Paus Fransiskus: Orang Kristen Tidak Boleh Menyerah pada Kegagalan

28074
Paus Fransiskus merayakan Misa di Casa Santa Marta, bangunan yang berdekatan dengan Basilika Santo Petrus di Kota Vatikan, Italia. [Dok.vaticannews.va]

HIDUPKATOLIK.com Paus Fransiskus merayakan Misa pagi di Casa Santa Marta, memberikan pendapatnya tentang apa yang disebut dengan “roh keletihan yang melenyapkan harapan.”

Merenungkan Bacaan Pertama pada hari itu, diambil dari Kitab Bilangan, Paus Fransiskus mengatakan bahwa terkadang orang Kristen lebih menyukai kegagalan, “menyisakan ruang yang berisi tumpukan berbagai keluhan dan ketidakpuasan, suatu lahan yang sempurna,” kata Paus, “untuk iblis menabur benihnya.”

Paus menjelaskan, menurut bacaan tersebut, umat Allah tidak tahan dengan perjalanan itu: antusiasme dan harapan mereka, ketika mereka lolos dari perbudakan di Mesir berangsur-angsur kemudian memudar, kesabaran mereka habis, dan mereka mulai menggugat, bergumam, dan mengeluh kepada Tuhan: “Mengapa Kamu membawa kita keluar dari tanah Mesir untuk mati di gurun ini?”

“Roh kelelahan menghilangkan harapan kita,” kata Paus. Ia menambahkan bahwa “kelelahan itu bersifat selektif yakni dimana kondisi itu selalu membuat kita melihat hal negatif pada saat kita (justru) merasa hidup, (sehingga) melupakan hal-hal baik yang telah kita terima.”

“Ketika kita merasa desolasi (kesepian/ sedih/ menderita) dan tidak sanggup menanggung beban perjalanan, kita mencari tempat perlindungan/ pengungsian, baik dalam suatu berhala-berhala maupun dalam berbagai keluh-kesah… (…)

Roh kelelahan ini membuat kita orang Kristen berada dalam rasa ketidak-puasan (…) dan semuanya (seakan-akan) berjalan keliru …

Yesus sendiri yang mengajarkan kepada kita saat ini, ketika Dia berkata bahwa kita seperti anak-anak yang sedang bermain suatu permainan, ketika perasaan kita diliputi oleh semangat/ perasaan ketidakpuasan ini. ”

Lahan Subur untuk Iblis
Paus Fransiskus menyatakan bahwa beberapa orang Kristen memilih untuk menyerah pada “kegagalan” tanpa menyadari bahwa kondisi ini (justru) menciptakan “lahan yang sempurna untuk iblis.”

“Mereka khawatir akan penghiburan (konsolasi-red.), takut akan pengharapan, kecut hati pada belaian Tuhan,” kata Paus.

Lebih lanjut, Paus Fransiskus menyesalkan suatu fakta bahwa hal ini adalah kondisi kehidupan banyak orang Kristiani. “Mereka hidup mengeluh, hidup mengkritik, bergumam, dan tidak puas”.

“Umat Allah tidak tahan perjalanan. Kita orang Kristen sering tidak tahan dalam perjalanan. Kami lebih memilih kegagalan, yaitu kesedihan. ”

Paus Fransiskus mengatakan bahwa hal tersebut adalah pertanda penghancuran dari ular pengkhianat: ular purba di Taman Eden. Ini adalah simbol tentang ular yang sama yang menggoda Hawa. “Ini adalah cara, untuk menunjukkan ular (yang ada) di dalam yang selalu menggigit pada saat kita mengalami desolasi/ kesendirian/ kesedihan,” ujar Paus.

Pengharapan akan Tuhan
Mereka yang menghabiskan hidupnya dengan mengeluh, kata Paus, adalah mereka yang “lebih memilih kegagalan, yang menanggung harapan dari mereka yang tidak sanggup untuk menanggung kebangkitan Yesus.”

Paus Fransiskus, dalam kesimpulan renungannya, mengundang umat Kristiani untuk meminta Tuhan membebaskan kita dari penyakit ini. “Semoga Tuhan selalu memberi kita pengharapan untuk masa depan dan kekuatan untuk terus berjalan,” doa Paus.

 

Sumber: vaticannews.va/ Linda Bordoni (9 April 2019, 12:09)
Penerjemah: Antonius Bilandoro

1 KOMENTAR

  1. Permisi, Salam Damai. Kotbah Paus Fransiskus yang menguatkan dan memberikan semangat dan pengharapan bagi kita umat Kristen. Benar adanya apa yang dikatakan oleh Bapa Paus. Setelah sekian lama kita diberikan kemudahan segala sesuatu yang kita perlukan dan harapkan oleh Tuhan, lalu mengeluh serta gelisah, risau, dan tak berpengharapan akan kasih tuhan ketika kita mengalami sedikit kegagalan, penolakan dari sekitar kita, dan hal-hal yang tidak sesuai dengan harapan kita. Namun, saat hal demikian menerpa kita, kemudian kita berpasrah kepada kehendak Tuhan dan tetap memohon bimbingan kepada Tuhan, terang kasih Tuhan dan tuntunan-Nya nyata adanya. Hal ini saya mengalami sendiri saat ini meskipun Tuhan belum menunjukkan jalan semua bagiku dan keluargaku untuk memuliakan Tuhan di Bumi ini. “Mereka khawatir akan penghiburan (konsolasi-red.), takut akan pengharapan, kecut hati pada belaian Tuhan,” kata Paus. Kami terkadang mengalami hal demikian. “Semoga Tuhan selalu memberi kita pengharapan untuk masa depan dan kekuatan untuk terus berjalan,” doa Paus. Amien.
    Jawaban Tuhan dari doa dan harapan saya setidaknya sudah dijawab oleh Tuhan melalui majalah “Hidup” ini, yang berisi kotbah Paus Fransiskus ini. Trima kasih Tuhan. Terima kasih majalah “Hidup” “online”. Semoga majalah “Hidup” offline dan majalah “Hidup” online senantiasa tetap hidup dalam kehidupan menggereja, berbangsa, dan bernegara, serta senantiasa menjadi terang bagi umat Kristiani. Semoga Bapa Paus Fransiskus, para rohaniwan-rohaniwati, dan sudara saudari yang berkarya dalam pelayanan untuk sesama senantia diberikan kesehatan baik jasmani maupun rohani, juga kebahagiaan dan sukacita. Berkah Dalem

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini