Paroki St Yakobus Kelapa Gading : Menampilkan Wajah Gereja

1163
Paroki St Yakobus Kelapa Gading.

HIDUPKATOLIK.com – Dari 23 ribu lebih umat Katolik, ada sekitar 375 orang yang bersedia menjadi pengurus RT/RW. Wajah Gereja diharapkan tampil lewat karya pelayanan mereka.

Patung St Yakobus berdiri menjulang di depan halaman Gereja St Yakobus Kelapa Gading. Patung pelindung paroki ini, St Yakobus seolah menampakkan bentuk pelayanan kepemimpinan yang dijalankan paroki yang memiliki jumlah umat sebanyak 23.417 orang berdasar laporan sekretariat paroki. Kepala Paroki Kelapa Gading, Pastor Albertus Hendaryono sejak serah terima pelayanan pada 2 September 2018 mengaku akan cukup repot melayani jumlah umat sebanyak itu. Namun, umat paroki yang tersebar di 34 wilayah dan 129 lingkungan ini memiliki panggilan tersendiri untuk menjadi seorang pemimpin. Mereka berani mengambil tanggung jawab untuk terjun lebih dalam menyatu bersama masyarakat sekitar dalam kepengurusan RT/RW.

Di antara jumlah itu, sejumlah 375 umat rela melayani sebagai pengurus RT/RW. Pastor Hendaryono mengakui, inilah yang menjadi salah satu ciri khas Paroki Kelapa Gading.

Sementara itu, Pastor Rekan Paroki, Pastor Antonius Suyadi mengungkapkan, keterlibatan umat Katolik dalam kepengurusan RT/RW menjadi penting karena sebagian besar mereka tinggal di area cluster. Umat Katolik hidup bersama umat Protestan, Hindu, dan Budha.

Pastor Yadi menilai, terlibat dalam kepengurusan Ketua RT dan RW menjadi posisi yang strategis, sebab menjadi kunci dalam pelayanan umat, dengan kewenangan dan tanggung jawab yang dipercayakan. “Maka nilai-nilai Kristiani bisa dimasukkan di sana,” ujar Perwakilan Katolik dalam Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) itu.

Menurut Pastor Yadi, banyak yang dipercaya menjadi bendahara RT/RW, sebab pada dasarnya mereka mau bertanggungjawab dengan tugas yang dipercayakan. “Itulah peneguhan yang sering ditekankan, menampilkan wajah gereja yang secara baik di tengah lingkungan masyarakat,” imbuh Pendamping Seksi Hubungan Antar Agama dan Kemasyarakatan Keuskupan Agung Jakarta ini.

Ketika berdinamika di lapangan, penyalahgunaan kekuasaan pernah terjadi. Namun, hal itu dapat diluruskan. Melihat kondisi tersebut, Pastor Yadi berpesan, agar jangan sampai ada pengurus RT/RW Katolik yang memberikan contoh kurang baik pada masyarakat yang mereka layani. Ia juga mendorong umat Katolik agar mengambil inisiatif untuk menjadi fasilitator dialog dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, dan pemerintahan setempat. Guna mendukung kinerja tersebut, para pengurus diharapkan bergabung dalam Forum Paguyuban RT/ RW yang telah didirikan sejak 2015 silam.

Ketua Forum Paguyuban RT/RW, WJM Sutjipto menyampaikan, terbentuknya forum ini dilatar-belakangi oleh banyaknya umat Katolik yang menjadi pengurus RT/RW sehingga perlu diberikan bimbingan agar mereka tetap dapat mengemban tugas sesuai tanggung jawab dan panggilannya, termasuk sebagai sarana komunikasi bersama.

Bernaung di bawah Seksi HAAK, forum ini juga mengadakan program kebersamaan dengan warga lain lintas RT/RW. Seperti Senam Bersama (rutin diadakan setiap Sabtu pagi) atau melaksanakan program yang dicanangkan oleh pemerintah (seperti penyambutan Pekan Olahraga Nasional).

Menurut pengalaman Pastor Yadi ketika berkeliling ke beberapa RT, para warga non Katolik begitu antusias untuk menerima kunjungan para pengurus dari berbagai agama. “Pembinaan internal iman umat juga kuat, tetapi keluar juga menjadi buah, hal itu didorong terus,” pungkas Romo Yadi.

Anton Bilandoro

HIDUP NO.17 2019, 28 April 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini