Agenda lain adalah bersilahturahmi dengan Kapolda Jateng Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel. Dalam kunjungan ini, ada harapan untuk mendengarkan dan memberi masukan terkait kehidupan toleransi di Jawa Tengah. Ada harapan juga aksi-aksi intoleransi yang kerap terjadi di Jateng tidak menjadi propaganda mengatasnamakan agama tertentu. Kunjungan juga dijadwalkan ke kediaman Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Dalam agenda kunjungan ini, Mgr Rubi tak lupa menyapa para pemimpin pondok pesantren yang ada di Jawa Tengah. Tahun lalu, Mgr Rubi mengunjungi Ponpes Al-Islah, Tembalang untuk bertemu dengan Kiai Budi Hardjono. Selain itu, ia juga bersilahturahmi ke Ponpes Edi Mancoro, Tuntang, Kab Semarang. Di tahun 2017, momen Lebaran juga digunakan Mgr Rubi untuk mengunjungi Komunitas Qaryah Thayyibah di Kalibening, Salatiga. Komunitas itu aktif memperjuangkan hak-hak petani di Kedungombo, Kendeng dan pegunungan Merbabu.
Di Keuskupan Banjarmasin, Mgr Petrus Boddeng Timang mengatakan, merayakan Lebaran berarti merayakan hari kemenangan. Saling bersilahturahmi dengan tokoh-tokoh agama atau pejabat daerah adalah sesuatu yang wajib dilakukan. “Tahun lalu di hari Lebaran pertama kami mengunjungi kediaman Gubernur Kalimantan Selatan (Kalsel) H. Sahbirin Noor dan kediaman Kaploda Kalsel Brigjen Pol. Rachmat Mulyana,” ungkap Mgr Boddeng Timang.
Tahun ini, Mgr Boddeng Timang belum memiliki jadwal pasti tetapi berharap bisa bertandang ke kedialaman tokoh-tokoh agama atau kediaman Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina. Kunjungan juga akan diprioritaskan ke pimpinan Muhammadiyah Provinsi Kalimantran Selatan (Kalsel), bertemu Ketua Majelis Ulama Indonesia Kalsel dan para tokoh agama lainnya. “Saya berharap kunjungan ini dapat mempererat persaudaraan lintas iman di Kalsel. Semoga Kalsel menjadi tempat yang aman dan damai bagi semua orang yang datang,” harap Mgr Boddeng Timang.
Momen Memaafkan
Di Keuskupan Amboina, Mgr Petrus Canisius Mandagi MSC mengatakan, Lebaran adalah momen penting untuk saling membangun dialog. Lebaran adalah kesempatan untuk mempromosikan perdamaian. Selama umat Muslim beribadat Puasa, mereka telah menunjukkan keteguhan iman, maka Lebaran adalah kesempatan kita tingkatkan keteguhan iman dalam praktik nyata yaitu meningkatkan kearifan perdamaian.
Mgr Mandagi menegaskan, Ibadat Puasa mengajarkan manusia saling mengasihi dan menolong, yang pada hakikatnya semua diarahkan pada perwujudan persaudaraan sejati. Maka, kesempatan Lebaran persaudaraan sejati itu harus tumbuh di hati tidak saja pemimpin agama dan daerah tetapi semua umat. “Kesadaran warga untuk hidup rukun dan damai dalam menjaga Bhineka Tunggal Ika menjadi daya dorong Keuskupan Amboina untuk terus menggalang silahturahmi,” ujar Mgr Mandagi.
Galang silahturahmi ini ditunjukkan Mgr Mandagi bersama para imam dengan mengunjungi kediaman tokoh-tokoh agama dan pemerintah. Mgr Mandagi mengatakan, sudah hampir 20 tahun, dirinya terus berkunjung ke kediaman tokoh-tokoh agama dan pemerintah Muslim di Maluku saat Lebaran. “Dalam kunjungan ini, saya ungkapkan cinta dan perhatian saya kepada umat Muslim, khususnya di Maluku. Saya bergembira bersama mereka karena berhasil menyelesaikan Ibadat Puasa. Sekaligus saya minta maaf atas kesalahan yang barangkali dibuat oleh umat Katolik dan saya sendiri,” ungkapnya.