Tidak Sekadar Romansa

398

Jika rumah tidak bisa menjadi tempat anak belajar iman dan moral, dan di sekolah anak tidak bisa menemukan itu karena lingkungan sekolah bukanlah lingkungan yang fasih terhadap ajaran iman Katolik. Akibatnya, anak menjadi menjauh dari Kristus. Itulah sebabnya, Riko selalu mendorong orang muda untuk terlibat di dalam komunitas, di mana temannya belajar menjadi pribadi Katolik yang lebih baik lagi.

Single yang utuh
Masa single adalah masa emas untuk memperoleh hubungan bahagia kelak. Mengapa masa single menjadi penting? Sebab Tuhan menghendaki setiap dari kita pertama-tama untuk dipenuhi dan diisi oleh kasih-Nya. Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma yang menyatakan tidak ada kuasa apapun yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada di dalam Kristus (Rm 8:38-39). Ini mau menyatakan, bahwa sebagai single kita memiliki kesempatan berharga. Tuhan memanggil kita agar dipenuhi dengan cinta-Nya terlebih dahulu agar jangan sampai ada satu pun yang mengambil kasih itu dari diri kita.

Bayangkan, jika seseorang yang hatinya tidak penuh dengan cinta Tuhan, maka ia akan diliputi oleh perasaan berlebihan ingin selalu bergantung kepada orang lain (pasangan), memiliki adiksi kepada hubungan, tidak bisa ditinggal sendiri, terus menerus takut ditinggal pasangan, ekstra cemburu, dan tidak punya kemampuan untuk memutuskan hubungan yang tidak sehat. Akibatnya sebagai seorang single, ia kehilangan identitasnya. Banyak orang mengira, kebahagiaan baru maksimal dan identitas menjadi lebih jelas hanya apabila menemukan pasangan. Pandangan demikian salah besar.

Menjadi single berarti utuh dan penuh. Riko menyatakan, “Selama kita pikir hidup menjadi tidak utuh karena belum memiliki pasangan, selama itu juga kita sebenarnya belum siap untuk menjalin suatu hubungan.” Hubungan yang sehat hanya bisa diperoleh jika dijalin oleh dua orang yang utuh dan penuh, bukan dua orang yang masih berkutat dan belum bisa menerima kesendiriannya.

Dengan demikian, untuk menjadi utuh sepenuhnya, maka masa single menjadi kesempatan terbaik menyadari diri sebagai milik Tuhan. Seringkali, banyak orang terjebak dalam persepsi karena tidak memiliki pasangan, tidak dimiliki oleh siapapun menimbulkan perasaan diacuhkan dan tidak laku. Persepsi demikian salah, sebab pribadi kita bukanlah milik kita sendiri, melainkan milik Allah (1Kor 6: 19-20).

Seorang pribadi yang tidak utuh akan mencari cinta di mana-mana karena tangki cintanya kosong. Pribadi demikian akan selalu ketagihan untuk dicintai dengan menunjukkan sikap seperti rajin cari afirmasi dari banyak orang, jadi people pleaser agar diterima orang lain. Jika dua orang demikian memaksakan diri menjalin relasi, yang ada adalah neraka karena cemburu serta curiga tidak ada habisnya. Parahnya, mau putus tidak bisa karena secara emosional sudah terikat.

Itulah mengapa masa single adalah masa penting untuk menjalin relasi dengan Tuhan agar hati secara total dipenuhi dengan cinta Tuhan. “Bagaimana supaya bahagia? Terlebih dahulu harus jadi single bahagia yang merasa dirinya penuh di dalam Tuhan dan tidak bergantung pada orang lain untuk mendapat afirmasi. Nantinya, akan jadi double happiness dalam hubungan,” ujar Riko.

Pacaran Bertanggungjawab
Banyak orang seringkali berpikir bahwa memasuki tahap pacaran tidak perlu pikir panjang ke depan. Mereka sering mengangungkan prinsip hidup “lihat saja nanti, sekarang nikmati saja dulu”. Kedengarannya ini benar, tetapi tidak bertanggung jawab. Mengapa? Dengan mengatakan “jalanin saja dulu” berarti sebagai pribadi saya tidak peduli jika suatu saat nanti ternyata jika tidak cocok bersama, kamu terluka dan saya terluka. Hal terpenting adalah saya enjoy sekarang. Sikap demikian bukanlah cinta karena cinta selalu memberikan diri demi kebaikan orang yang dicintainya.

Dalam ajaran Teologi Tubuh yang dikemukakan St Yohanes Paulus II, lawan dari cinta bukanlah benci melainkan “memanfaatkan” (using). Cinta itu berarti memberikan diriku untuk kebaikanmu, sedangkan “memanfaatkan” adalah menggunakanmu untuk kebaikanku. Maka, jika ingin memberikan kebaikan kepada orang lain, apapun keputusan yang dibuat hari ini itu bisa menjadi baik untuk diri orang lain.

Pertanyaan selanjutnya adalah kapan waktu yang tepat untuk masuk dalam sebuah hubungan? Pria yang telah melayani anak muda lebih dari 20 tahun ini menyatakan dengan tegas, bahwa masa tepat untuk pacaran ialah jika sesorang sudah cukup dewasa untuk tahu apa yang dia mau dalam hidupnya. “Jadi untuk pacaran, umur idealnya adalah pada saat dia sudah bisa merumuskan dia mau apa di dalam hidupnya. Nah, bisakah anak SMA merumuskan itu? Belum. Mereka yang siap pacaran harus sudah bisa melihat hidup seperti apa yang akan dijalankan nantinya. Tidak perlu spesifik punya visi, tapi bisa diungkapkan saya mau berkeluarga dan mau punya kehidupan seperti apa,” bebernya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini