KAJ Berjalan Bersama Agats-Asmat

328
Mgr Aloysius Murwito OFM (tengah) saat memimpin Misa di Gereja St Laurentius Alam Sutera, Tangerang Selatan, Banten, dalam rangka penggalangan dana untuk karya pastoral dan 50 tahun Keuskupan Agats-Asmat, Papua.
[HIDUP/Antonius E. Sugiyanto]

HIDUPKATOLIK.com – Dalam usia ke-50, Keuskupan Agats-Asmat (KAA) bertekad semakin memperkuat pastoral pendidikan. Umat Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) diminta untuk ikut peduli.

Sudah setahun, Maria Fransiska tinggal di Jakarta. Selama itu juga, Orang Muda dari Paroki St Paulus Atsj, Asmat, Papua itu menjadi mahasiswa di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan St Carolus Jakarta. Di tempat itu, Fransiska ingin menggapai cita-citanya untuk menjadi seorang bidan.

Setahun lalu, Fransiska hampir saja putus asa. Meski bercita-cita ingin menjadi seorang dokter, namun ia sadar, tak gampang meniti jalan menggapai impian itu. Alasannya klasik, tak ada biaya untuk “membeli” cita-cita itu.

Namun, kesempatan terbuka saat Fransiska mendapat beasiswa dari Ayo Sekolah Ayo Kuliah ASAK KAJ. Walau tak sepenuhnya sama dengan yang ia cita-citakan semula, kini Fransiska mendapat kesempatan utuk belajar ilmu kesehatan. Ia berharap, setelah lulus dapat pulang ke Asmat dan mengabdi sebagai bidan di tanah kelahirannya.

Mengutamakan Pendidikan
Cerita tentang perjalanan Fransiska bisa belajar di Jakarta ini menjadi salah satu bagian dalam sebuah video yang diputar saat Misa di Gereja St Laurentius Alam Sutera, Tangerang Selatan, Banten, Sabtu-Minggu, 4-5/5. Mgr Aloysius Murwito OFM berkesempatan memimpin Misa yang sekaligus penggalangan dana dalam rangka Perayaan 50 Tahun Keuskupan Agats-Asmat (KAA), Papua. Penggalangan dana ini adalah bentuk kerja sama antara KAA, Paroki Alam Sutera, dan ASAK.

Pendikan memang menjadi prioritas dalam gerak pastoral KAA. Pencetus ASAK, Justinus Yanto Wibisono mengungkapkan, sudah sejak setahun lalu, ASAK berusaha untuk terlibat dalam membantu pastoral dalam bidang pendidikan di salah satu keuskupan di Papua itu. Ia menuturkan, masuknya ASAK KAJ ke KAA bermula dari kunjungan Mgr Ignatius Suharyo ke keuskupan itu setahun lalu. Uskup Agung Jakarta itu berkunjung ke KAA dalam rangka Perayaan 60 Tahun kedatangan Ordo Salib Suci (OSC) di Tanah Asmat.

Yanto bertemu dengan Mgr Suharyo tak lama setelah kunjungan itu. Dalam pertemuan itu, sang uskup mendorong ASAK untuk terlibat membantu karya pastoral di KAA khususnya dalam bidang pendidikan. “Karena ASAK bergerak dalam pendidikan, maka ia meminta agar ASAK juga terlibat membantu pastoral pendidikan di Agats,” ujarnya.

Tak perlu menunggu lama, ASAK langsung bergerak. Tahun lalu, ASAK mulai dengan membantu penyediaan 10 tenaga pengajar dan memberi beasiswa untuk dua siswa dari Asmat. Yanto menuturkan, tahun ini bantuan untuk KAA akan semakin ditingkatkan. ASAK akan memberi beasiswa untuk lebih banyak siswa dari Asmat agar bisa melanjutkan pendidikan tinggi. “Anak-anak ini dikirim ke Jakarta. Harapannya, nanti mereka akan kembali ke Asmat dan membangun daerahnya,” ujarnya.

Yanto mengingat apa yang dituturkan Mgr Suharyo, bahwa ini bukan kerja sebentar. Mgr Suharyo bahkan menggambarkan setidaknya karya ini akan berjalan selama 30 tahun. Namun, Yanto meyakini, tugas ini akan bisa dijalankan. Ia mengingat bagaimana ASAK dulu dimulai sekitar 12 tahun yang lalu. Awalnya, hanya sedikit anak yang bisa dibantu, namun kini terdapat sedikitnya 6000 anak dibantu lewat gerakan ini. Dari jumlah itu, terdapat sekitar 900 anak yang dibantu biaya kuliah.

Untuk pendidikan di Asmat, ASAK tidak sendiri. Mereka juga bukan yang pertama. Sebelumnya, Profesional dan Usahawan Katolik (Pukat) KAJ telah turun tangan membantu KAA lewat gerakan Panitia Peduli Keuskupan Agats-Asmat. Selain itu ada juga Kelompok Bhakti Kasih Kemanusiaan yang membantu dalam bidang kesehatan. Yanto berharap, lebih banyak umat yang peduli pada karya pastoral KAA. “Hal ini juga menjadi harapan Mgr Suharyo, agar lebih banyak umat dan kelompok di KAJ yang terlibat membantu KAA,” pungkasnya.

Berkaitan dengan Misa penggalangan dana ini, Kepala Paroki Alam Sutera, Pastor Y. Hadi Suryono mendorong umat untuk peduli dan membantu karya pastoral di KAA. Dalam sebuah video yang ditampilkan pada akhir Misa, ia menyampaikan terima kasih atas kehadiran Mgr Murwito untuk merayakan Misa di parokinya. Ia juga berdoa untuk KAA yang tahun ini berusia 50 tahun.

Prioritas Pastoral
Pewartaan Injil di tanah Agats-Asmat, Papua bermula sekitar tahun 1953. Ketika itu datanglah beberapa misionaris dari Merauke. Mengingat medan darat masih berupa hutan belantara, maka untuk mencapai Agats dari Merauke hanya bisa dicapai lewat jalur laut. Butuh waktu sekitar tiga minggu bagi misionaris-misionaris awal ini untuk mencapai Agats dengan perahu dayung.

Tahun 1958, datanglah beberapa Misionaris Ordo Salib Suci (Ordo Sanctae Crucis/OSC) dari Amerika atas permintaan Uskup Agung Merauke saat itu Mgr Herman Tillemans MSC. Sejak saat itu, semakin banyak masyarakat asli Agats yang percaya dan menjadi Katolik. Sejak saat itu juga satu per satu paroki didirikan hingga akhirnya pada 29 Mei 1969 resmi berdiri Keuskupan Agats.

Mgr Murwito mengungkapkan, pada awal pewartaan ini, kesulitan yang dihadapi tidaklah terbayangkan. Transportasi saat itu masih sangat sulit belum lagi daerah yang masih rawan dengan terjadinya perang kemerdekaan. Kini, setelah 50 tahun, sulitnya karya pastoral di keuskupan dengan luas 36.000 kilometer persegi ini masih belum banyak berubah.

“Harus diakui, perkembangan memang amat lambat meski saat menjadi kabupaten sendiri memang ada perkembangan. Sesudah Asmat menjadi kabupaten sendiri, ada suatu gerak menggeliat dari keadaan lama masuk dalam keadaan yang baru,” ujar Mgr Murwito yang mulai bertugas sebagai Uskup Agats-Asmat sejak terpilih pada 7 Juni 2002 ini.

Dalam Sinode KAA tahun 2007, pendidikan disadari menjadi prioritas yang harus mendapat perhatian lebih. Untuk membangun umat, tidak ada cara lain, pendidikan harus dikedepankan. Kini, setelah 50 tahun Mgr Murwito berterima kasih, atas semua karya yang berjalan di KAA.

Mgr Murwito mengungkapkan, saat ini kehidupan umat KAA masih menggantungkan diri pada alam sekitar. Cara hidup mereka sebagian masih meramu. Kesadaran masyarakat akan pendidikan pun masih kurang. Dalam situasi semacam inilah, kehadiran kelompok-kelompok serupa ASAK sangat diharapkan untuk membantu umat di KAA. “Perjumpaan dengan ASAK adalah salah satu berkat. Karena sebuah beban telah diringankan,” tuturnya.

Kehadiran lembaga atau komunitas yang peduli pada KAA, memberikan optimisme untuk perubahan-perubahan yang baik lagi. Mgr Murwito berterima kasih kepada semua yang telah membantu keuskupannya juga berharap untuk lebih banyak lagi yang akan datang membantu.

Menikmati Bersama
Saat menyampaikan homili, Mgr Murwito mengungkapkan, saat Yesus menampakkan diri lagi kepada para murid setelah ia bangkit. Ia meminta para murid untuk berbagi atas jerih payah mereka. “Semangat berbagi itu terjadi, sharing itu terjadi, dari pihak Tuhan maupun dari pihak manusia.”

Mgr Murwio menuturkan, apa yang dihasilkan dari jerih lelah setiap orang, bukan hanya untuk kebutuhan sendiri. Setiap orang juga perlu menyisihkan sebagian untuk saudara-saudara di sekitar mereka. Hal ini adalah tradisi yang sudah berkembang lama dalam Gereja, lewat kolekte dan intensi-intensi khusus, Gereja ingin berbagi. “Sebagian perolehan kita, hasil usaha kita, kita sisihkan bagi sesama. Tuhan meminta untuk memberikan sebagian perolehan para murid agar bisa dinikmati bersama,” imbuhnya.

Antonius E. Sugiyanto

HIDUP NO.19 2019, 12 Mei 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini