HIDUPKATOLIK.com – Rajawali, binatang inspiratif. Di usia 40 tahun, ia berani melakukan transformasi atas tubuhnya. Hanya lewat mematuk tubuhnya, mencabut bulu yang tentu dilewati dalam keperihan mendalam, ia bisa mendapatkan kesempatan kedua guna hidup 30-an tahun lagi. Tak hanya itu, ia adalah binatang pemberani dalam menghadapi badai. Ia dengan keberaniannya, mengepakkan sayapnya dan terbang tinggi melampaui badai. Ia akan turun setelah badai reda. Ia tak tinggal di bawahnya karena ia tahu, akan ikut terhanyut dalam kedahsyatan badai.
Keberanian inilah yang menjadi alasan mengapa dalam Kitab Suci disebutkan 32 kali. Hal itu tidak sekadar menyanjung rajawali tetapi secara analog, figur Rajawali digunakan untuk menggambarkan, betapa Tuhan melindungi manusia di tengah badai kehidupan. Ia mengangkat dan melindungi manusia di bawah sayapnya: “Dengan kepak-Nya Ia akan menudungi engkau, di bawah sayap-Nya engkau akan berlindung, kesetiaan-Nya ialah perisai dan pagar tembok” (Mzm. 91:3-4).
Kisah Rajawali ini secara inspiratif hadir sebagai bingkai pemersatu buku “Memaknai Badai Kehidupan”. Buku ini berisi 40 renungan yang terinspirasi pada 40 ayat Kitab Suci terpilih, baik dari Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Dalam setiap renungan, penulis tidak langsung membahas ayat terpilih, tetapi memulainya dari kehidupan nyata. Dari sana, secara perlahan, pembaca diarahkan untuk memahami ayat Kitab Suci terpilih. Sebuah model tulisan induktif, sehingga setiap pembaca dengan latar belakang pengetahuan tentang Kitab Suci diajak merenungkan kehidupan nyata sebelum menyibak maksud Tuhan di baliknya.
Judul : Memaknai Badai Kehidupan
Penulis : Robert Bala
Penerbit : Kanisius Jogyakarta, 2019
Tebal : 176 hlm
Ignas Iwan Waning
HIDUP NO.17 2019, 28 April 2019