Harapan Pengungsi
Dalam komentarnya kepada wartawan di pusat pengungsian selama kunjungan Paus pada Senin (6/5), seorang pengungsi Irak dari Mosul bernama Soad, yang telah tinggal di Bulgaria selama tiga tahun bersama tujuh anaknya dan suaminya yang sakit, menyatakan harapannya atas kunjungan paus agar memunculkan perubahan di pusat pengungsi. “Mereka membantu saya dengan segala sesuatu dan semuanya sempurna,” akunya meskipun sangat sulit berada jauh dari negaranya dan berusaha membesarkan tujuh anak sebagai pengungsi.
Ia melanjutkan, “Kami berharap semuanya akan baik-baik saja karena kunjungan ini … Saya berharap untuk kunjungan ini bahwa sesuatu akan berubah untuk kota-kota kami di Irak,” ungkapnya. Sembari merujuk kepada Paus Fransiskus, ia menambahkan, “kami tahu ia dapat melakukan segalanya dan mengubah segalanya karena dia membantu semua orang, terutama pengungsi, dan saya harap (dia bisa) mengubah situasi kita walaupun sedikit untuk masyarakat Irak.”
Selanjutnya, Taha Saver Ismael (42), seorang Kurdi Irak dari Mosul, menyiapkan surat untuk paus dalam bahasa Inggris berisi permintaan bantuan untuk keluarganya yang telah berada di Bulgaria selama tiga tahun.
Sukarelawan Caritas, Bewar Myca mengatakan Caritas menjalankan program di pusat pengungsi dalam kemitraan dengan UNICEF yang disebut “Kami bermain dan belajar”. Program ini menawarkan kegiatan termasuk pelajaran bahasa, olahraga, tarian dan seni untuk anak-anak berusia 1-18.
Kamp terbuka dan para pengungsi yang tinggal di sana dapat datang dan pergi dengan bebas meskipun mereka tidak diizinkan untuk pergi dekat perbatasan.
Sementara keluarga yang tinggal di pusat pengungsi ini memiliki banyak kebutuhan, sebagian besar berasal dari negara-negara dengan masalah perang dan konflik. “Kebutuhan terbesar mereka adalah hidup dalam damai terutama untuk anak-anak,” ujar Myca.
Disadur dari: Cruxnow/Elise Harris
Penerjemah: Felicia Permata Hanggu
