Agama yang Berbudaya dan Berkemanusiaan

234
Mgr Adrianus Sunarko saat dikukuhkan sebagai Guru Besar Ilmu Teologi STF Driyarkara.
[HIDUP/Hermina Wulohering]

HIDUPKATOLIK.com – Pada usia emasnya, Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara mengukuhkan satu lagi guru besar. Uskup Pangkal Pinang, Mgr. Adrianus Sunarko OFM menjadi guru besar ke-11 STF Driyarkara. Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menetapkan kenaikan jabatan fungsional uskup kelahiran Merauke, Papua ini terhitung sejak 1 November 2018. Perolehan angka kredit dosen Ilmu Teologi itu, seperti tertuang dalam surat penetapan adalah sebesar 851,50 dari 850 yang disyaratkan.

Mgr Sunarko, demikian ia disapa, menyelesaikan studi program magister dan doktoral teologi dogmatik di Albert-Ludwig University of Freiburg, Jerman. Saat ini selain menjadi Ketua Komisi Teologi Konferensi Waligereja Indonesia, ia juga merupakan anggota Komisi Teologi Federasi Konferensi Uskup Asia. Dalam upacara Pengukuhan Guru Besar Ilmu Teologi, Sabtu, 11/5, di STF Driyarkara, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Mgr. Sunarko menyampaikan orasi ilmiahnya berjudul Agama di Zaman Post-Sekular: Tersingkir atau Mendominasi Politik?.

Dalam pidatonya itu, Profesor Sunarko mengatakan, di negara-negara sekular, ruang publik perlu belajar mempertimbangkan kembali tilikan-tilikan religius. “Di Indonesia, kiranya agama lebih ditantang untuk belajar menjadi lebih berbudaya dan tidak menyepelekan kemanusiaan,” ungkapnya.

Sidang Terbuka Senat ini dipimpin oleh Ketua STF Driyarkara, Pastor Simon Petrus Lili Tjahjadi dan dihadiri oleh sivitas akademika SFT Driyarkara, para undangan, serta sejumlah guru besar dari beberapa perguruan tinggi lain, di antaranya Florentinus Gregorius Winarno dari ITB, Regina Titi Christinawati dari UGM, dan Maria Farida Indrati dari UI.

Hermina Wulohering

HIDUP NO.20 2019, 19 Mei 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini