Imam yang Menginspirasi

276

HIDUPKATOLIK.com – Pastor Yusuf Bilyarta Mangungwijaya Pr atau Romo Mangun adalah salah satu dari bilangan imam yang kerap disebut sebagai imam yang menjawab panggilannya melampaui batas tugas utamanya sebagai imam. Imam (pastor/romo) yang tidak ‘berkarier’ melayani umat di paroki. Tetapi imam yang ‘keluar’ dari ‘zona nyaman’ pelayanan imam pada umumnya.

Ia tak hanya dikenal sebagai penulis kolom dan novelis. Semasa hidupnya, ia menyulap Kali Code menjadi hunian yang layak bagi para wong cilik yang tinggal di bantaran kali yang membelah Kota Yogyakarta. Ia pun dikenal sebagai pejuang para korban pembangunan Waduk Kedungombo, Grobogan, Jawa Tengah. Dan, sampai akhir hayatnya, ia bersuara nyaring bagi terwujudnya keadilan, terutama bagi mereka yang lemah dan terpinggirkan selama pemerintahan Orde Baru. Dengan kata lain, arsitek lulusan Jerman ini memaknai imamatnya dalam pastoral kehadiran di tengah dunia, termasuk di bidang pendidikan.

Jauh sebelum Romo Mangun, kita juga kenal sosok fenomenal Romo Van Lith (Fransiskus Georgius Josephus Van Lith). Sebagai imam di masa kolonial Belanda, kendati ia keturunan Belanda, ia tak hanya melayani umat di seputar altar (pelayanan sakramental) tapi juga menyasar pada dunia pendidikan, mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan menengah.

Kelak, kita kenal seperti Albertus Soegijaprana SJ, Frans Seda, Ignatius Joseph (IJ) Kasimo dan lain-lain, adalah orang-orang yang pernah merasakan pendidikan di sekolah yang didirikan Romo Van Lith di Muntilan. (Albertus Soegijapranata kelak menjadi uskup pertama Keuskupan Agung Semarang yang turut berjuang untuk kemerdekaan replublik ini. Frans Seda dan IJ Kasimo adalah tokoh-tokoh pergerakan politik Katolik). Karya rintisan Romo Van Lith hingga kini masih menjadi salah satu lembaga pendidikan terbaik di negeri ini.

Tentu saja masih banyak nama imam lain yang bisa kita sebut sebagai imam yang lewat karyanya menginspirasi banyak orang. Bahwasanya, dampak karya mereka tak hanya dirasakan oleh kalangan umat Katolik tapi juga menyentuh warga yang lain tanpa mengenal batas suku, agama, ras, dan golongan. Sebut saja misalnya Pastor Charles Patrick Edward Burrows OMI atau Romo Carolus yang berkarya di kalangan masyarakat Cilacap, Jawa Barat; Pastor Franz Magnis-Suseno SJ yang bekerja sebagai pengajar filsafat dan aktivis di bidang sosial-politik di Jakarta. Berkat karyanya, Romo Carolus menerima penghargaan Maarif Award; sedangkan Romo Magnis mendapat penghargaan Bintang Mahaputra Utama dari Presiden Joko Widodo.

Menjadi imam di tengah dunia modern zaman ini memang tidak mudah. Menjalani tugas utama sebagai imam pun bukanlah perkara gampang. Namun, tetaplah sebuah tantangan bagi para imam, lewat karyanya, mereka mampu menginspirasi banyak orang atau makin bermanfaat bagi banyak orang tanpa sekat-sekat.

HIDUP NO.21 2019, 26 Mei 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini