Imamat di Mata Umat

300

Dicky Senda
Pendiri dan Direktur Program Komunitas Lakoat Kujawas, di Desa Taiftob, Kecamatan Mollo Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan

Sebagai pegiat komunitas warga yang bergerak di bidang kewirausahaan sosial, saya selalu berharap para romo juga ikut mengambil peran aktif di masyarakat. Mengapa? Sebab mereka punya pengaruh. Sayang kalau itu tak dimanfaatkan. Kami selalu berjuang untuk menggandeng para tokoh agama, termasuk romo dalam membangun ekosistem warga aktif. Suara kami pasti didengar, namun jika perubahan sosial itu juga ikut digerakan dan disuarakan bersama para romo tentu dampaknya lebih besar. Sayangnya, saya sulit ketemu romo seperti itu di tempat saya. Sebagai penulis dan pegiat komunitas, saya mengidolakan Romo Mangun (Romo YB Mangunwijaya, Pr-Red.). Sebagai sastrawan hingga arsitek komunitas yang punya visi dan keberpihakan kepada orang kecil. Beliau keren sekali. Sulit ketemu seperti itu di tempat saya.

Modesta Tita Rahayu
Komisi Kepemudaan Keuskupan Sintang

Saya harus akui, medan pastoral dan kebutuhan umat dengan jumlah imam di keuskupan saya tak sebanding. Sehingga kadang kala tak mudah mendapatkan pastor untuk bisa mendampingi kegiatan orang muda. Karena itu, keluarga-keluarga harus merelakan putra mereka untuk menjadi imam.

Ada juga pastor yang kreatif dan totalitas dalam berpastoral, tapi ada juga di antara mereka yang membuat kasus atau terkesan money oriented dalam pelayanan. Ada juga pastor yang terjun amat dalam pada politik praktis, dengan mendukung satu calon legislatif. Bagi saya, itu amat tak pantas.

Kalimantan dengan medan pastoral yang amat menantang, saya berharap, itu tak membuat semangat imam kendor untuk berkunjung ke pelosok. Umat di sana amat jarang mendapat layanan sakramen.

Archangelii Epsilandri Septyarini
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, DI Yogyakarta

Para imam zaman now diharapkan memiliki satu paradigma berkomunikasi yang baru utk menghadapi situasi zaman yang dinamis ini. Imam zaman now bukan lagi soal imam berusia muda, namun imam-imam yang memiliki jiwa muda dan mau belajar dengan kaum muda. Harapan saya, para imam mampu menanggapi panggilan asal Gereja yaitu untuk selalu mewartakan Kabar Gembira bagi banyak orang.

Para imam juga diharapkan menguasai teknologi zaman sekarang. Saya juga berharap, para imam tak manja terhadap segala fasilitas yang diberikan oleh Gereja dan umat, melek politik, teknologi, dan mampu memberi contoh antara isi firman Tuhan dengan contoh kehidupan harian. Seorang imam tak “mengurung diri” di kamar tapi mau berkeliling dan menyapa umat serta masyarakat.

Yanuari Marwanto

HIDUP NO.21 2019, 26 Mei 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini