Irene Setiadi : DuaTalenta

800
Irene Setiadi.
[NN/Dok.Pribadi]

HIDUPKATOLIK.com – Menjadi dokter sekaligus evangelis yang melayani penduduk dari Sabang sampai Merauke, adalah jalan yang ditempuh Irene Setiadi. Setelah 13 tahun studi dan menetap di Jerman, alumna SMU Santa Ursula Jakarta ini pulang ke Indonesia tahun 1988. Ia kemudian bekerja di Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) Dr Ramelan Surabaya, Jawa Timur.

Pernah mendapat pendidikan tambahan di bidang alergi dan kulit di Jerman membuat Irene diminta menjadi dosen di Departemen Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Hang Tuah Surabaya. Ia memperdalam studinya di bagian kulit dan kelamin di National Skin Center Singapura. Kini sehari-hari, ia menjadi dokter purnawaktu di RSAL.

Pada 2000, seorang imam mengajaknya melayani para pengungsi Timor Timur (kini Republik Demokratik Timor Leste) yang terkena dampak jejak pendapat. Mereka tinggal di tenda-tenda pengungsian di Atambua, Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT). “Saya sempat takut pergi ke Atambua, di sisi lain saya ingin menjawab panggilan Tuhan. Saya lalu pergi dan tinggal di sana selama dua minggu. Saya pergi dari tenda ke tenda pengungsian untuk mengobati dan merawat pengungsi serta membagikan bingkisan kasih kebutuhan pokok,” kisah pengagum Santo Paulus ini.

Bersentuhan langsung dengan para pengungsi membuatnya memilih meninggalkan pekerjaannya di RSAL dan menjadi dokter misionaris. Irene merupakan penggagas lahirnya komunitas misionaris awam, imam, dan biarawan/biarawati dengan nama Kelompok Bakti Kasih Kemanusiaan (KBKK). “Tuhan menitipkan dua talenta untuk saya. Menjadi dokter adalah talenta yang diberikan-Nya, selain itu Ia juga menghendaki saya sebagai pewarta,” ujar umat Paroki Santo Yakobus, Kelapa Gading, Jakarta Utara ini.

Ivonne Suryanto

HIDUP NO.19 2019, 12 Mei 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini