPKATOLIK.COM-PEMUDA Katolik Komisariat Cabang Pringsewu, Lampung, sukses menggelar Kursus Kepemimpinan Dasar (KKD)  perdana di Komisariat Cabang Pringsewu, kegiatan ini di laksanakan di Rumah Retreat La Verna Pringsewu dari Sabtu- Minggu, 27-28/7.

Robertus Didik Ketua Komisariat Cabang Pringsewu mengatakan, Pelatihan Kursus Kepemimpinan Dasar ini muncul untuk menjawab kebutuhan anggota di bidang Kepemimpinan, sehingga kedepanya muncul kader kader yang siap mengambil estafet kepemimpinan organisasi, juga mampu menerapkan  ilmu yang diperoleh dalam kehidupan bermasyarakat ” ungkapnya.

Wakil Bupati Pringsewu Lampung, H Fauzi memukul gong untuk membuka Kursus Kepemimpinan Pemuda Katolik./Dok. pribadi

Hadir dalam KKD ini Wakil Bupati Pringsewu H.Fauzi. Dalam diskusinya, Fauzi berpesan kepada Pemuda Katolik harapanya melalui Kursus Kepemimpinan Dasar ini bisa menjadi  sarana belajar untuk menjadi Pemuda Katolik yang lebih baik lagi, menjadi kader yang berkualitas, berkapasitas sehingga bisa bermanfaat untuk organisasi dan untuk bangsa.

Dengan berbagai perkembangan teknologi mari kita siarkan hal yang baik, saya berharap Pemuda Katolik itu bisa menjadi mitra untuk menyebarkan hal positif serta bisa berperan aktif dalam hal apapun di dalam masyarakat” tandasnya.

Turut mendampingi rombongan Wakil Bupati Kepala Badan Satpol Pamongpraja Pemkab Pringsewu Edi Sumber Pamungkas, Anggota DPRD Pringsewu Suryo Cahyono, Kepala Kantor Kesbangpol Sukarman, Camat Pringsewu Nang Abidin Hasan, serta Lurah Pajaresuk.

Ketua Pemuda Katolik Komda Lampung Marcus Budi Santoso, juga dalam sambutanya menyerukan kader agar ikut aktif ambil bagian dalam setiap proses demokrasi lima tahunan.

Marcus juga menyerukan agar kader mengunakan hak politiknya dengan cermat dan matang. Dukung calon yang betul betul mau menghargai  perbedaan dan kebhinekaan diatas segalanya. Bukan calon yang hanya mementingkan segelintir kelompok. Karena disinilah letak perjuangan kita, keutuhan dan persatuan NKRI di bawah Pancasila.

Bukan itu saja, Marcus juga mengingatkan, agar pengurus ditiap tingkatan harus bijak dan pintar2 mengelola organisasi. Jangan terjebak pragmatisme sesaat, yang bisa saja merusak intern Pemuda Katolik.

Ferari selaku Ketua Panitia KKD dalam laporanya mengatakan bahwa kegiatan KKD ini di ikuti oleh 50an Peserta dari  pengurus dan anggota perwakilan berbagai Komisariat Cabang yang ada dilampung.

Dalam Kursus Kepemimpinan Dasar ini menghadirkan pemateri diantaranya Anggota DPD RI Anang Prihantoro, AM Putut Prabantoro Ketua Bidang Komunikasi Politik Presidium ISKA yang juga Alumnus Lemhanas RI-PPSA XXI, Ferdinand  Praktisi Kesehatan, Bpk Sunaryo tokoh Umat Pringsewu, A Parsidi  Tokoh gerakan Koprasi ,  Falentinus Andi Praktisi Hukum, dan Antonius Mustaim Ketua bidang Pendidikan Komda Lampung.

Tiga Sehat Memimpin

AM Putut Prabantoro dalam materinya mengatakan, untuk memimpin Indonesia harus terpenuhi 3 (tiga) sehat selain memiliki karakter berkomitmen, berintegritas dan memiliki kesetiaan. Sehat jasmani, sehat rohani dan sehat ideologi adalah tiga sehat yang dimaksud. Kekacauan yang terjadi dalam bangsa Indonesia belakangan ini antara lain terjadi karena sebagian pemimpin bangsa tidak memenuhi syarat tiga sehat itu. Tiga sehat ini mendesak ditanamkan kepada generasi milenial karena mereka akan memimpin bangsa dan negara dalam kurun waktu lima belas tahun lagi.

Wakil Bupati Pringsewu Lampung, H Fauzi menerima kenang-kenangan dari Ketua Pemuda Katolik Komcab Pringsewu, Lampung Robertus Didik Budiawan disaksikan oleh (ki-ka) Alumnus Lemhannas RI PPSA XXI AM Putut Prabantoro (narasumber), Ketua Pemuda Katolik Komda Lampung Marcus Budi Santoso dan Anggota DPD / MPR RI Anang Prihantoro (narasumber), di RR La Verna, Pringsewu, Sabtu (27/07/2019).

Menurut Putut Prabantoro, kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan benegara tidak mencapai kondisi yang ideal jika sebagian pemimpinnya tidak sehat. Memenuhi tiga sehat ini adalah prasyarat utama untuk memimpin negara dan bangsa yang besar seperti Indonesia. Kesehatan jasmani tidak hanya secara fisik tidak sakit, tetapi juga faktor yang membentuk terbangunnya jasmani yang sehat, seperti mempunyai pekerjaan, juga harus sehat.

Foto bersama para tamu undangan dan peserta Kurus Kepemimpinan Dasar (KKD) Pemuda Katolik, di RR La Verna, Pringsewu, Lampung, Sabtu (27/07/2019)./.Dok. Pribadi

“Sehat rohaninya termasuk didalamnya juga sehat cara berpikir, mental dan kejiwaan. Kedua sehat ini yaitu jasmani dan rohani selalu terkait erat seperti dalam pepatah kuno mens sana in corpore sano yaitu dalam badan yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Sehat rohani dan jasmani akan membentuk para pemimpin yang berkomitmen, berintegritas dan yang memiliki kesetiaan” ujar Putut Prabantoro yang juga Ketua Presidium ISKA Bidang Komunikas Politik.

Kekisruhan yang terjadi dalam hidup bermasyarakat (sosial), hidup berbangsa dan bernegara belakangan ini dapat terjadi, masih menurut Putut Prabantoro, karena sebagian pemimpin bangsa tidak sehat secara ideologi. Ada sebagian pemimpin negara atau bangsa ingin menggantikan ideologi Pancasila karena menganggap ada ideologi lain yang lebih sehat padahal nilai-nilainya penyemaiannya sangat tidak sehat dan tidak sesuai dengan Indonesia yang majemuk.

Para peserta Kursus Kader Pancasilais berfoto bersama dengan Alumnus Lemhannas RI PPSA XXI AM Putut Prabantoro narasumber) dalam Kursus Kepemimpinan Dasar (KKD) Pemuda Katolik, Pringsewu, Lampung, Sabtu (27/07/2019)./Dok. Pribadi

Indonesia juga sangat membutuhkan pemimpin yang berkomitmen, berintegritas dan memiliki kesetiaan. Meskipun tanpa ada orang yang menagih, seorang pemimpin harus memenuhi komitmen perkataannya. Oleh karena itu mereka yang memenuhi komitmen selalu dikatakan sebagai Pemimpin yang berintegritas dengan menunjukkan satunya kata, perbuatan dan perasaan, yang ketiga unsur ini menjadi satu kesatuan tak perpisahkan.

“Yang lebih penting adalah seorang pemimpin bangsa harus memiliki kesetiaan harus terhaap bangsa dan negara demi sumpah atau janji yang telah diucapkannya. Tanpa kesetiaan, sumpah atau janji yang diucapkan tidak memiliki arti apapun.

“Belanda memungkinkan menjajah nusantara selama ratusan tahun karena sebagian pemimpin daerah atau kerajaan tidak memiliki komitmen, integritas serta kesetiaan. Dengan mudah akhirnya, Belanda menjalankan politik adu domba karena mereka tahu bangsa nusantara sebagai cara melanggengkan kekuasaannya,” jelas Putut Prabantoro.

Yusti H. Wuarmanuk

Laporan: Pemuda Katolik Komcab Pringsewu Lampung

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini