Perhatikan Estetika Liturgis

1698

HIDUPKATOLIK.com – Salah satu titik pandang yang kerap mencuri fokus perhatian umat saat masuk ke gereja untuk beribadah adalah hiasan atau dekorasi altar. Altar yang didekor dengan memperhatikan dimensi-dimensi estetis, sedikit banyak, akan menolong umat untuk lebih mengonsentrasikan pikiran dan hatinya pada pertemuan dengan Sang Ilahi. Dekorasi altar yang indah proposional bisa saja menjadi salah satu media bagi umat untuk melakukan kontemplasi pribadi maupun bersama-sama. Dekorasi altar yang mengindahkan kaidah-kaidah liturgis akan menambah suasana sakralitas dalam sebuah liturgi di dalam gereja.

Sebaliknya, jikalau dekorasi altar dibuat tanpa memperhatikan estetika liturgis bisa saja akan berpotensi merusak suasana. Umat yang hadir akan merasa terganggu atau bahkan kehilangan konsentrasi karena dekorasi terlalu menonjolkan kemeriahan, kesemarakan, kemegahan, atau bahkan, ini yang perlu mendapat perhatian serius, yaitu kemewahan yang melampaui batas-batas kewajaran.

Yang disebut terakhir ini acapkali terjadi terutama pada hari raya besar, atau pada perayaan-perayaan khusus semisal upacara pemberkatan perkawinan (Sakramen Perkawinan). Tidak jarang, altar seperti tertutupi atau tenggelam oleh aksesori dekorasi yang berlebihan dan tergolong mahal. Yang lebih mencemaskan, jikalau dalam konteks upacara pernikahan misalnya, orang berlomba-lomba alias jor-joran menghias altar (gereja) secara mewah untuk sebuah upacara yang berlangsung ‘sesaat’ dan alpa akan dimensi sosial (kepedulian pada sesama yang memerlukan pertolongan).

Bukan untuk sekadar menghindari kesan kemewahan, belakangan ini, muncul himbauan agar dekorasi altar (gereja) lebih menggunakan bunga hidup (dalam pot). Di satu sisi barangkali akan lebih murah; di sisi lain, gerakan ini lebih mengajak umat menumbuhkan kesadaran akan pelestarian lingkungan hidup (go green). Jalan tengah pun bisa ditempuh:
mengombinasikan antara bunga non hidup dengan bunga hidup dengan tetap mengedepankan panduan liturgis yang juga tidak terlalu rigit mengaturnya. Memang setiap paroki telah menganggarkan belanja bunga altar setiap tahunnya. Ada anggaran dalam jumlah masuk akal tapi juga ada anggaran yang fantastis, ratusan juta atau bahkan miliaran rupiah.

Hiasan altar memang diperlukan tetapi bukan menjadi yang utama apalagi mutlak. Sebagai meja Perjamuan Kudus, altar harus tetap dominan dalam seluruh aspek perayaan liturgis. Bunga dan hiasan lainnya hanyalah unsur tambahan yang sifatnya artifisial. Dengan fungsi seperti itu, para perangkai bunga altar, hendaknya juga memahami betul makna altar sebagai yang utama.

Jika belum memahami, mereka perlu mendapat penjelasan yang cukup mendalam mengenai hal itu. Apalagi jikalau hiasan altar perlu dipadupadankan dengan unsur kearifan lokal. Sejauh manakah unsur setempat atau kesenian lokal dapat ditampilkan saat mendekor altar? Perlu diingat, rangkaian bunga-bunga semaksimal mungkin dapat membantu umat untuk merasakan suasana sakral untuk memuji dan memuliakan Tuhan. Perhatikan pula warna liturgi sepanjang tahun.

HIDUP NO.29 2019, 21 Juli 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini