Deklarasi Damai Yerusalem

214
Paus Fransiskus (kiri) dan Raja Maroko Mohammed VI saat menandatangani deklarasi yang berisi seruan tentang Kota Suci Yerusalem, di Rabat, Maroko, Sabtu, 30 Maret 2019.
[vaticannews.va]

HIDUPKATOLIK.com – Penghormatan kepada hak dan martabat manusia sebagai umat beriman menjadi pusat pesan kunjungan Paus Fransiskus ke Maroko.

Paus Fransiskus dan Raja Mohammed VI dari Maroko meminta pengakuan dunia internasional untuk menghormati karakter unik dan sakral Kota Yerusalem di Palestina. Pernyataan ini tertuang dalam deklarasi bersama yang ditandatangani pada Sabtu, 30/3.

Dalam deklarasi ini, Paus dan Raja Mohammed VI sangat prihatin atas keberlangsungan makna spiritual dan panggilan khusus Yerusalem sebagai kota perdamaian. Kedua pemimpin itu menyatakan urgensi untuk melestarikan Yerusalem sebagai warisan umum kemanusiaan di mana ketiga agama monoteistik bebas untuk beribadah. “Kami menganggap penting untuk melestarikan Kota Suci Yerusalem/Al-Quds Acharif (bahasa Arab) sebagai warisan umum kemanusiaan, dan terutama para pengikut ketiga agama monoteistik, sebagai tempat pertemuan dan simbol koeksistensi damai di mana saling menghormati dan dialog dapat dipupuk,” begitu tertulis dalam deklarasi yang ditandatangani oleh Paus Fransiskus dan Raja Mohammed VI.

Deklarasi ini seakan menjadi tanggapan bagi kedatangan Mike Pompeo ke Yerusalem beberapa waktu lalu. Berlawanan dengan kunjungan Sekretaris Negara Amerika Serikat itu, deklarasi ini ingin menunjukkan karakter multi-agama Yerusalem, serta dimensi spiritual dan identitas budaya khususnya, harus dilindungi dan dipromosikan sehingga semua umat Yahudi, Muslim dan Kristen memiliki kebebasan penuh untuk mengakses dengan hak untuk beribadah dijamin.

Paus dan Raja Mohammed VI sepakat bahwa dari kota ini, setiap orang harus bebas untuk menaikkan doa mereka kepada Tuhan. “Yerusalem adalah kota yang unik. Kota Suci bagi orang Yahudi, Kristen, dan Muslim, di mana tempat suci untuk setiap agama dihormati, dan memiliki panggilan khusus untuk perdamaian,” ujar Paus Fransiskus seperti dilansir Catholic News Service, 3/30.

Paus Fransiskus berdoa agar identitas damai tetap dipertahankan dan diperkuat untuk kepentingan Tanah Suci, Timur Tengah, dan seluruh dunia. Dengan demikian, kebijaksanaan dan kehati-hatian dalam bertindak, akan mampu menghindari penambahan unsur ketegangan baru di dunia. Selama pertemuan pertamanya di Rabat, Paus Fransiskus menggarisbawahi pentingnya kebebasan beragama dan hubungannya dengan martabat dan hak yang dimiliki setiap orang, terlepas dari agama mereka.

“Kami percaya bahwa Tuhan menciptakan manusia yang setara dalam hak, kewajiban, dan martabat, dan Ia memanggil mereka untuk hidup sebagai saudara dan saudari untuk menyebarkan nilai-nilai kebaikan, cinta, dan kedamaian,” ujar Paus Fransiskus.

Selama kunjungannya ke Maroko, 30-31 Maret, Paus Fransiskus giat mempromosikan perdamaian, dialog antar umat Kristiani dan Muslim. Ia juga menyerukan pentingnya sikap peduli terhadap para migran. “Kunjungan ini bagi saya merupakan kesempatan sukacita dan syukur,” ungkap Bapa Suci kepada masyarakat Maroko, termasuk anggota masyarakat sipil negara itu, korps diplomatik, dan pihak berwenang.

Seperti diketahui, Paus Fransiskus minggu lalu mengadakan kunjungan ke negara Islam itu. Kunjungan ini tercatat sebagai kunjungan kedua seorang Paus ke Maroko, setelah pada tahun 1985, Paus Yohanes Paulus II juga mengunjungi negara kerajaan itu. Kunjungan ini bertepatan dengan peringatan 800 tahun pertemuan bersejarah Santo Fransiskus Asisi dan Sultan Mesir Malik Al-Kamil. “Peristiwa kenabian itu menunjukkan bahwa keberanian untuk bertemu satu sama lain dan mengulurkan tangan persahabatan adalah jalan perdamaian dan harmoni bagi kemanusiaan, sedangkan ekstremisme dan kebencian menyebabkan perpecahan dan kehancuran,” kata Paus.

Felicia Permata Hanggu

HIDUP NO.14 2019, 7 April 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini