Ada Roh di Balik Rubrik

307

HIDUPKATOLIK.com – Tanggal 14 Februari 2019, Paus Fransiskus berbicara kepada anggota Kongregasi untuk Ibadah Ilahi dan Sakramen. Ia berkata, “Liturgi adalah kehidupan yang membentuk, bukan ide untuk dipahami.” Sayangnya, di mata umat maupun rohaniwan, liturgi lebih sering dimengerti sebagai rubrik yang mengatur tata cara Misa.

Sejatinya, liturgi bukan hanya soal yang licit dan valid. Liturgi adalah persimpangan antara berbagai disiplin ilmu teologi, seperti Kristologi, Sakramentologi, Eklesiologi. Bahkan liturgi juga beririsan dengan ilmu profan, seperti seni lukis, tata-gerak, tata-ruang, dan musik. Di balik semua itu, pada inti terdalam, liturgi juga mengandung spiritualitas.

Apa itu spiritualitas? Mengapa liturgi dan spiritualitas tidak dapat dipisahkan? Mengapa Ekaristi merupakan dasar dan sumber spiritualitas? Buku Spiritualitas Liturgi hadir untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Buku saku ini terdiri dari tiga bab. Bab pertama dan kedua mengulas secara singkat dan padat mengenai hakikat liturgi dan perbedaannya dengan devosi. Bab tiga menyelami tema utama spiritualitas liturgi dengan delapan sub bab. Alurnya mudah diikuti.

Sebagai dosen Liturgika, penulis pun menunjukkan penguasaannya terhadap dokumen-dokumen resmi Gereja mengenai liturgi. Ia merajut pelbagai kutipan dari beragam dokumen sehingga semua tema bahasan memiliki dasar yang kokoh.

Sepanjang sejarah, selain dari liturgi, umat Kristen mengembangkan pelbagai bentuk spiritualitas secara luas seperti: doa, meditasi, ibadat, ziarah. Demikian pula dalam hidup membiara terdapat pula bentuk spiritualitas yang khas seperti: spiritualitas Fransiskan, Ignasian, Salesian. Spiritualitas kaum awam juga dimungkinkan lewat “kesaksian hidup sehari-hari, meresapi tata dunia dengan semangat Injil.” (hlm. 122). Akan tetapi, spiritualitas yang sehat selalu berhubungan dengan Kitab Suci, Tradisi, dan Ekaristi.

Konsili Vatikan II memandang Ekaristi sebagai perwujudan tertinggi liturgi dan di lain pihak memandang aneka perayaan liturgi dari sudut Ekaristi. Bila Ekaristi menjadi sumber dan pusat hidup umat beriman, Ekaristi akan menjadi kekuatan, landasan, orientasi, tujuan dan dasar seluruh acara dan kegiatan umat setiap harinya. “Ekaristi mendorong dan mendukung orang beriman Kristiani untuk menghayati panggilan mereka kepada kekudusan dalam hidup sehari-hari yang biasa-biasa” (hlm – 67). Oleh karena itu, Ekaristi menjadi sumber dan dasar spiritualitas liturgi dan spiritualitas hidup Kristiani.

Buku ini penting untuk dibaca para imam dan umat pemerhati Liturgi. Harapannya, setelah membaca buku ini, mereka dapat menjadi motor untuk menghayati spiritualitas liturgi. Dengan demikian, perayaan liturgi, terutama Ekaristi, bukan hanya menjadi kenangan terhadap kemenangan masa lalu, tetapi sungguh-sungguh suatu kehadiran nyata (realis presentia); karena kita merayakan dan menyatakan kehadiran Allah serta karya keselamatan yang dikerjakan oleh Putra-Nya, Yesus Kristus.

Penulis mengingatkan, liturgi adalah perayaan kehidupan yang menuntut partisipasi aktif semua umat yang hadir mengikutinya. Dalam perayaan, tidak boleh ada orang yang hadir sebagai penonton. Dengan menghayati spiritualitas di balik rubrik-rubriknya, liturgi mendapatkan rohnya dan bermakna.

Judul : Spiritualitas Liturgi
Penulis : Jacobus Tarigan
Penerbit : Penerbit Cahaya Pineleng, 2019
Tebal : 136 halaman

Fr F. Ray Popo SJ

HIDUP NO.14 2019, 7 April 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini