Berkat yang Diabaikan

228

Winarno mengatakan, apabila bangunan-bangunan, baik milik pemerintah maupun swasta, didayagunakan sebagai pengumpul air hujan, maka air hujan yang turun tidak akan sia-sia terbuang. “Bayangkan saja, kalau semua pembangunan gedung-gedung seperti perumahan, asrama, universitas, sekolah, rumah sakit, hotel, mal, mempunyai penampungan air hujan. Lalu, mengelola air itu untuk kebutuhan harian, betapa banyak air hujan yang tidak terbuang siasia,” katanya.

Selain gedung-gedung besar, rumah hunian pun dapat menampung dan memanfaatkan air hujan. Hal pertama yang dapat dilakukan adalah mendesain atap-atap bangunan sedemikian rupa, sehingga dapat menampung air hujan itu. Winarno mengatakan, proses pemanenan air hujan sebenarnya tidak susah. “Air hujan itu sistem perpipaannya mudah karena memang turun dari atas ke bawah,” ujarnya.

Winarno menekankan, setelah menampung, terdapat proses penyaringan yang tidak boleh disepelekan. Setelah itu, masyarakat dapat menikmati manfaat air hujan.

Penurunan Tanah
Satu masalah lagi yang terjadi dengan pengambilan air tanah adalah terjadinya penurunan permukaan tanah. Pengambilan air tanah dengan volume cukup banyak akan mengakibatkan volume air dalam lapisan tanah. Pada gilirannya, kebiasaan ini akan memberi dampak pada pori-pori tanah.

Setelah pengambilan air tanah pada jangka waktu yang lama, maka tekanan hidrostatik yang ada di bawah permukaan tanah akan terus berkurang. Pada gilirannya, ini akan mengakibatkan permukaan tanah akan semakin turun.

Jakarta menjadi salah satu kota di Indonesia yang tingkat penurunan tanahnya cukup mengkhawatirkan. Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan sendiri mengakui tingkat penurunan permukaan tanah ini menjadi ancaman bagi daerah ibu kota, di samping masalah banjir dan kemacetan. Anies bahkan telah membentuk tim untuk meneliti lebih lanjut mengenai masalah ini.

Dengan kondisi semacam ini, kepedulian untuk menahan diri dalam mengambil air tanah patut dilatih juga dalam kehidupan masyarkat. Dengan membatasi untuk memanfaatkan air tanah, dan mulai mencari alternatif lain dalam pemenuhan kebutuhan air, maka hal itu menjadi sumbangan berarti bagi lingkungan.

Hermina Wulohering/Antonius E. Sugiyanto

HIDUP NO.24 2019, 16 Juni 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini