Kurang dari satu jam, dokter rumah sakit anak-anak pun geleng kepala. “Kami tidak bisa berbuat apa-apa,” kata Said menirukan ucapan seorang dokter.
Tim medis hanya melakukan pembedahan kecil, agar si bayi bisa bernapas secara ekstrakorporeal, teknik pernapasan dengan membuat lubang kecil di sekitar leher. Hal ini untuk membantu pernapasan sehingga jantung dan paru-paru bisa berfungsi. Dolly mengenang, “Selama di rumah sakit, kami tidak mendengar ada harapan hidup bagi putra kami.”
Hanya berdoa yang bisa dilakukan Said dan Dolly. Sepanjang hari, mereka mendaraskan doa bagi kesembuhan si bayi. Mereka juga menggantung foto St Charbel Makhlouf dan rosario di inkubator.
Berangsur kondisi si bayi berubah membaik. Setelah 3,5 minggu, si bayi bisa bernapas sendiri. Dan setelah satu bulan, si bayi bisa diajak pulang. Meski demikian, kondisi si bayi masih amat ringkih. Bahkan, tim medis mengingatkan bahwa si bayi bisa mengalami kejang tiba-tiba, lantaran kekurangan oksigen kala dilahirkan. Si bayi juga bisa mengalami kecacatan atau perkembangan yang tak semestinya.
Dan hal itu terbukti. Ketika kakaknya menabuh drum di depannya, ia seperti tak mendengar apapun. Dia juga akan menangis ketika sudah merasa lapar. “Tuhan, Engkau yang menciptakan Charbel, tolonglah, jangan biarkan dia menderita,” ucap Dolly dalam setiap doanya.
Saat diperiksa oleh dokter anak, Charbel memang mengalami gangguan di indera pendengaran. Namun, Said dan Dolly ingin pendapat dari dokter lain. Mereka justru mendapatkan kabar buruk dari dokter lain. “Si dokter itu tak memeriksa Charbel,” kata Dolly. “Dia hanya membuka catatan medis Charbel. Lalu, dia menatap saya tajam dan berkata, ‘Hiduplah hari demi hari bersama putramu, karena kamu tidak akan pernah tahu, apa yang akan terjadi kepada putramu’.”
Mukjizat Kedua
Suatu malam, liburan Natal 2015. Said sedang khusyuk berdoa bagi kesembuhan Charbel. “Saya duduk dan berdoa. Saya berkata, ‘Tuhan, anak saya masih bayi dan tak layak merasakan keadaan itu’.” Tiba-tiba, Said mendengar seseorang berkata dengannya. “Ambil fotoku dan letakkan di atas kepala putramu!” Suara itu amat jelas di gendang telinga Said. Said pun tahu, siapa yang mengatakan itu.
Tanpa basa-basi, Said segera berlari ke kamar ayahnya. Ia mengambil foto St Charbel Makhlouf dan meletakkan di atas boks bayi tempat Charbel berbaring. Lantas, Said melanjutkan doa di dekat Charbel, persis di atas kepalanya. Said pun menceritakan semua itu kepada istrinya.